Author's POV
Aster menutup rapat pintu apartemennya dan ia langsung berlari kearah sofa dan membanting tubuhnya diatas sana. Ia mengusap air matanya yang tidak ingin berhenti keluar sedari tadi. Dan ya, dia juga sangat lelah. Ia berlari dari ruang rawat Harry sampai ke depan rumah sakit sampai ia mendapatkan taksi. Dan jangan lupa dengan Louis yang mengejarnya. Itu sebabnya ia harus berlari dengan cepat karena Louis mempunya kemampuan berlari yang lumayan walaupun tinggi badannya tidak seberapa. (Fact lmao)
Aster mencoba untuk berhenti menangis namun gagal. Perkataan Harry terus menggema di telinganya dan rasa cemburu juga membakarnya. Ia tahu awalnya ia memang ingin melepaskan Harry untuk Beverly tapi ia sadar kalau itu akan menyakiti hatinya sendiri.
Tak lama kemudian suara bell pintu apartemen Aster berbunyi. Aster mencoba mengabaikannya karena ia tahu itu pasti Louis. Tidak mendapat respon dari Aster, orang itu kini mengetuk pintu Aster.
Aster ingin mengabaikannya namun suara ketukan pintu yang tak kunjung berhenti itu terus mengusiknya. "Pergilah! Aku sedang tidak ingin diganggu!" Teriaknya.
"Hey! Are you okay? It's me, your brother." Mata Aster membelak. Adiknya? Bukankah adiknya itu berada di London?
"B-blake?" Ucapnya kepada dirinya sendiri. Ia langsung bangkit berdiri dan berlari ke wastafel untuk membasuh wajahnya. Ia tidak ingin Blake tahu kalau ia habis menangis. Itu akan membuatnya lemah didepan adiknya.
Sesudah ia membasuh wajahnya, ia menghela nafasnya berusaha menormalkan suaranya dan berjalan menuju pintu lalu membukanya. "H-hai?"
"Aster you idiot! Kau tidak tahu aku membawa barang be-- hey, kau tidak apa-apa 'kan?" Tanya Blake begitu ia melihat wajah Aster.
"Genuinely, I'm fine, yeah," Jawab Aster. "Wait, kenapa kau kesini? Bukankah kau di London?"
"Bisa biarkan adikmu masuk, nona?" Aster memutar matanya kemudian membiarkan Blake masuk kedalam apartemennya. "Aster, kenapa kau sangat lama membukakan pintu untukku? Oh, kau pasti sedang bercinta dengan Harles--wait, siapa namanya?"
"Harry."
"Ah ya, Horny! Dimana dia?"
Crap. "D-dia di, euh, um rumah temannya." Jawab Aster yang kini duduk di sebelah Blake.
"Sure," Ucap Blake. "Kau berbohong."
"Berbohong? Tentu saja ti--"
"Iya." Potong Blake.
"Terserah."
Blake menatap intens Aster. "Jadi?"
"J-jadi apa?" Tanya Aster, gugup.
"Bodoh. Aku tahu kau habis menangis. Tell me."
Aster menghela nafasnya. Ia menyerah. Sejak dulu, ia memang tidak bisa berbohong kepada Blake. Blake sangat tahu betul sifat Aster.
"D-dia di rumah sakit."
Blake membelak. "Bagaimana bisa ia disana? Dia sakit atau--"
"Kecelakaan." Potong Aster.
"Is he fine?" Tanya Blake, Aster mengangguk. "Thanks God."
Aster tahu apa pertanyaan yang akan diajukan Blake setelah ini. Ia pun dengan cepat membuang wajahnya ke samping.
"Kenapa kau tidak disana menjaganya?" Holy shit.
Aster bingung harus menjawabnya dengan apa. Ia tidak ingin Blake terlibat akan semua masalah ini. "A-aku sedang..."
"No more lying, miss. Be honest please."
"A-aku..."
"Hm?"
"Bertengkar dengannya." Dan Aster kembali menangis. Ia pun menceritakan semuanya kepada Blake tentang Harry.
Hmz.
»
"Makanlah. Jangan memikirkan Harry terlalu lama." Ucap Blake yang kini sedang menuang cereal kedalam mangkuk dan memberikannya kepada Aster.
"Blake, what should i do?" Tanya Aster.
Blake menghela nafasnya kemudian duduk di sebelah Aster. "Kesana dan jelaskan secara privat dan Pelan-pelan dengannya."
"Tapi aku takut ia tidak memperbolehkanku untuk masuk."
Blake merangkul pundak Aster. "You have me, sista."
»
Hai?
Hmz vomments jan forget peeps ♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Him And I » Styles [COMPLETED]
Fanfic[WRITTEN IN INDONESIAN] » Story between crazy girl and annoying boy that loves each other but something tearing them apart. [Direvisi hanya sebagian part saja] 2.02.18 - 27.05.18 © 2018 by s0ciopath