Perizinan

99 8 2
                                    

Rani bangun pagi seperti biasa dia bersiap untuk sarapan bersama mama dan papa nya. Rutinitas weekend yang selalu dia dan keluarganya lakukan saat hari libur datang.

Aku langsung menuju dapur, dalam perjalanan menuju dapur aku berfikir bagaimana meminta izin pada mama dan papa untuk keluar rumah nanti sore bersama kak Zarbika. Ku melihat sekeliling dapur dan ku melihat mama yang sedang menyiapkan sarapan sedangkan papa sedang membaca koran di meja makan. Aku duduk di meja makan tepat dihadapan papa yang sedang membaca koran mingguannya.

Ku beranikan diri untuk berbicara pada mama yang sedang menyiapkan sarapan "Mah," panggil Rani pada mamanya yang sedang menyiapkan sarapan dimeja makan.

"Iya, kenapa?" Sambil menata sarapan dimeja makan. "Aku mau izin keluar nanti sore, sama teman." Tanya Rani ragu-ragu, takut tidak diizinkan.

"Nanti sore? Teman kamu laki-laki atau perempuan? Terus kamu mau kemana?" Pertanyaan beruntun yang mama ku lontarkan sontak membuat papa mengalihkan pandangannya padaku, melipat koran yang tadi sedang dibaca dan diletakkannya diatas meja makan.

"Mampus dah ni gua, kalo gua bilang pergi sama cowo pasti mama sama papa mikirnya nanti si jangkung itu pacar gua lagi." Dalam hati ku berbicara sendiri mencoba menjawab pertanyaan mama. Belum aku menjawab pertanyaan mama. Papa sudah berkata."Sudah nanti saja berdiskusinya, kita makan saja dulu." Kata papa sambil tersenyum.

"Yasudahlah, tapi nanti kamu jelaskan ya Rani, kamu itu mau pergi kemana? dan dengan siapa kamu pergi? Kamu ngertikan?" Kata mama sambil melihat kearah ku. Ku jawab dengan anggukan.

Disela-sela sarapan papa menanyakan bagaimana sekolah ku? Dan apa ada masalah dalam belajar ku? Dan kujawab semua baik-baik saja. Dan itu memang pertanyan yang papa lontarkan setiap kami sarapan di pagi hari ini. Dan memang selama di sekolah aku tidak bertingkah yang aneh-aneh, karna aku hanya ingin mencari ilmu disana dan tidak ingin merepotkan kedua orang tua ku yang sudah membanting tulang untuk menafkahi ku.

"Jadi gimana Rani?" Tanya mama sambil menatap ku. Ya kami sudah selesai sarapan dan sekarang aku seperti penjahat kelas kakap yang sedang diintrograsi oleh orang tua ku sendiri.

Kami masih berada didapur sedangkan papa berada diteras melakukan aktivitasnya setiap minggu yaitu olahraga ringan.

"Jadi gini mah... Rani mau pergi sama Kakak kelas Rani." Mama menatap ku, menunggu penjelasan ku selanjutnya.

"Namanya Zarbika, dia juga tinggal dekat sini," aku berfikir, apa lagi yang harus ku katakan pada mama. "Dia mau-" perkataan ku terpotong dengan isyarat mama yang menyuruh ku untuk tunggu sebentar karna handphonenya sedang menerima panggilan.

"Sebentar, kamu bisa jelasin ke papa biar nanti papa jelasin ke mama." Jelas mama padaku lalu pergi meninggalkan untuk menerima panggilan dari kantornya.

Aku pun berjalan menuju depan untuk berbicara dengan papa diteras. "Duh gimana lagi ni, harus ngejelasin apa lagi sama papa." Ku berfikir dengan keras apa yang harus ku katakan pada papa. Setibanya diteras papa ternyata tidak berada diteras. Kemana papa? Pasti sedang joging ditaman. Tanpa pikir panjang aku langsung mengambil sepeda gunung yang ada digarasi dan langsung meluncur ke taman.

***

Ku kayuh sepeda ku dengan santai sambil melihat sekeliling melihat segala aktivitas yang orang lakukan pada hari minggu, ada yang sedang berlari, mengayuh sepeda, menyiram tanaman, mengajak binatang peliharaan jalan-jalan, dan masih banyak lagi aktivitas yang dilakukan.

Tak terasa aku sudah memasuki area taman, ku telusuri seluruh area taman dan mencari keberadaan papa yang sekarang belum ku ketahui. Papa dimana ya? Apa sudah pulang? Ah tidak mungkin masa cepat sekali berolahraganya.

Avontur RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang