Aku berhenti
Berhenti berbicara dengannya
Berhenti menyapanya
Berhenti bercerita tentang keseharian ku
Kesedihan
Kesenangan
Dan perasaan apa pun itu darinyaKu abaikan semua tentangnya
Ku abaikan semua pesan darinya
Ku abaikan teriakannya yang memanggil nama ku dalam gelap'nya malam, siang'nya mentari~Rani
***
"Ran lu kenapa?" Syifa menupuk pundak Rani setelah beberapa hari ini melihat sikap Rani yang tidak dari biasanya.
"Eh." Rani terkejut dengan tepukkan Syifa yang tiba-tiba datang. Ia pikir hanya tinggal seorang diri di kelas karna sekarang adalah jam istirahat.
"Gua?" Rani menunjuk dirinya sendiri. Syifa mengangguk pertanda iya. "Gua gapapa Syif."
"Seriously?" Syifa memicingkan matanya. Memperhatikan lebih detail ekspresi Rani.
"Iya." Jawab Rani dengan melemparkan senyum canggung.
"Oke... kalau lu belum bisa cerita ke gua gapapa, tapi ingat. Lu harus secepatnya cerita ke gua."
"Siap appa." Canda Rani yang diikuti dengan cengiran.
{ appa : ayah (dalam bahasa Korea) }
"Apa lu bilang?"
"Appa" ulang Rani semakin melabarkan cengirannya.
"Whatever ahjussi kuso."
{ ahjussi : paman (dalam bahasa Korea)
Kuso : sial (dalam bahasa Japan) }Rani tertawa terbahak-bahak mendengar kekesalan Syifa yang menggunakan tiga bahasa dalam satu kalimat.
"Damn." Sinis Syifa.
Rani mencoba menetralisirkan tawanya. "Sorry sorry, maaf maaf."
"Udah ah. Lupakan."
Rani masih ingin tertawa tapi ia enggan untuk tertawa karna akan menambah Syifa bad mood.
"Kita ke kanti aja yuk. Gua laperrr..."
"Kantin?" Rani teringat kembali kejadian seminggu lalu. "Gua ga laper Syif, gua mau di kelas aja. Banyak tugas."
Tugas? Tumben. Biasanya dia ga mau ngerjain tugas di kelas. Dan btw sekarang kan lagi ga ada tugas? Mau ngerjain tugas apa coba? Aneh. Syifa diam sejenak. "Ga mau. Lu harus temenin gua. Karna lu udah bikin gw bete." Bujuk Syifa berusaha mengeluarkan Rani dari kelas.
Apa gua harus ke sana? Yang diajak bicara hanya diam. Tidak menghiraukan sang komunikan.
Syifa mengguncangkan pundak Rani. "Oiii gua ngomong sama lu bukan sama meja. Jawab dong."
"Eh. Gua di kelas aja Syif."
"Ayolahhh ayooo pleaseee temanin gua Rani pleaseee." Bujuk Syifa lagi dengan menyatukan kedua tangannya.
"Iya udah iya. Gua ikut." Rani berdiri dari kursinya dan dengan sigap Syifa menarik tangan Rani untuk bergegas menuju kantin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Avontur Rasa
Teen FictionMengerahkan seluruh usaha guna dipandang takdir. Bukan hal pasti nan mudah dalam melakukannya. Aku kerap ragu akan perasaanku. Gelisah terus membebani pikiranku. Haruskah bertindak atau diam. Zarbika Ibra, bagaimana aku bisa menghadapinya.