20

858 124 34
                                    

Aster's POV

Aku duduk di sofa menunggu Louis menjemputku. Aku dan Louis hari ini ingin melakukan sebuah rencana yang bisa memperbaiki hubungannya dengan Tiffany.

Kami akan dinner bersama malam ini.

Tidak, ini bukan dinner seperti sebelumnya yang dimana ia menyatakan perasaannya kepadaku. Ini hanyalah dinner berencana yang sengaja dilakukan di depan Tiffany dan bertujuan untuk membuat Tiffany cemburu. Hanya itu, tidak lebih.

Sambil menunggu Louis, aku memainkan ponselku mengecek beberapa pesan masuk dan salah satunya dari Niall. Aku kini menjadi sedikit dekat dengan Niall karena aku selalu menanyakan keadaan Harry melaluinya. Aku tahu ia tinggal di rumah Niall. Niall sendiri yang memberitahuku. Namun ia bilang aku harus berpura-pura tidak tahu. Ah, Niall itu baik sekali.

Tok... Tok... Tok...

Oh, itu Louis.

Aku bangkit berdiri dan berjalan kearah pintu dan membuka pintu apartemenku.

"Hola! Louis tampan disini." Percaya diri sekali dia.

Aw, dia membawa bunga.

Aku mengambil bunga yang ada di tangannya namun ia menjauhkannya dariku. "Eits! Ini bukan untukmu. Ini untuk Tiffany."

Dasar tidak tahu diri. Sudah aku bantu, ia malah seperti ini.

Aku memutar bola mataku. "Whatever loueh. Jadi kita menjalankan rencana kita?"

"Ya, of course. Aku sudah mengatur semuanya. Dia juga sudah berada di tempat target."

"Fine, ayo kita kesana."

»

Aku dan Louis kini sudah berada di tempat target aka di restoran dimana Tiffany makan malam. Louis sudah mengatur semuanya, jadi aku hanya mengikutinya saja. Aku dan Louis berjalan masuk ke restoran itu.

"Hey, kalungkan lenganmu di lenganku agar Tiffany cemburu." Bisiknya. Lantas, akupun mengalungkan lenganku di lengannya dan dia tertawa.

Halah, tipuan lama. Bilang saja dia ingin lengannya ku pegang. Louis, Louis.

Kami mencari meja pesanannya dan kami pun berjalan menuju kesana dan duduk.

Aku mengintari restoran ini. "Dimana kekasihmu?" Bisikku lalu ia menunjuk sebuah meja yang ada di pojok ruangan.

Seorang wanita duduk sendiri dengan segelas wine di depannya.

Aku kembali menoleh kepada Louis. "Lalu? Apa yang harus kita lakukan sekarang?"

"Wait and see." Ia mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang.

"Cody, sekarang ajak dia kesini." Ucap Louis singkat kepada seseorang yang ada di sebrang telpon lalu ia mematikan ponselnya dan kembali memasukkan ponselnya kedalam saku celananya.

"Cody?" Tanyaku.

"Sepupuku," Jawabnya. "Ah ya, nanti kita harus berpura-pura mesra sampai Tiffany datang kesini dan menamparku."

"Menamparmu? K-kau bilang ini bertujuan untuk memperbaiki hub--"

"Aster, nanti saat kami sudah sampai dirumah, kita akan meluruskan semua ini dan aku akan jujur kalau ini hanyalah sandiwara."

Aku menghela nafasku. Aku tidak tahu ini akan berhasil atau tidak. Namun jika aku menjadi Tiffany, aku akan langsung memutuskan Louis.

Kecuali ini Harry.

Ugh, apa yang aku bicarakan? Ini juga saranku. Sebaiknya aku mengikuti permainan ini saja.

Ponsel Louis bergetar dan ia mengeceknya. Terlihat ia sedang membaca pesan masuk dari seseorang yang aku yakini adalah Cody.

"Sekarang."

Lantas ia langsung merangkul bahuku dan aku menyenderkan kepalaku di pundaknya. Jujur, ini sangat awkward. Ugh, cepatlah Tiffany. Aku tak kuasa lagi menahan rasa maluku. Jantungku berdebar dengan sangat kencangnya.

"Lou, mana Tiffany?" Tanyaku. Ia hanya mengangkat kedua bahunya.

"Entahlah. Tapi tadi Cody bilang kalau ia dan Tiffany menuju kesini. Mungkin Tiffany ke toilet terlebih dahulu," Ucapnya dan aku merasa ada yang menghampiri kami dari belakang. Tetapi aku tidak berani menghadap kebelakang. "Kurasa ini Tiffany."

Kami berdua pun memutar kepala kami menghadap ke belaka-- "H-harry?"

Sial, mengapa jadi Harry?

"Good, Aster." Sial, ia sangat marah. Sial, sial, sial.

Harry menarik kerah baju Louis yang membuat Louis berdiri. Fuck, ini jauh diluar ekspetasi. Yang kami tunggu adalah Tiffany, bukan Harry.

Harry memukul pipi Louis hingga memar. Sial, aku paling tidak suka jika melihat oranh bertengkar.

Aku berdiri dan memisahkan mereka dengan cara berdiri di tengah-tengah mereka. "Stop!"

Dengan napas yang masih tersenggal-senggal, perlahan mereka menjauh dan mengatur nafas mereka kembali menjadi normal. Syukurlah aku berhasil memisahkan mereka sebelum salah satu mereka ada yang terluka parah.

Aku menepuk pundak Louis dua kali lalu melihat kepada Harry. Mata hijaunya menggelap dan rahangnya mengeras.

Sial, ia benar-benar marah.

"Good choice. Kau memintaku untuk tinggal tetapi kau berselingkuh dengan Louis? Jika memang kau mencintai Louis, kenapa dulu kau tidak menerimanya?" Tanya Harry kasar. Aku melihat Niall berdiri di belakangnya menepuk-nepuk pundaknya.

"H-harry, kau salah paham. Aku tidak berselingkuh dengan Louis. Kami hanya--"

"Hanya apa? Sudahlah Aster, kau memang mencintai Louis, bukan aku. Semua perempuan sama saja. Bullshit as always."

Harry berbalik dan langsung pergi meninggalkan restoran ini dengan cepat. Aku tidak sempat menahannya. Bahkan ia menabrak bahu Niall hingga pria itu terdorong olehnya.

Niall berbalik dan berlari menyusul Harry. Aku ingin menyusul tetapi kurasa Louis masih merasakan sakit di perutnya. Ia terus mengelus perutnya dan merintih kesakitan.

"Kau tak apa? Astaga maafkan aku." Ucapku.

"No, it's fine. Ini bukan salahmu, ini salahku. Seharus--"

"Shhh, sebaiknya kau duduk." Ia pun duduk di kursinya.

"Mau kupesankan air ha--"

"Astaga Louis." Seorang wanita muncul dan langsung mendekati Louis. Aku yakin ia adalah Tiffany.

"Louis." Dan aku yakin itu adalah Cody. Mereka berdua kini sibuk mengurusi Louis.

Tiffany menoleh kepadaku. "Ada apa dengannya?"

"Uhmm dia--" Sial, ponselku berbunyi.

Niall?

"Halo?"

"Keluar dari restoran sekarang. Sesuatu terjadi kepada Harry."

"W-what?"

"Diam dan cepatlah!"

Sambungan terputus.

Aku langsung memasukkan ponselku kedalam saku dan berlari keluar restoran tanpa pamit kepada Louis. Sial, perasaanku sangat tidak enak.

Aku berlari menuju kedepan restoran

Di depan restoran itu, sudah banyak orang yang sedang berkumpul dan sebuah mobil yang hancur mengenaskan. Apa yang terjadi? Mengapa Niall memintaku untu--

HARRY!

Aku langsung berlari dan menerobos sekumpulan orang itu tidak peduli apa yang mereka bicarakan dan melihat apa yang terjadi.

Seorang pria terbaring lemah di aspal dengan darah yang memenuhi tubuhnya.

Itu Harry.

»

Haluu

Harry gua bikin mati aja lah ya? Biar cepet ending HAHAH BERCANDA!

All the fookin' love
—Nida

Him And I » Styles [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang