Part 11

5.3K 308 1
                                    

Namun, ada juga beberapa murid yang juga terlambat sama halnya dengan dirinya. Akhirnya jalan jongkok beramai ramai digelar di sekolahnya.

"Huftt.. akhirnya kelar juga nie.. nasib dah.." ucap Elena meratapi nasibnya.

Ia berjalan masuk ke dalam kelas ternyata kelas yang sedang berlangsung adalah kelas Bu Jesika.

'Glek! Mati gue hari ini! Kelasnya Bu Jesika! Oh No!’ batin Elena dalam hati.

"Kamu dari mana! Telat telat aja kamu ini! Cepat masuk ! Atau kamu gak usah masuk kelas saya lagi." Ucap Bu Jesika marah.

'Fiuh.. untung dikasi masuk..' batin Elena.

Saat sudah duduk di meja kesayangannya. Haze menghardiknya dengan kata kata yang super bijak.

"Makanya jangan telat telat. Kek gini kan hasilnya." Ucap Haze tanpa melirik Elena.

Elena sontak menatap Haze dengan tatapan seolah terkejut.

"Biasa aja keles." Ucap Haze.

"Loe kesambet apa ? Mendadak nasehati gue kek gini? Salah makan obat? Atau lupa makan obat?" Tanya Elena.

"Nggak gue bukan seperti yang kamu bilang mungkin fue overdosis aja." Ucap Haze santai.

"Hah?!"

Elena terkejut akan jawaban Haze. Sekarang ia benar benar terkejut.

"Uhmm.. loe semalem gak kehujanan kan ? Atau sekarang loe lagi kenapa gitu ? Mood loe lagi buruk ? Atau gue ada buat salah? Sorry kalo gue buat salah." Ucap Elena panjang lebar dan tidak menentu.

"Gak.. gue gak kehujanan. Gue gak ada masalah. Mood gue juga baik baik aja. Loe gak buat salah sama gue. Dan yang paling penting gue rasa.. Ehmm.. gue suka sama loe." Ucap Haze santai.

"WHAT??” ucap Elena.

"Yup.. loe gak salah.. kurasa gue mulai menyukai kamu.." ucap Haze bersungguh sungguh.

"Uhmm.. oh.. okay.." ucap Elena sambil memperbaiki mimik mukanya menjadi netral kembali.

"Loe wanita pertama yang buat gue tampil ke publik. Dan loe orang pertama yang berhasil membuat gue keluar dari zona aman gue." Ucap Haze.

"Dan asal loe tahu aja. Gue gak akan ngebiarin loe didekati sama cowok lain. Atau cowok itu akan habis ditangan gue." Ucap Haze dengan tatapan mematikan.

"Hey! Enak aja! Terserah gue donk mau dekat sama sapa. Itu kan bukan urusan loe!” ucap Elena membantah.

"Uda gue bilang loe orang pertama yang berhasil buat gue keluar dari zona nyaman gue. So.. loe harus tanggung jawab." Ucap Haze ringan tanpa beban.

"Enak aja kan loe sendiri yang mau keluar. Bukan gue juga! Enak aja! Nggak! Nggak! Seenak pala lu aja!" Geram Elena.

"It's okay! Loe liat aja nanti!" Ucap Haze.

Bel berbunyi membuat Elena tidak jadi membalas perkataan Haze.

Semua murid berdiri dan memberi hormat pada sang guru.

Setelah itu Elena kembali mengoceh tak jelas dengan Haze. Bahkan ia sampai mengoceh terus sambil mengikuti arah pergi Haze.

Tak ingin kalah berdebat. Ia memutuskan mengikuti Haze sambil memberi bantahan bantahan pendapat dirinya sendiri.

Sedangkan Haze yang juga tak ingin kalah membantahnya kembali.

Sampai akhirnya Haze berjalan ke taman belakang sekolah. Elena masih tetap saja setia mengekori Haze sambil mengoceh memberi bantahan.

Haze yang cukup muak pun akhirnya marah.

Haze berbalik dan satu tangannya dengan cepat menahan di dinding sekolah.

Membuat Elena tak dapat bergerak bebas.

"Loe kalo ngoceh lagi. Akan gue cium bibir cerewet loe itu." Ucap Haze.

"Hey! Jangan sesuka loe aj.." ucap Elena yang lalu dipotong Haze dengan mencium bibirnya itu.

CUP!

"Hey! Itu ciu-” ucap Elena lagi dan kembali dipotong oleh Haze dengan mencium bibirnya yang lembut.

CUP!

"Hey itu ciuman ked-" ucap Elena yang kembali dipotong oleh Haze.

CUP!

Dan ciuman yang ketiga ini cukup lama sehingga Elena tak lagi mengoceh.

Haze tersenyum manis saat selesai mencium Elena. Haze membersihkan bibir Elena yang basah akibat ciumannya.

"Kalo muka loe tiap hari gini dan loe juga bisa diem kek gini mungkin loe akan gue nikahin setelah tamat nanti!” ucap Haze sambil tersenyum senang.

Coolest BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang