Come Back

17 2 0
                                    

Author Pov

Stiz hanya diam membisu tanpa berbicara di samping Rani yang tengah terlelap di kasurnya.

"Kapan ini berakhir," keluh Stiz yang tak kunjung melihat tatapan mata Rani. Kini terpancar jelas raut wajah khawatir yang Stiz keluarkan di samping Rani yang masih tertidur selama dua hari ini. Semua perkerjaannya ia tinggalkan untuk selalu berada disamping Rani. Setelah melihat Rani yang pingsan dua hari yang lalu, Stiz enggan meninggalkan Rani sedikit pun.

Sakti dan Putri sudah melarang Stiz untuk berada disini untuk setiap saat. Namun jawaban Stiz tetap sama. Ia tidak ingin melakukan apapun selain selalu berada di samping Rani hingga siuman.

"Stiz," panggil Putri dengan memegang pundak Stiz yang tertidur disamping ranjang Rani.

Stiz terbangun dari tidurnya. "Iya tan," jawab Stiz setengah sadar.

"Kamu sarapan dan mandi dulu sana," tutur Putri lembut seperti berbicara dengan putranya sendiri.

Stiz menggeleng. "Aku tungguin Rani aja tan, sebentar lagi pasti dia siuman." ucap Stiz dengan senyum terpaksa sambil mencium tangan Rani yang tidak diinfus.

"Stiz," gumam Putri parau. Putri sudah menganggap Stiz seperti putra kandungnya sendiri dan ia tidak tega melihat keadaannya seperti orang yang kehilangan arah.

"Stiz kamu harus sarapan dan mandi sekarang. Jangan ngeyel terus. Jangan ngerusak tubuh kamu sendiri." Sakti mulai geram dengan tingkah laku Stiz yang seperti anak kecil. Ia tidak akan bersikap lembut jika sikap Stiz seperti ini. Sudah dua hari ia tidak makan dengan teratur. Dan kebersihan tubuhnya saja ia tidak peduli sama sekali. Sakti sudah tidak tahan melihat sikap Stiz yang seperti ini. Ini sudah cukup.

"Tapi-" ucapan Stiz terpotong.

"Tidak ada tapi tapian. Sekarang Stiz. Jangan beralasan lagi." tegas Sakti tidak ingin dibantah sama sekali.

Dengan enggan Stiz meninggalkan Rani. Langkah lesuh menemaninya hingga kamar mandi. Sekali lagi ia menoleh ke arah hordeng pemisah dimana disisi lainnya Rani terbaring tanpa sadar.

"Habiskan ya Stiz," kini Stiz tengah sarapan bubur ayam yang tadi dibeli Sakti di kantin rumah sakit. Sakti senang, akhirnya Stiz tidak bertingkah layaknya anak kecil lagi.

Stiz mengangguk angguk mendengar permintaan Sakti. Ia tidak akan membantah lagi. "Om berangkat kerja dulu ya," Sakti mengelus kepala Stiz. "Om titip Rani, kabarin kalau ada perkembangan."

"Iya om," jawab Stiz dengan bubur yang memenuhi mulutnya. Sakti terkekeh melihat Stiz. Seperti anak kecil pikirnya.

"Oh iya, tante tadi udah pergi duluan. Kamu dapat salam darinya, katanya jangan telat makan." ucap Sakti sebelum sepenuhnya meninggalkan ruangan. Stiz hanya mengangguk dan tersenyum menjawab pertanyan Sakti.

***

Stiz Pov

Aku memandang wajahnya yang polos nan pucat. Ia sangat nyenyak dengan tidurnya, apakah dia tidak ada niatan terbangun dari tidurnya? Ini sudah dua hari ia tertidur. Kenapa ia tak kunjung membuka matanya. Aku merindukannya. Kekesalannya yang sering ditujukkan padaku sangat aku rindukan. Apa ia tidak merasakan hal itu?

Rani, bangun. Sudah cukup kau tidur. Ini terlalu berlebihan untuk beristirahat. Batinku. Aku menggenggam tangannya seperti es kutub utara yang kurasakan dengan tangan ku setiap memegang tangannya. Dingin. Beberapa kali aku mencium tangannya dan memejamkan mata berdoa kepada Tuhan untuk memulihkannya secepatnya. Agar ia dapat merusuhkan hari-hariku setiap saat. Hal yang sangat menyenangkan.

Avontur RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang