Huah... Rani menguap setelah dirinya tertidur karna tugasnya yang kunjung tak terselesaikan. Disinilah dia sekarang masih dalam keadaan orang yang sedang mengumpulkan nyawa. Rasa kantuk yang masih ia rasakan perlahan dienyahkan darinya.
"Huah..." Aku menguap mencoba melawan rasa kantuk ini sambil meraih ponsel disebelahku.
"Hm... jam berapa ya?" Ku nyalakan ponsel dan ku lirik jam yang ada diponsel. "Oh jam 17:15..." ku rasakan seperti ada janggal. Tapi apa?
Hah!? Kusadarkan diriku sepenuhnya. Lalu kuteringat sesuatu. "Mampus dah, telat banget gila. Arghhh..."
Notifikasi
Hukum Netton
"Woiiiii." 16:00
"Dimana lu? 16:20
"Mati ya lu!? 16:30
"Oiiiii lu dimana? Pukul 16:40
"Cepetan, gua tunggu didepan rumah lu." Pukul 17:00
"Gorilaaaa." Pukul 17:12
"Cepetan woiii lu dandan lama banget sih!!!" Pukul 17:13
"Woiiii gorila bogel!" Pukul 17:14Langsung ku buka pesannya dan ku balas. Dengan rasa bersalahku ketik kalimat yang mungkin akan membuatnya kecewa.
"Iya, tunggu 10 menit. Nanti gua kesana."
Hukum Netton
"Yaudah buruan, udah telat banget ini.""Ok."
Setelah membalas pesan terakhir kutarik nafas panjang. Langsung ku mandi dengan secepat kilat lalu ku pakai pakaian yang sudah kupersiapkan sebelumnya. Setelah selesai semua persiapan dengan langkah yang terburu-buru aku turun untuk menemuinya.
Ku lihat dia sedang berdiri memunggungi dengan mengenakan jaket berwarna hitam dipadukan celana jeans dan menggunakan sepatu kets.
"Sorry, gua telat." Kata pertama yang ku lontarkan. Saat sudah tepat dibelakangnya.
Tanpa berpaling kepadaku dia berjalan menuju motornya. Aku tau sepertinya dia marah dan aku memaklumi itu karna disini aku yang salah. Aku diam hanya berdiri memperhatikan dia yang sedang menyalakan motornya.
"Cepetan naik, pengen gua tinggal lu disini?" Kata yang ia ucapkan langsung menyadarkan ku dari rasa bersalah kepada dirinya. "Heh!? Iya." Dengan langkah yang sedikit berlari kuhampiri dirinya dan ku naikan diriku pada kursi penumpang dibelakang dirinya.
Dia menyerahkan sebuah helm padaku. "Nih pake." Kuterima helm yang ia berikan. "Iya." Setalah semua persiapan selesai ia mulai melajukan kendaraannya dengan perlahan.
***
Setelah 30 menit menempuh perjalanan kak Zarbika berhenti disebuah cafe dan memparkirkan sepeda motornya.
"Disini tempatnya?"
"Iya." Kak Zarbika masih tidak melihat kearahku. "Mana helmnya? Pengen gua simpen." Sodoran tangannya mengarahku dengan sikap yang masih memunggungiku.
Kuturunkan diriku dari motornya dan menyerahkan kembali helm miliknya. "Nih."
"What!!!" Dia berteriak seperti sedang melihat hantu kearahku. "Ihhh... kenapa sih lu? Tiba-tiba teriak?" Dengan raut muka yang masih sama dia memperhatikanku dari ujung kepala sampai ujung kaki.
"L-lu kenapa pake pakaian kaya gini?" Dengan kata terbata-bata ia ucapkan. "Emang kaya gini, emang apa yang lu harapkan dari gua?" Aku tidak tau apa yang dia pikirkan. Memangnya ada apa dengan pakaianku?
Apa yang salah? Apa? Apa aku salah hanya memakai kaos berwarna hijau dengan gambar lambang pasukan pengintai dari anime Shingeki No Kyoujin dengan paduan celana joger warna hitam dan sepatu kets berwarna hitam. Apa aku aneh jika memakai pakaian seperti ini kesebuah pesta?
KAMU SEDANG MEMBACA
Avontur Rasa
Teen FictionMengerahkan seluruh usaha guna dipandang takdir. Bukan hal pasti nan mudah dalam melakukannya. Aku kerap ragu akan perasaanku. Gelisah terus membebani pikiranku. Haruskah bertindak atau diam. Zarbika Ibra, bagaimana aku bisa menghadapinya.