Zarbika pov
Pagi ini aku berniat akan menjemput Rani untuk berangkat sekolah bersama, tapi harapan itu pupus karna Rani telah berangkat terlebih dahulu.
Aku belum mengetahui semua kebiasan dari Rani, tapi aku yakin akan segera mengetahui semua kegiatan dari kekasihnya.Aku mengendarai sepeda motor dengan kecepatan sedang menyusuri jalan raya yang mulai ramai. Aku berhenti, karna lampu lalu lintas yang menunjukan warna Merah, menunggunya dengan sabar sampai lampunya berwarna hijau.
"Huah..." aku menguap, karna efek mengerjakan tugas semalam. Ku lihat sekeliling, melihat arus lalu lintas yang padat. Apa aku akan terlambat lagi? Tidak tidak aku tidak ingin melakukan kesalahan untuk yang kedua kalinya.
Ku lirik jam yang ada di pergelangan tangan kiri ku yang sudah menunjukkan pukul 06:50 dengan perasaan resah ku tatap lampu merah dengan harapan lampu berubah warna menjadi hijau. "Aduh lama banget si, gak bisa diajak kompromi ni lampu. Plis berubah, 10 menit lagi gerbang sekolah gua ditutup."
10...09...08...07
Buk!
"Ayo jalan," seseorang telah duduk manis dijok belakang ku.Siapa ni? Tapi kok kek kenal suaranya ya? Tapi, enak banget dia langsung numpang tanpa permisi dulu. Baru saja ingin ku menolak...
Tin...Tin...Tin...
Seluruh pengendara mengklakson dengan tak beraturan. Yang sepertinya tertuju padaku, dengan pasrah ku kendarai sepeda motor ku dan memberikan tumpangan gratis pada dirinya. Bisa saja aku berfikir jahat meninggalkannya nanti di simpangan jalan, tapi itu bukanlah diriku yang meninggalkan seorang perempuan disimpang jalan sendirian.***
"Turun!" Ucapku setelah sampai di parkiran belakang sekolah.
"Iya iya, gak sabaran banget si lu. Gua juga gak mau kok nempel sama jok motor lu."
"O"
"Thank you dear, besok jemput lagi ya," ia tertawa sambil bersikap centil padaku. Dan langsung ku tinggalkan ia pergi dari parkiran.
"Ihhh... jangan tinggalin dong. My dear my dear." Ia berteriak-teriak sambil mengejar langkahku. Ku percepat langkahku sampai menjauh darinya.
Dari ke jauhan sepasang mata telah memperhatikan Zarbika yang cuek dengan Stella yang sedari tadi mencari perhatian dari Zarbika. "Hm. Aneh," Rani acuh dengan apa yang ia lihat dan kembali ke kelas setelah mengambil barang pak Yusri yang tertinggal di parkiran.
***
Authour pov
Hari ini seluruh siswa-siswi mengikuti kegiatan pagi yang dilakukan satu minggu sekali. Seluruh siswa berbaris rapi pada kelasnya masing-masing, mengikuti intruktur guru.
Lancang depan! Gerak!
Diperhatikan seluruh siswa sampai berbaris rapi.
Tegak! Gerak!
Upacara pun dilaksanakan, dengan cuaca yang cerah menambah nilai tersendiri dalam upacara bendera. Ya walaupun sebagian siswa tidak senang dengan upacara, eh sebagian? Sepertinya seluruhnya ya? hehe... walaupun upacara melelahkan tapi itu tidak sebanding dengan perjuangan para pahlawan kita.
Zarbika berbaris pada bagian belakang, ia sedari tadi memperhatikan gerak-gerik Rani yang cukup aneh. Mereka hanya terhalang tiga barisan dan Zarbika bisa mengawasi Rani walaupun cukup jauh.
Hormat! Gerak!
Rani mengusap dahinya yang sedari tadi mengeluarkan keringat. "Huft. Syif pala gua pusing," dalam posisi yang masih hormat Rani menahan sakit kepalanya yang semakin sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Avontur Rasa
Teen FictionMengerahkan seluruh usaha guna dipandang takdir. Bukan hal pasti nan mudah dalam melakukannya. Aku kerap ragu akan perasaanku. Gelisah terus membebani pikiranku. Haruskah bertindak atau diam. Zarbika Ibra, bagaimana aku bisa menghadapinya.