Autor pov
"Tunggu!" Stella mencekal tangan Rani yang baru saja ingin keluar dari kantin.
Rani membalik badannya dan mendapati Stella yang tengah memegang tangannya dengan sangat kuat. Dengan kasar Rani melepaskan pegangan Stella. "Ada apa?" Rani membenarkan posisi berdirinya, memberi kesan bahwa dia tidak takut dengan Stella dan teman-temannya yang berdiri dibelakang Stella.
"Gua dengar lu udah balikan sama Zarbika?" Stella menunjuk Rani dari bawah hingga berhenti diwajah Rani.
"Ya itu benar." Rani membenarkan ucapan Stella.
Stella tertawa hambar disaat mengetahui kebenaran yang menyakitkan. Dia merasa telah gagal dalam tipu muslihat yang dilakukannya kemarin. "Wow!" Stella bertepuk tangan sendiri. "Lu ga tau apa?"
Rani terdiam, menunggu kalimat yang menggantung kakak kelasnya itu. Karna dia sibuk dengan tertawa hambar dan bertepuk tangan bagai orang yang sedang sakit jiwa.
Stella mendekatkan diri ke Rani, menyelipkan rambutnya didaun telinga lalu mulai berbisik ditelingan Rani. "Ciuman itu sangat nikmat." Ucapnya dengan penuh penekanan yang siapapun mendengarkan akan merasa jijik.
Rani seketika tersulut dengan ucapan Stella. Bagai kaset yang sedang diputar ulang Rani melihat kejadian di taman belakang sekolah. Kejadian yang sangat mengiris hatinya.
Stella melihat yang kebungkaman Rani semakin senang. Liat zar, perempuan yang lu kagumi akan melakukan tindakan bodoh sebentar lagi. Stella bersorak ria didalam benaknya.
"Stel, ayo kita ke kelas. Bentar lagi pelajaran kimia." Salah satu teman Stella berbisik, takut mendapatkan hukuman dari guru yang siapapun terlambat masuk dijam pelajarannya akan dihukum membersihkan semua toilet di sekolah setelah jam pelajaran usai.
"Duluan aja." Stella mengabaikan teman-temannya. Dia ingin fokus menghancurkan adik kelasnya kini.
"Yaudah kita duluan ya." Pamit teman-teman Stella buru-buru meninggalkannya.
"Lu tau, kejadian cukup menguras tenaga gua, yaampun... nafas gua sampai habis gara-gara Zarbika terlalu semangat." Stella mulai memanasi Rani lagi. Dia telah siap jika Rani mengamuk dihadapannya.
Syifa hanya diam berdiri disamping Rani yang kini membisu. Dia tidak mengerti dengan ucapan kakak kelasnya dan Rani yang hanya diam sedari tadi.
"Uhhh... nikmat, gua bisa ngelakuin itu berulang-ulang sama Zar-" ucapan Stella terpotong dengan tangan Rani yang mengangkat tepat diwajah Stella.
"Stop," Rani menarik nafas lalu membuangnya dengan kasar. Lalu melempar senyum terpaksa ke arah Stella. "Udah ya kakak kelasku yang cantik, aku ingin belajar. Jadi aku pamit." Lanjutnya lalu menggandeng Syifa untuk meninggalkan kakak kelasnya yang menyebalkan itu. Siapa dia yang berani-beraninya menyentuh Zarbika. Apa dia tuan putri disini. Atau pemilik sekolah ini. Dia hanya siswi biasa disini.
Stella mendapat perlakuan yang tidak sesuai ekspetasinya. Dia menatap langit-langit dengan frustasi dan menggebrak meja dengan sekuat tenaga sebelum meninggal kantin menuju kelas. "Argh!"
"It's my girlfriend." Zarbika tersenyum puas dengan perlakuan Rani yang dapat mengontrol emosinya dihadapan Stella.
"Mas airnya belum dibayar." ucap pedagang kantin menagih uang pada Zarbika yang sedari tadi menunda untuk membayar sebotol air mineral.
"Eh iya," Zarbika mengambil uang dari saku kemejanya lalu memberikannya. "Maaf ya pak," dia hanya cengengesan menanggapi kefokusannya terhadap Persiteruan yang membuatnya mengabaikan pembayaran minumannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Avontur Rasa
Teen FictionMengerahkan seluruh usaha guna dipandang takdir. Bukan hal pasti nan mudah dalam melakukannya. Aku kerap ragu akan perasaanku. Gelisah terus membebani pikiranku. Haruskah bertindak atau diam. Zarbika Ibra, bagaimana aku bisa menghadapinya.