Dengan sangat terpaksa, gue pergi menemui Chanyeol di ruangannya.
Gue mengetuk pintu, sampai Chanyeol berseru, "Masuk!"
Gue masuk.
"Silahkan, duduk!" Katanya, tanpa menoleh ke arah gue.
Tanpa basa basi, gue langsung duduk di hadapan Chanyeol.
"Ada apa, Pak--?" Ujar gue. "Eh, Chan-- yeol???" Lanjut gue ragu-ragu. Kan dia gak mau gue panggil Bapak.
Chanyeol langsung mengalihkan perhatiannya dari berkas-berkas yang bertumpuk di hadapannya pada gue.
"Gak sopan!" Katanya. "Panggil Bapak."
Gue bergumam, "Tadi pagi gak mau dipanggil Bapak. Labil banget."
Tapi kayanya dia denger deh, soalnya gue langsung ditegur, "Apa kamu bilang?"
"Enggak Pak, saya gak bilang apa-apa." Balas gue.
"Kalo dirumah, panggil nama boleh. Kalo di kantor panggil aja Bapak." Serunya.
"Baik, Pak." Balas gue.
Setelah itu Chanyeol menjelaskan hal-hal yang harus gue urus, lebih tepatnya Kai sih, mengenai pembangunan resort di Lombok.
Sekembalinya Kai, gue menjelaskan ulang apa yang disampaikan oleh Chanyeol pada gue tadi.
"Lo diluar lama banget sih?" Gue menggerutu.
"Sorry, sorry." Balas Kai. "Sampe mana tadi?" Ujarnya lagi, berusaha menghentikan omelan gue.
Hari ini, seperti biasa kantor pulang jam empat sore.
Gue dadah dadah di depan kantor, pisah sama Wendy dan teman-teman yang lain, lalu melangkahkan kaki ringan untuk pulang.
Belum lama gue jalan, seseorang memanggil gue.
"Woyyy!"
Meskipun cuma 'woyyy' gue merasa terpanggil karena suaranya deket banget dengan telinga gue.
Gue menoleh ke kanan-kiri, depan-belakang, berusaha menemukan sumber suara, sampai menemukan Chanyeol tak jauh di belakang gue.
"Lo mau pulang?" Tanyanya.
Gue mengangguk.
"Kenapa, Pak?" Tanya gue.
Dia menjawab dengan sewot, "Jam kantor udah selesai."
"Iya, iya. Kenapa?" Ulang gue dengan sewot juga.
"Nih, bawa ke rumah." Katanya, sambil menyodorkan paper bag pada gue.
Gue menengok ke dalam paper bag tersebut. Sepertinya isinya berkas-berkas.
"Kenapa harus gue yang bawa?" Tanya gue.
"Gue ada urusan, males bawa tas banyak, ribet."
"Terus kenapa--"
"Udah, bawa aja kenapasih?" Seru Chanyeol. "Taruh aja di meja kamar gue." Lanjutnya, menyerahkan paksa paper bagnya pada gue.
Gue mau protes, tapi sial dia udah keburu pergi.
Sambil mengeluh, gue bawa paper bag itu dengan cara dipeluk sembari berjalan.
Sampe rumah, gue langsung membuka kamar Chanyeol untuk meletakkan paper bag yang dia titipkan sama gue.
Pas masuk, gue kaget bukan main karena demi apa pun kamarnya lebih hancur dari kapal pecah.
KAMU SEDANG MEMBACA
lucky [chanyeol x seulgi x jimin] [complete]
Fanfic"Gue punya rahasia, yang gue sendiri pun gak tau rahasia itu apa." -Chanyeol "Udah biasa, gue emang selalu sial." -Seulgi "Gue gak mau orang yang gue sayang disakitin lagi." -Jimin