"Lu mau keluar?" tanya Zarbika.
Aku hanya mengangguk dalam selimut tentu Zarbika bisa melihat dari gerakan yang timbul dipermukaan selimut.
"Yaudah."
Dengan cepat ku sibakkan selimut sampai jatuh ke lantai yang putih.
Zarbika terkejut dengan reaksi ku yang sangat antusias.
"Ayo," aku langsung berdiri dengan rambut yang acak-acakan.
Zarbika tertawa renyah saat melihat rambut ku yang seperti orang yang tak mandi satu bulan.
"Lu yakin mau jalan-jalan kayak gini," sambil menunjuk penampilan ku yang tadinya sudah rapih sekarang berantakan bak perang dunia kedua.
"Ish," aku mencibir karna apa yang terjadi padaku ini adalah karna ulahnya.
"Mending lu mandi dulu sana, masa gua bawa cewe gepeng jalan-jalan. Nanti dikira gua bantuin lu kabur lagi dari RSJ." Zarbika menahan tawanya yang siap meledak.
"Gepeng? RSJ? Hah! Lu," aku menunjuk kearahnya. Ingin rasanya aku ingin mengajaknya duel gladiator, eh tapi tunggu nanti kalau gua mati gimana? Perjalanan gua 'kan masih panjang cuy.
Aku mengibas-ngibaskan tangan tidak peduli ucapannya. "Iyayaya gua mandi, tapi lu utang beliin gua bakso pak mamad ga mau tau gua. Pokonya gua selesai mandi udah harus udah ada kalau engga gua putusin lu titik ga pake koma." tegas ku.
Zarbika yang tadinya menahan tawa kini merasa menyesal karna telah meledek Rani, dan dia kini mendapatkan langsung SP tiga tanpa SP satu atau pun dua.
Tanpa aba-aba Zarbika mengambil ponsel dan jaket lalu berlalu meninggalkan ku yang tak mengerti apa yang akan ia lakukan.
"Aneh."
***
Zarbika kini tengah duduk sofa sambil mengatur nafas yang tak teratur.
"Abis ngapain lu? Kek abis di kejar kantip." celetuk ku yang melihatnya sedang mengatur nafas di sofa setelah selesai mandi.
"Heh," Zarbika masih mengatur nafas.
"Tuh," Zarbika menunjuk bungkusan yang berada di atas nakas.
"Apaan itu? Mau ngerjain gua ya lu." aku memincingkan mata yang curiga dengan bungkusan yang berwarna putih susu itu.
"Yaudah buat gua aja," Zarbika ingin mengambilnya tapi kalah cepat dengan Rani yang telah menyabar.
"Ehmmm... Baunya kok kayak gua kenal ya." ku buka isi dari bungkusan dan benar saja ini adalah bakso pak mamad yang ada didekat sekolah.
Zarbika tersenyum simpul karna melihat wajah Rani yang cantik selesai dari mandinya, dengan handuk yang dililitkan pada rambutnya yang basah.
"Thank youuu... Kamu baik deh."
Apa? Gua ga salah denger. Dia bilang kamu. Zarbika semakin tersenyum yang kini siapa pun bisa melihatnya.
"Kenapa lu?" baru saja Rani bersikap manis, tapi kini kembali lagi.
"Gapapa."
"Kek cewe lu. Ditanya kenapa? Malah jawab gapapa."
Zarbika hanya tersenyum.
Rani memakan baksonya dengan lahap diatas kasur, tak menghiraukan pandangan Zarbika yang memperhatikan dia makan disampingnya.
"Lu kenapa si? Liatin gua mulu, kalo mau bilang jangan diem." Rani menusuk bakso kecil lalu menyodorkannya pada Zarbika.
KAMU SEDANG MEMBACA
Avontur Rasa
Novela JuvenilMengerahkan seluruh usaha guna dipandang takdir. Bukan hal pasti nan mudah dalam melakukannya. Aku kerap ragu akan perasaanku. Gelisah terus membebani pikiranku. Haruskah bertindak atau diam. Zarbika Ibra, bagaimana aku bisa menghadapinya.