25

631 126 15
                                    

Author's Pov

"B-but Harry.."

Harry meraih tangan Aster. "Shhh. Jika memang kita ditakdirkan untuk bersama, kita pasti akan bersama. Cinta tidak pernah salah."

Aster diam dan terisak.

Harry menggeser tubuhnya menyisakan ruang di sebelahnya. "Sini, kemarilah." Ucapnya sambil menepuk-nepuk ruang kosong itu. Aster berjalan pelan dan duduk di sana.

Harry kembali meraih tangan gadis itu. "Kau tahu? Aku merindukanmu saat kau tidak disini. Aku merasa sangat sedih. But you know the reason why i didn't back to your apartment?"

Aster menatapnya heran. "Why?"

"Because I'd like to teasing you." Aster langsung mengerucutkan bibirku kesal. Dia pikir itu lucu?

Harry terkekeh. "I love your pouty face, bunny."

Aster berdecak kesal. "Don't call me that." Dia tertawa.

Lalu suasana menjadi hening. Aster menatap lurus kedepan begitu juga dengan Harry. Tangan mereka masih menyatu namun pikiran mereka berbeda. Entah apa yang mereka pikirkan.

Aster menyesal pernah menyuruhnya kembali ke London. Itu adalah salah satu kesalahan terbesar dalam hidupnya. Mungkin jika Aster tidak pernah mengatakan itu, semuanya akan baik-baik saja sampai sekarang.

"Harry." Panggil Aster pelan tanpa menoleh.

"Hm?" Jawabnya dengan gumaman.

"Kapan kau kembali ke London?" Tanya Aster. Aster memohon agar Harry tidak pergi sekarang, besok, atau

Selamanya kalau bisa.

"Entahlah. Aku baru keluar dari rumah sakit besok pagi." Jawabnya.

Aster mengangguk pasrah. "Oh."

Harry mengarahkan tangannya ke dagu Aster dan menggerakkan dagu gadis itu agar aku menatapnya. Dia terkekeh. "Oh? Kau marah padaku?"

"Tentu saja. Kau gila? Aku tidak ingin berpisah denganmu, bodoh. Ak—"

Cup. Kau tentu tahu apa itu tadi.

Harry melumat bibir Aster lembut dan begitupun dengan Aster. Hanya beberapa saat, setelah itu Aster mendorong dadanya untuk menjauh.

"Ew, Harry!" Ucap Aster jijik.

Harry tertawa. "Why?"

"I hate your lips. Bibirmu sangat kering. Dan—"

Harry menaikkan kedua alisnya dan senyuman jahil terulas di bibirnya. "Dan?"

"Sialan. Kapan terakhir kali kau menggosok gigimu?"

Dia menjawabnya dengan kekehan. "Hehe, tiga hari yang lalu."

"Fuck." Aster menatap Harry kesal dan Harry tertawa kencang. Harry memang sengaja ingin menggoda Aster.

"Aster, " Panggil Harry dan Aster pun menoleh. "Kau akan tetap menjadi teman baikku 'kan?"

Wait, teman? Bukankah mereka sepasang..... Kekasih?

"T-teman?"

Dan dengan polosnya Harry menjawab, "Ya, teman. Will you?"

Teman? Seriously? Berarti ini tandanya hubungan mereka sudah.... Berakhir?

Tapi Aster bisa apa? Menangis? Itu tidak akan menyelesaikan masalah. Dan juga yang sebenarnya jahat disini adalah, dia.

Aster menahan air matanya agar tidak sampai keluar lagi. "Y-ya. Tentu saja."

»

Chapter ter-short

Bye, ily

Him And I » Styles [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang