Author's POV
Aster sekarang sedang resah. Dia masih saja memikirkan tentang keputusan yang harus ia ambil. Keputusan apa? Keputusan tentang melepaskan atau mempertahankan. Dia masih belum bisa melepaskan Harry. Namun dia juga tidak bisa mempertahankan Harry. Mungkin dia akan dapat keuntungan dari mempertahankan Harry, namun ia masih memikirkan tentang Beverly.
Kini gadis burnette itu tengah duduk di kamarnya dengan robekan kertas yang berserakan di lantai. Robekan kertas itu hanya sekedar pekerjaan iseng nya saja. Ia terlalu bingung dengan apa yang harus ia lakukan.
"Aster?" Suara seseorang dari ambang pintu membuat Aster mendongak. Terlihat Harry yang sedang berdiri bersandar pada pintu. Pria itu tersenyum lalu masuk ke dalam kamar Aster dan duduk di sebelah Aster. "Kau dikamar saja seharian. Kau ada masalah?"
Aster menggeleng tanpa melihat Harry. Ia tetap fokus menggigiti kuku jarinya. "Aster, kau aneh."
"Memang aku aneh. Dan bodohnya kau mencintai gadis aneh sepertiku."
Harry terkekeh. "Kenapa memangnya? Aku suka gadis yang aneh. Contohnya kau."
Aster menghela nafasnya lalu menolehkan kepalanya kearah Harry. "Kau mencintaiku? Bagaimana dengan Bever— lupakan."
Sial, aku salah bicara. Sialan, aku benci dengan diriku sendiri. Rutuk Aster dalam hatinya.
Harry yang mendengar nama itu hampir dusebut langsung membelakkan matanya. "S-siapa?"
"Tidak, Harry. Lupakan."
Namun Harry tidak ingin menyerah. Ia mengarahkan wajah Aster agar menghadap ke wajahnya lalu menatapnya intens. "Beritahu aku! Siapa?" Sentak Harry.
Aster terkejut. Ia kira Harry tidak akan memperdulikan omongannya. Ia benar-benar bodoh. "Umm ak—"
"Siapa?" Tegas Harry.
"Uh eh," Aster membuang wajahnya kesamping karena takut untuk menatap mata Harry. "Be-beverly."
Setelah mendengar itu, Harry yang semulanya menatap Aster kini sedikit merubah ekspresi wajahnya dan sedikit menjauhi Aster. Ia tentu saja terkejut karena Aster mengenal tunangannya. Seingatnya, ia tidak pernah memberitahu apapun tentang tunangannya kepada Aster. Tidak sama sekali.
"Siapa yang memberitahumu?" Tanya Harry datar.
"Umm ti—"
"WHO'S TELL YOU ASTER?!" Sentak Harry.
"Ge-gemma."
»
"Harry," Panggil Aster kepada Harry. Kini mereka berdua sedang berada di meja makan. Namun sedari tadi Harry hanya menatap kosong makanannya sambil memotong-motong makanannya hingga menjadi potongan yang sangat kecil. "Harry, aku ingin berbicara sesuatu."
"Bicaralah." Ucap Harry dingin. Sejak kejadian tadi siang, Harry menjadi sangat pendiam.
"G-gemma bilang kalau Beverly sangat ingin kau kembali."
Harry menatap Aster datar. "Lalu?"
"Ah? T-tidak papa." Ucap Aster. "K-kau tidak ada pikiran untuk kembali dengannya?"
Harry menggeram kesal lalu dengan sengaja meletakkan sendok yang tengah ia pegang di atas meja dengan kasar dan bangkit berdiri. Aster tersentak kaget dan langsung menegakkan posisi duduknya. "H-harry."
"Shut the fuck up, Aster," Ucap Harry lantang. "Kau ingin aku kembali ke London?"
Aster berdiri lalu mendekati Harry. "B-bukan begitu. Ak-aku hanya—"
"Oh god," Ucap Harry seraya manarik rambutnya kasar. "K-kau tidak ingin aku tetap bersamamu?"
"T-tidak Harry, tidak. Bukan itu masalahnya. Aku hanya ingin Beverly menikah denganmu. Kasihan dia." Ucap Aster merayu Harry.
"Sudah sejak siang kau merayuku untuk kembali ke London dan menjalankan perjodohan itu. Dimana otakmu? Jangan menjadi gadis yang naif, Aster."
Aster menggeleng. "Bukan begitu, Harry. Tapi jika kau terus bersamaku sedangkan Beverly membutuhkanmu di sampingnya, itu sama saja aku seperti bahagia diatas penderitaan orang lain. Dan jika aku terus memintamu untuk tidak pergi ke London, itu namanya aku egois.
"Aku tahu aku bukan gadis baik-baik. Aku tidak naif, Harry. Tenang saja. Aku tahu dengan apa yang kulakukan. Jadi kumohon, kembali ke London dan temui Beverly. Kasihan dia. Dia sangat mencintaimu."
Mendengar itu Harry tertawa ironi. Dia tidak menyangkan Aster menyuruhnya ke London segampang ini. "Aster. Kau berkata kau mencintaiku. Kau menolak Louis demi aku. Dan sekarang? Kau melepaskanku untuk Beverly. Aku salut denganmu." Ucap Harry sarkastik.
"Harr—"
"Diam. Aku tidak ingin lagi mendengarkanmu. Sudah cukup. Aku malas berdebat denganmu, Aster. Just let's make it simple. Aku akan pergi dari sini."
"But—"
"Terimakasih atas tumpangan tempat tinggalmu. Aku menyesal karena hari itu aku mengambil kuncimu dan memintamu untuk mengizinkanku tinggal disini. Aku bodoh karena telah melakukan itu."
Harry berbalik lalu berjalan ke kamar Aster. Dia membuka lemari pakaian Aster untuk mengambil beverapa baju-baju nya karena memang bajunya hanya sedikit. Ia lalu memasukkan semua bajunya kedalam tas ransel nya dan mengalungkan tas ransel nya di pundaknya. Dia berjalan keluar kamar Aster. Aster sekarang berdiri tepat di depannya.
"Harry, dengarkan aku. Aku ingin kau kembali ke London tapi itu bukan berarti kau harus pergi dari sini."
Harry tetap tidak ingin menatap Aster. Dia menatap kosong kearah pintu. "Harry, kumohon ka—"
"What huh? Kau ingin aku tetap tinggal disini? Tidak terimakasih. Aku pergi. Terima kasih atas tumpangan mu." Dan Harry pun pergi keluar dar apartemen Aster. Meninggalkan Aster yang masih membeku tempatnya berdiri sekarang.
Aster membanting tubuhnya di atas sofa lalu melempar bantal sofa dengan kasar ke lantai.
"Gosh, ini salahku."
»
Vomments love 💞
All the fookin' love
—Nida ✨
KAMU SEDANG MEMBACA
Him And I » Styles [COMPLETED]
Fanfic[WRITTEN IN INDONESIAN] » Story between crazy girl and annoying boy that loves each other but something tearing them apart. [Direvisi hanya sebagian part saja] 2.02.18 - 27.05.18 © 2018 by s0ciopath