27

739 132 60
                                    

Playlist:

» No Goodbyes - Dua Lipa
» Say you wont let go - James Arthur
» No Goodbyes - Léon
» One Last Time - Ariana Grande

Author's POV

"I know Harry. Kau sudah tidak mencintaiku. Ja—"

Harry memeluk Aster tanpa aba-aba yang membuat gadis itu langsung menutup mulutnya terkejut.

Harry mengelus lembut punggung Aster. "Please, jangan memojokkanku. Aku hanya ingin menghabiskan waktuku denganmu. Kumohon."

Aster menggigit bibir bawahnya menahan air matanya agar tidak jatuh namun gagal. Ia tidak bisa menahannya. "Harry, please."

Harry pun melepaskan pelukannya. "Kumohon, malam ini saja. Jangan membawa masalah kita. Jangan membawa tentang perasaan kita. Aku hanya ingin bersamamu malam ini."

Aster diam menatap mata hijau Harry. Kesedihan terpancar jelas di matanya dan itu membuat Aster sakit. Aster sangat ingin mencium pria itu namun untuk apa? Harry juga sudah tidak mencintainya lagi.

Aster menghela nafasnya dan mengusap air matanya. "Uh, ya fine. Aku akan mengganti bajuku terlebih dahulu. Masuklah."

Mereka berdua pun masuk kedalam apartement. Selama menunggu Aster berganti baju, Harry duduk di sofa yang biasa ia tempati berdua dengan Aster untuk menonton acara televisi, bermain game, dan bahkan hanya sekedar untuk bersantai. Harry sedikit tersenyum mengingat itu. Ini akan menjadi kenangan manis yang ia punya. Ya manis, tapi menyakitkan.

Matanya menelusuri seluruh ruangan. Senyumannya semakin melebar memperlihatkan dimples yang ia punya. Dan setelah mengingat semua kenangannya, ia sedikit tertawa karena ia ingat bagaimana cara ia untuk bisa tinggal bersama Aster.

Pria itu terkekeh.

"Astaga kau pasti sudah gila. Kau baik-baik saja?" Suara Aster membuat Harry berhenti terkekeh. Namun ia kembali terkekeh karena melihat pakaian Aster.

Gaun? Sejak kapan seorang Aster memakai gaun? Harry sendiri sudah menuliskan di note itu kalau Aster tidak perlu memakai pakaian formal.

Aster kesal. "Kenapa kau tertawa? Seharusnya kau memujiku, bodoh. Kau tahu perjuanganku memakai gaun sialan ini?"

Harry tertawa kencang sekarang. Ia bangkit berdiri berjalan menghampiri Aster. Harry berjalan mengelilingi Aster lalu berhenti di belakang Aster dan menempatkan kedua tangannya di kedua pundak Aster.

Harry mendekatkan mulutnya ke telinga Aster. "Kau cantik. Tapi aku sudah pernah mencintaimu. Tidak tahu jika esok hari. Mungkin aku akan mencintaimu lagi?"

Aster diam. Perutnya merasakan sensasi yang aneh. Harry terdengar sangat menggelikan. Aster tertawa dan mendorong kepala Harry. "Kau konyol. Berhenti bersikap seperti anak berumur tujuhbelas tahun, H. Kau sudah diatas duapuluh. Sadarlah."

Harry berdecak kesal. "Kau menghancurkan suasana romantisnya, Aster. I hate you."

Aster memutar matanya. "I hate you more. So? Kau ingin mengajakku kemana? Menunjukkan kejutanmu?"

Ah ya, kejutan itu. Harry hampir lupa. Ia menepuk dahinya. "Ah ya. Ayo ikut aku."

Mereka berdua pun melangkahkan kaki mereka. Namun baru satu langkah, Harry berhenti dan membuat Aster menabraknya. "Moron!"

Harry tertawa kecil. "Hehe. Aku ingin menjadi pangeranmu malam ini. So," Harry berlutut di hadapan Aster mengulurkan satu tangannya lalu menatap mata biru Aster. "Bersudihkah kau menggenggam tanganku, tuan putri Richardson?"

Him And I » Styles [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang