Aster's POV
"Kau tahu? Kemarin Louis mencarimu." Ucap Florence yang sedang mengelap meja itu. Aku hanya menghela nafasku. "Saat aku mengatakan kau sedang pergi bersama Harry, wajahnya terlihat sangat kecewa."
Ugh, ini salahku. Aku lupa kalau kemarin Louis ingin menjemputku. Aku bodoh. Aku malah pergi bersama Harry ke suatu tempat. Rahasia. Tempat rahasia kami. Oh, lupakan. "Gosh, ini semua salahku. Apa yang harus aku lakukan?"
"Telpon dia."
Aku memutar mataku. Aku lalu mengambil ponselku yang kutaruh di saku celana dan mencari kontak Louis.
"Halo?"
"Louis! Hai?"
"Well, hai Aster. Wassup?"
"uhmm nothing. Ah ya, maaf kemarin aku sedang per—"
"Tidak usah dibahas. Dinner nya bisa besok malam kan?"
"Besok malam? Memangnya kenapa kalau malam ini?"
"Aku tidak bisa. Malam ini aku ada acara keluarga."
"Ohh, yasudah. Bye, see you later."
Itu dia Louis. Pemaaf walaupun aku tahu kalau sebenarnya ia sangat kesal dengan Harry. Ah, ini memang salahku.
"Bagaimana? Louis marah?" Tanya Florence. Aku bangkit berdiri dan mengambil tas ku untuk bersiap pulang.
"Tidak sama sekali. As always."
»
"Salah, yang benar itu memakai kunci c, Harry." aku mendengar suara orang dari luar apartemenku. Apa itu suara Harry? Tapi suaranya tidak seperti itu. Oh aku tahu. Pasti ini adalah teman-teman Harry. Siapa lagi kalau bukan Niall dan Liam.
Aku masuk kedalam apartemen perlahan berusaha untuk tidak menimbulkan suara pintu agar aku bisa memdengar apa yang sedang mereka bicarakan. "Harry, sebaiknya kau beri sedikit nada tinggi diasana."
Kunci c dan nada tinggi. Apa yang mereka bicarakan? Kenapa sangat berbau musik? Apa mereka sedang membuat lagu? Memangnya mereka boyband? Aku yakin jika mereka yang menjadi boyband, fans nya hanyalah Blake karena ia sangat menyukai Harry dan bersekutu dengannya.
Aku lelah. Aku pun berjalan mendekati mereka yang tengah duduk berkumpul di sofa dengan sebuah gitar di pangkuan Harry. Benar kan? Sepertinya mereka sedang membuat lagu. "Hai boys. Apa yang kalian lakukan?"
"Berdoa," jawab Harry tanpa menoleh. Hell, belum apa-apa sudah membuat jengkel. "Membuat lagu untuk pernikahanku."
Mataku terbelak. Jadi Harry jadi menikah dengan tunangannya yang ada di London? "Tidak, aku hanya bercanda."
Aku bernafas lega.
"Kenapa? Kau cemburu ya?" goda Harry. Aku menatapnya kesal. Cemburu? Hahahah cuih, no.
"Cemburu? Aku tidak cemburu. Wlee." aku mengabaikan Harry dengan masuk kedalam kamarku.
Ini adalah hari yang melelahkan.
»
Hadap kanan, hadap kiri, hadap atas. Satu domba, dua domba, tiga domba, empat domba, li-- fuck. Aku tidak bisa tidur.
Aku pun bangkit dari ranjangku dan menyalakan lampu kamar lalu kembali duduk di atas ranjang tidurku. What's wrong with me? Aku tidak bisa tidur.
Samar-samar, aku mendengar suara pria yang sedang bernyanyi. Tidak mungkin itu Niall ataupun Liam. Mereka sudah pulang. Ugh, apalagi Louis.
Aku yang penasaran ini pun berjalan keluar pintu kamar dan berjalan mendekati sumber suara. Ternyata benar dugaanku, Harry lah yang sedang bernyanyi. Dia bernyanyi di balkon dengan gitar di pangkuannya. "Ini sudah malam. Pengamen dilarang masuk."
Dia terkekeh lalu menaruh gitar itu di sampingnya. "Aku pengamen yang tampan."
Terserah dia mau bicara apa. Aku hanya menggelengkan kepalaku dan duduk di sebelahnya. "Gitar siapa itu? Niall?"
"Iya, aku meminjam gitarnya," ucapnya lalu ia kembali mengambil gitar itu dan memangkunya "Mau dengar laguku? Aku baru saja membuat lagu."
"Sure, i love to know." yeah, siapa tahu dengan ia bernyanyi aku akan mengantuk.
Dia mulai memetik senar gitar itu. Matanya terpejam seakan-akan menikmati angin malam yang berhembus. Mataku memperhatikan wajah damainya i--hey, ada apa denganku?
Lupakan, aku tidak ingin memujinya sekarang.
"Sweet creature... Had another talk about where is going wrong. But we're still young. We don't know where we going but we know where we belong. Ohh we started, two hearts in one home.. Its hard when we argue. We're both stubborn i know.. But oh..."
Aku menaikkan alisku setrlah ia selesai bernyanyi. "Hanya itu? Pendek sekali."
Dia tersenyum dan kembali menaruh gitarnya. "Lanjutannya akan kunyanikan suatu hari nanti."
Dasar sok misterius. Iya jika kau masih hidup nanti. Kalau tidak? Dan memangnya ia masih akan terus bersamaku sampai nanti?
Eh?
"Tenanglah, aku akan terus bersamamu." wait what, Harry?
»
"Huft." aku menaruh kemoceng di atas meja dan membanting tubuhku ke atas sofa. Memang ini hari liburku. Namun tetap saja aku harus membersihkan apartemen. Rasanya seperti hari kerja.
Tak lama terdengar suara pintu terbuka yang membuatku menoleh. "Harry?"
Dia hanya tersenyum dan melambaikan tangannya. "Hai."
Wait bukankah ia seharusnya bekerja? "Aku membawakanmu pasta, beberapa snack, pizza, dan beberapa kaleng minuman. Semuanya ada di dalam plastik ini." Harry menaruh kantung plastik itu di atas pantry. Aku membuka mulutku lebar. Kenapa ia membeli makanan sebanyak itu? Memangnya aku tidak bisa memasak? Bisakah ia hemat sedikit?
"Harry! Itu terlalu banyak." kau tahu apa responnya? Ia hanya berdecak lidah dan mengunyah roti yang ada di pantry.
"Sesekali tidak apa, Aster."
Aku menggelengkan kepalaku. "Harry. Tapi kalau kau terus membuang uang mu kapan kau akan kembali ke London? Kau tahu? Kau sebenarnya bisa menyimpan uangmu untuk nanti. Aku bisa memasak jadi kau tidak perlu repot membelikan makanan. Kau itu bisa tidak sih mengatur keuan--"
Cup. Dia mengecup pipiku. Aku menegang seketika. Apa-apaan ini?
"Good girl. Besok-besok jika kau terus berceloteh seperti itu, aku akan langsung menyetubuhimu. Bukan hanya menciummu. Bye, Aster. Aku mau melanjutkan pekerjaanku. Kau harus habiskan makanan yang sudah kubeli."
"Tap--"
"Bye, i love you!" dan pintu pun tertutup.
I love you?
»
Yhaa hai kalian 😘
So sorry baru update lagi. Lagi pusing banget sama dunia, heheh.
Tenang aja, nanti malem update lagi kok hehe
All the fookin' love
—Nida ✨Ehh salah lapak, hehe :))) *peace
KAMU SEDANG MEMBACA
Him And I » Styles [COMPLETED]
Fanfiction[WRITTEN IN INDONESIAN] » Story between crazy girl and annoying boy that loves each other but something tearing them apart. [Direvisi hanya sebagian part saja] 2.02.18 - 27.05.18 © 2018 by s0ciopath