01

1.9K 226 16
                                    

Author's POV

"Tidak akan. Kau pikir aku ibumu? Apa kau tidak punya rumah?" Aster berkata kepada pria asing yang tiba-tiba ingin tinggal bersamanya selama sebulan. Mana mungkin Aster mau? Ia saja tidak tahu siapa pria itu. Memang, wajahnya lumayan tampan, namun Aster tidak ingin mempertaruhkan nyawanya. Bisa saja kan pria itu adalah pembunuh bayaran? Who knows.

"Please?" Mohon pria itu namun tetap saja Aster menggeleng. Aster maju satu langkah mendekati pria itu, menatapnya tajam, dan langsung mengambil kunci apartemennya.

"Dapat! Pergilah kerumah sakit jiwa. Kau sakit."

Aster memungut barang belanjaannya dan membuka pintu apartemennya. Setelah pintu terbuka, ia masuk dan langsung menutup pintunya agar pria asing itu tidak bisa ikut masuk. Saat Aster sudah berada di dalam apartemennya, ia mendengar suara teriakkan dari luar.

Pria itu berteriak, "AKU TETAP MENUNGGU DI DEPAN PINTU APARTEMEN MU SAMPAI KAU MENGIZINKANKU."

Aster memutar matanya dan menggelengkan kepalanya mencoba mengabaikan pria asing itu. "Orang gila."

»

"Aneh. Apa menurutmu aku harus mengizinkannya tinggal di apartemenku?" Kini Aster sedang berbicara dengan temannya, Florence di telpon.

"Apa dia masih diluar?"

"Entahlah. Aku belum mengeceknya. Sebentar aku cek." Aster pun bangkit berdiri dari sofanya dan berjalan mendekati pintunya dan mengintip keluar melalui lubang kecil yang ada di pintu. Aster tidak bisa melihat pria itu. Ia hanya melihat kakinya saja. Sepertinya pria ini bersandar pada pintu. "Masih, Flo. Orang gila itu masih duduk di depan apartemenku."

"Izinkan saja, Aster. Setidaknya untuk satu hari. Sepertinya ia benar-benar tidak punya tempat tinggal."

Aster menghela nafasnya. "Fine. Goodbye, Flo."

"Bye."

Setelah sabungan telpon terputus, Aster memasukkan ponselnya kedalam sakunya lalu membuka pintu apartemennya. Pria itu langsung terjatuh terlentang karena punggungnya sedang bersandar di pintu apartemen Aster sedangkan Aster baru saja membuka pintunya. "Astaga!"

"Oops, maaf. Aku sengaja." Ucap Aster. Pria itu langsung berdiri dan membenarkan letak beanie nya.

"Berubah pikiran?"

Aster mundur selangkah memberikan pria itu jalan untuk masuk kedalam apartemennya. "Masuk. Cepatlah."

Pria itu tertawa kecil lalu berjalan masuk kedalam apartemen Aster. Aster memutar matanya lalu menutup pintu apartemennya. Saat ia berbalik, ia menemukan pria itu tengah berbaring di atas sofa dengan santai layaknya seperti pemilik rumah. "Hey! Kau itu tamu."

Pria itu tanpa menoleh menjawab, "Tamu adalah raja."

Aster menggelengka kepalanya dan berjalan kearah dapur. "Terserah."

Aster mengambil satu buah apel dari dalam kulkas. Ia menutup pintu kulkas lalu berbalik. Belum sempat Aster menggigit apelnya, pria itu sudah terlebih dahulu mengambil apel itu dari tangan Aster dan memakannya. "Kau?!"

Pria itu malah tertawa lalu melompat duduk di atas pantry memperhatikan Aster yang kembali mengambil sebuah apel dengan kesal. "Jangan cemberut seperti itu. Nanti kau cepat tua."

Aster memandang pria itu sinis lalu melegang pergi meninggalkan pria itu dan kembali duduk di atas sofanya dan menyalakan tv nya. Sedangkan pria ini menggelengkan kepalanya seraya terkekeh. Dia ingat dia belum memperkenalkan dirinya. Dia pun melompat turun dari atas pantry dan berjalan menghampiri Aster yang sedang duduk santai sambil menonton tv. Pria itu berdiri di depan Aster menghalangi Aster yang sedang menonton tv. "Ck! Minggir."

Pria itu terus bergeser mengikuti arah gerak mata Aster. Sudah kesal, akhirnya Aster pun pasrah dan mendongak menatap pria itu. "Apa lagi?"

"Kita belum berkenalan," Ucap pria ini lalu mengulurkan tangannya kepada Aster. "Halo, aku Harry Edward Styles."

Aster dengan malas menjabat tangan pria bernama Harry itu. "Aster Nicolette Richardson."

Harry mengangguk lalu duduk di sebelah Aster. "Kau tinggal sendiri?"

"Tidak semenjak ada kau."

Harry lagi-lagi terkekeh. "Ayolah, hanya satu bulan."

Aster menoleh kesamping, menaikkan sebelah alisnya. "Eh? Memangnya aku mengizinkanmu untuk tinggal selama sebulan? Hanya sehari, tuan Styles."

"Oh, ayolah. Setidaknya seminggu." Ucap Harry melakukan penawaran. Aster menggeleng tanpa menoleh.

"Aku tidak mau tinggal bersama orang yang bahkan tidak aku kenal sama sekali dengan waktu yang lama."

"Kita sudah berkenalan tadi." Ucap Harry. "Kumohon?"

"Tidak."

"Kau harus mengizinkanku." Ucap Harry. "Kalau tidak aku akan menciummu saat ini juga."

"Satu minggu."

»

All the fookin' love
-Nida

Him And I » Styles [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang