Author Pov
"Lu duduk sini aja," tunjuk Rani pada Zarbika dekat dengan Sakti yang telah duduk. Dan Zarbika tepat di sebelah kiri meja makan. Rani pun menarik kursi yang berada di sebelah Zarbika.
"Kejutan sekali, ada nak Zarbika yang ikut makan malam." tutur Sakti hangat, menyingkirkan koran dari tatapannya.
"Iya om," Zarbika tersenyum canggung dihadapan Sakti.
"Maaf om, saya jadi ngerepotin," lanjut Zarbika yang tak enak hati makan satu meja dengan keluarga Rani. Ini membuatnya sedikit keringat dingin. Beberapa kali ia mengusap keringat yang ada di kening dan pelipis. Jika rumah Rani tidak memiliki AC mungkin keringat Zarbika telah muncul dipermukaan kulit sebesar biji jagung. Terlalu nerves.
"Jangan sungkan nak, kamu mau makan setiap hari disini juga tidak apa-apa. Iya 'kan sayang." tunjuk Sakti dengan tatapannya pada Rani.
"Iya pa," Rani mengangguk membenarkan ucapan Sakti.
"Mama kemana pa?" tanya Rani yang tak kunjung melihat Putri. Seharusnya Putri telah bergabung bersama mereka sekarang.
"Mama kamu lagi nunjukin kamar buat Stiz, sebentar lagi juga datang." jelas Sakti pada Rani.
Zarbika langsung menoleh ke arah Rani setelah mendengar nama Stiz.
"Stiz? Om-om itu tinggal di rumah lu?" tanya Zarbika membisik. Rani hanya cengengesan menanggapi pertanyaan Zarbika. Ia lupa memberi tahu bahwa Stiz akan tinggal beberapa waktu disini.
"Selesai makan malam gua jelasin." jawab Rani juga membisik. Zarbika hanya mengangguk menyetujui.
"Mama udah ga sabar makan masakan putri mama." Putri berjalan beriringan dengan Stiz menuju meja makan.
Stiz yang melihat tamu tak diundang menatap tidak suka ke arah Zarbika. Ngapain bocah ingusan ada disini. Batin Stiz.
"Kamu Zarbika ya!" tunjuk Putri antusias melihat Zarbika yang telah berdiri dari kursinya.
"Iya tante," Zarbika membungkuk memberi hormat pada Putri disebrang meja makan.
"Kamu pacar anak saya kan." tatapan Putri berbinar melihat Zarbika yang telah tumbuh sebagai remaja tampan. Zarbika hanya tersenyum mendengar penuturan Putri yang begitu indah ditelingannya.
"Iya tan, saya pacarnya Rani."
"Kamu tampan ternyata ya." puji Putri. Ia tidak menyangka bahwa Zarbika dan putrinya telah menjadi sepasang kekasih kini. Putri ingat dikala Rani tidak mengingat Zarbika. Rani sangat ketakutan saat itu. Dimana ada Zarbika ia akan ketakutan, walaupun jarak antara mereka cukup jauh.
Zarbika hanya tersipu malu menerima pujian dari Putri. Ia menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
"Tante lebih cantik dari bidadari kayangan." puji balik Zarbika pada Putri diselingi senyum.
"Bisa saja kamu," Putri mulai duduk dikursinya lalu diikuti oleh Zarbika dan Stiz. Sesi makan malam pun dimulai. Putri dan Sakti beberapa kali berkomentar bahwa nasi goreng buatan Rani sangat lezat ditambah dengan bulgogi yang dibawa Stiz menambah kelezatannya. Mungkin Rani memiliki bakat terpendam untuk menjadi juru masak yang handal.
Seperti biasa setelah makan malam selesai Sakti dan Putri akan kembali pada pekerjaannya yang telah menunggu di ruang kerja. Dan akan berhenti jikalau telah menyelesaikan pekerjaan yang selalu datang silih berganti.
"Jadi, dia ngapain disini?" Zarbika membisik pada Rani yang duduk bersebelahan diruang tamu. Zarbika melirik ke arah Stiz yang sedang memainkan ponselnya. Mengamati apakah ia mendengar atau tidak perbincangannya dengan Rani.
KAMU SEDANG MEMBACA
Avontur Rasa
Teen FictionMengerahkan seluruh usaha guna dipandang takdir. Bukan hal pasti nan mudah dalam melakukannya. Aku kerap ragu akan perasaanku. Gelisah terus membebani pikiranku. Haruskah bertindak atau diam. Zarbika Ibra, bagaimana aku bisa menghadapinya.