Author Pov
Tujuh bulan sudah. Hubungan Rani dan Zarbika terjalin. Selama itu juga mereka selalu berdebat tentang hal-hal kecil.
"Gua mau makan mie ayam titik ga pake koma," ucap Rani bertolak pinggang dengan tubuh dibalut kemeja putih panjang dan rok kotak-kotak selutut yang ia kenakan hari ini lengkap dengan dasi pita putihnya yang terpasang pada kerahnya.
"Ini masih pagi. Lu harus makan bubur ayam bukan mie ayam. Ngerti." Tegas Zarbika dengan tangan yang dipenuhi dua mangkung bubur ayam yang telah ia pesan sebelumnya.
"Ni makan. Ga usah protes," Zarbika menyerahkan salah satu mangkuk pada Rani.
"Tapikan gua maunya mie ayam. Bukan bubur ayam." Debat Rani yang tak terima dengan keputusan Zarbika.
Zarbika yang mendengar ocehan Rani tak menghiraukannya. Ia lebih fokus dengan sarapan yang sedang ia santap sekarang pada meja di kantin sekolah mereka.
Rani yang merasa ditidak pedulikan oleh Zarbika akhirnya menyerah dengan keputusan yang telah ditentukan. "Ihhh parah. Gua ga terima pokoknya." Gerutu Rani sebelum ikut duduk dikursi yang bersebelahan dengan Zarbika.
"Nanti siang kita makan mie ayam. Gua janji." Ucap Zarbika disela makannya.
"Seriusan lu!" Seru Rani setelah mendengarnya.
Zarbika hanya mengangguk sebagai tanda mengiyakan yang telah ia ucapkan tadi.
"Yesss... thank you my long boyfriend ." Ungkap Rani yang tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya.
"Tadi lu bilang apa? My long boyfriend?"
"Iya. Emang kenapa?"
"Maksud lu apa ya?" Zarbika menghentikan aktivitasnya dan fokus melirik Rani yang ada disebelah kanannya.
"Ya karna lu itu udah kayak tiang listrik. Makanya gua panggil long deh," jelas Rani sambil menyuapkan bubur ayam pada mulutnya.
"Perjanjian dibatalkan." Tutur Zarbika yang tak terima dengan sebutan long boyfriend yang diberikan Rani, ya walaupun itu benar karna memiliki tinggi 189cm yang bisa dibilang hampir setinggi dua meter.
"Lah. Kok. Gitu."
"Perbaiki dulu kalimat lu yang tadi."
"Yang mana?"
"Au. Pikir aja sendiri." Zarbika malas menjelaskannya kepada Rani ia sibuk dengan sarapannya yang terbilang masih banyak karna sedari tadi Rani mengajaknya berbicara.
"Hah... lagi datang bulan ya lu? Ga jelas lu."
Zarbika hanya mengangkat bahunya sebagai tanda tidak peduli ucapan yang Rani lontarkan.
"Gua duluan." Pamit Zarbika yang telah berdiri dari tempat duduknya.
"Lah kok lu ninggalin gua."
"Lama si lu makannya." Ucap Zarbika sambil mencubit pipi Rani.
"Auuu sakit tau. Yaudah sana. Enyahlah kau." Usir Rani dengan mengibas-ibaskan tangannya.
Zarbika hanya tertawa renyah melihat sikap Rani yang seperti mengusir anak ayam. "Yaudah see you. Tapi ingat-" Zarbika menggantung kata-katanya.
"Apa?" Tanya Rani dengan mendongakkan kepalanya melihat Zarbika yang ada diatas kepalanya.
"Kalimat lu yang tadi harus diperbaiki baru nanti lu gua beliin mie ayam." Peringat Zarbika.
"Hmmm..." Rani berpikir kalimat mana yang harus ia diperbaiki? Ia merasa tidak ada kalimat yang ia lontarkan salah dan harus ia perbaiki. "Ga ngerti." Ucap Rani setelah sekian lama berpikir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Avontur Rasa
Teen FictionMengerahkan seluruh usaha guna dipandang takdir. Bukan hal pasti nan mudah dalam melakukannya. Aku kerap ragu akan perasaanku. Gelisah terus membebani pikiranku. Haruskah bertindak atau diam. Zarbika Ibra, bagaimana aku bisa menghadapinya.