Harry's POV
"Harry, ini salah. Kau tidak boleh terus-terusan bersembunyi. Kau tahu? Dia sangat khawatir denganmu. Aku menjadi tidak enak kepadanya karena sudah berbohong." Ah, si pirang ini tidak tahu apa yang sedang kurasakan. Dia hanya bisa mengomel dan memarahiku karena aku bersembunyi dari Aster. Aku hanya ingin menyegarkan pikiranku. Aku tidak mungkin kembali ke London.
"Niall, tapi ini sulit. Aku tidak mau bertemu Aster dulu. Aku ingin menjauh darinya sesaat." Jawabku dengan mata yang masih fokus bermain xbox.
"Kau bahkan seperti anak wanita, Harry. Kau itu pria. Tidak boleh menjadi pengecut seperti ini."
"Aku akan berganti kelamin besok." Jawabku cuek namun aku malah mendapat lemparan bantal dari Niall.
"Harry, don't act childish. Kau sudah berumur duapuluh tiga." Ucap Niall memperingatiku.
"Duapuluh empat, Neil." Ralatku.
"Whatever," Lalu Niall duduk di sebelahku. "Tell me."
"Tell you what?" Jawabku namun masih saja aku fokus dengan xbox Niall. Xbox ini lebih menarik dibandingkan dengan pemiliknya.
Niall menghela nafasnya. "Beritahu aku bagaimana bisa kau bertengkar dengan Aster."
Oh itu. Aku pun menaruh xbox Niall di atas meja lalu mulai menceritakannya kepada Niall. "Aster dan aku bertengkar karena uhm sebenarnya hanya aku yang marah kepadanya. Dia tidak marah kepadaku. Ak-aku marah karena ia terus memintaku untuk menikahi Beverly dan aku membenci itu."
Niall tertawa ironi. "How can she said that? Kau kekasihnya dan dia melepaskanmu begitu saja?"
Aku menggedikan bahuku. Niall benar. Aster kekasihku namun ia melepaskanku begitu saja. Mungkin jika aku yang berada di posisi Aster, aku tidak akan melepaskannya untuk siapapun sekalipun itu adalah tunangannya. Namun ini berbeda. "Kupikir dia benar-benar tidak mencintaiku."
"Tidak, Harry. Kau pernah bilang bukan, ia menolak seorang lelaki demi kau?" Tanya Niall. Ya, aku pernah bercerita dengannya. Namun kurasa Aster melakukan itu bukan demi aku.
"Y-ya. Aku pernah mengatakannya. D-dia mungkin menolaknya hanya karena dia tidak mencintainya. Bukan karena dia mencintaiku," Jelasku. "Words it's just words. It means nothing."
"Tapi Harry," Ucap Niall namun ia menggantungkan kalimatnya. "Aster tidaklah berbohong menurutku. Kau tahu soal cinta berarti melepaskan? Ya, Aster pasti melakukan itu."
Aku memutar mataku. "Niall, bahkan kau bukan seorang pakar cinta."
"Tapi aku juga pernah jatuh cinta, Harry. Dan aku pernah melepaskan seseorang yang aku cintai demi kebahagiaannya."
»
Author's POV
Dengan ponsel di tangannya, Aster berjalan dari ujung ke ujung hanya karena ia bingung. Haruskah ia menghubungi Gemma? Ia masih khawatir tentang Harry. Belum ada kabar sampai saat ini. Sialnya, Harry memang tidak mempunyai ponsel. Sangat susah untuk menghubungi Harry.
Aster berpikir jika ia menelpon Gemma, itu bisa membantunya untuk mengetahui Harry masih di California atau di London karena tentu saja jika Harry ke London, ia pasti kesana bersama Gemma.
Menghentikan kakinya, Aster langsung berkutik dengan ponselnya mencari kontak Gemma lalu mengubungi nomornya.
"Halo?"
"Halo Gemma. It's me, Aster."
"Oh, Aster. Kenapa?"
"Apa kau masih di California?"
"Ya, aku masih di California. Aku tidak akan ke London sebelum aku menemukan Harry."
"B-berarti Harry masih di California?"
"Aku tidak tahu. Tapi aku belum berhasil menemukannya. Aku yakin dia masih ada disini. Kau sudah menemukannya?"
Aster terdiam mengabaikan suara Gemma. Dia yakin Harry masih di California. Ya, dia masih disini.
"Halo? Aster? You hear me?"
"Y-yeah. Kenapa?"
"Huft. Kau sudah menemukan Harry?"
"B-belum. Tapi aku akan menemukan Harry secepatnya. Ya, secepatnya."
"Good. Thanks then. Good night."
"Yeah, good night."
Aster memasukkan ponselnya kedalam sakunya lalu berjalan ke kasurnya dan membanting tubuhnya ke atas kasur itu. Matanya mengintari ruangan kamarnya. Namun matanya berhenti pada satu bingkai foto berisi fotonya dengan Harry yang tengah memegang cotton candy. Itu adalah saat mereka berdua pergi ke taman bermain.
Aster bangkit berdiri dari ranjangnya dan berjalan mendekati bingkai foto itu. Senyuman kecil perlahan mengembang dari bibirnya. Lalu tangannya bergerak meraih sebuah bingkai foto yang ukurannya lebih kecil. Bingkai foto itu berisi wajah Harry yang sedang menunjukkan wajah konyolnya. Bahkan mereka sempat bertengkar selama dua jam karena Aster mencetak foto ini tanpa sepengetahuan Harry.
Dan yang terakhir adalah sebuah flower crown yang diberikan Harry pada saat ulang tahun Aster. Aster terkekeh kecil lalu mengambil flower crown itu lalu memakaikannya ke atas kepalanya. Dia berjalan mendekati cermin. Aster tertawa karena melihat pantulan wajahnya sendiri di cermin.
Oh, dia sungguh merindukan pria menyebalkan itu.
»
Sorry pendek :)
Vomments, love
All the fookin' love
—Nida ✨
KAMU SEDANG MEMBACA
Him And I » Styles [COMPLETED]
Fanfiction[WRITTEN IN INDONESIAN] » Story between crazy girl and annoying boy that loves each other but something tearing them apart. [Direvisi hanya sebagian part saja] 2.02.18 - 27.05.18 © 2018 by s0ciopath