Kamu adalah lelaki yang terpilih oleh Tuhan tuk melukiskan senyumku kini maupun nanti
Rani M.
***
Kini berdiri di sudut balkon sekolah adalah rutinitasku setiap hari, memandangnya yang sedang bergurau dengan kawan sekelasnya di lantai yang lebih tinggi.
Beberapa kali dia memandang ke arahku dan melemparkan senyumnya.
Ping!
Gawai yang sedang ku pegang bergetar sekali, menandakan ada sebuah pesan yang masuk. Kulihat dari notif yang ada.
Notifikasi
Line
Hukum Netton : jangan kebanyakan melamun sayang ♥Siapa coba yang melamun? Aku kan lagi mandangin dia. Aku tersenyum melihat pesan darinya, lalu berlalu memasuki kelas.
"Gua ga melamun."
Hukum Netton
"Oh. Ya?""Iya."
Hukum Netton
"Oh iya gua tau, lu lagi menikmati ketampanan gua kan."Aku tertawa saat ia memuji dirinya sendiri, dengan bangganya ia mendeklarasikan bahwa dirinya tampan??
"Tampan? Darimana?"
Hukum Netton
"Jadi pacar lu ini ga tampan gitu? Jelek? Dekil? Buluk? Whattt? Ngenes bangat gua."Aku semakin tertawa membaca pesan darinya.
"Lu itu tampan kok, jadi jangan sedih gitu dong."
Hukum Netton
"Benarkan! Gua ini emang tampan hihi..""Lu tampan kalau dilihat dari puncak Gunung Everst wkwk.."
"Apa lu bilang?" Samar-samar aku melihat bayangan seseorang yang sedang berdiri tepat di samping ku.
Loh kok suaranya nyata ya? Perasaan ini lagi chat an deh.
"Hello, I'm here amour."
Aku menaikan pandangan ke asal suara.
"Gua nyatakan." Kini ia berdiri tepat disamping diriku dengan melipat kedua tangannya diatas dada.
"Lu ngapain kesini?!"
"Kenapa? Emang gua menyalahi peraturan kalau berkunjung yang bukan kelas gua?"
"Bukan itu," aku berdiri dari tempat dudukku dan berdiri sampingnya.
"Lu kan kakak kelas dan gua adik kelas lu," ucap berbisik padanya.
"Ya terus kenapa? Apa salahnya coba?"
Semua sorot mata kini memandang ke arah ku dan Zarbika. Kuakui kini Zarbika semakin berani menyakatan bahwa kami adalah "pasangan kekasih" bukan secara verbal dia menyatakannya tapi dengan tingkah lakunya. Contohnya seperti sekarang ini.
"Ihhh... gemes bangat gua sama lu. Asli." Bisikku kembali padanya yang tak kunjung mengerti situasi sekarang.
"Gua lebih gemezzz... sama lu," dengan spontan dia mencubit kedua pipiku dengan menggoyangkan ke kiri dan kenan.
Aku mebelalak menerima perlakuannya sekarang. Bagaimana mungkin dia memperlakukan ku dihahadapn teman sekelas.
Siswi di kelas ada yang memekik saat melihat adegan ini. Ada yang berbisik namun dapat terdengar dengan jelas ditelingaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Avontur Rasa
Teen FictionMengerahkan seluruh usaha guna dipandang takdir. Bukan hal pasti nan mudah dalam melakukannya. Aku kerap ragu akan perasaanku. Gelisah terus membebani pikiranku. Haruskah bertindak atau diam. Zarbika Ibra, bagaimana aku bisa menghadapinya.