Part 31

3.2K 201 13
                                    

Dua kata kata itu yang terus membuatnya menari nari di otaknya.. kakinya dan lututnya terasa membeku di tempat dan seketika ia seperti orang bodoh yang berdiri di depan pintu masuk.

Haze menghela napasnya panjang. Lalu dengan segenap keberaniannya ia masuk. Tentu tekadnya sudah bulat ketika ia memutuskan untuk menjenguk dan mendukung Elena miliknya.

Sebenarnya hatinya dag dig dug tak menentu kemana arah. Tapi yang pasti ia mengikuti naluri dan insting cintanya. Dan mengikuti kata hatinya.

Rasa khawatir, marah, sedih, dan yang lain beraduk menjadi satu ketika ia melihat Elena terbaring koma di ranjang rumah sakit itu.

Sebulir bening keluar dari pelupuk matanya dan mengalir turun.

'Deg.'

'Deg.'

'Deg.'

Rasanya sunyi sampai ia dapat merasakan detak jantungnya.

Sunyi yang mencekam dan menyekik.

Saat saat ia dipandang dengan pandangan berbeda beda dari keluarga Lena.

"Kau kah yang bernama Haze ?" Tanya Nash.

"Benar.. aku adalah Haze." Ucap Haze yang sebenarnya gemetar.

"Dasar Kau Bangsat!" geram Nash lalu dengan cepat memberikan bogeman keras ke pipi Haze.

Dengan cepat Andrew menarik Nash dari Haze.

"Keluarlah!" Ucap William tegas.

"Keluarlah Nash!" ucap William akhirnya dengan nada rendah dan lelah.

Haze terkejut

Ia pikir dia lah yang diusir.

Nash keluar dengan patuh dan menggeram. Andrew juga keluar menemani Nash yang sedang terpukul.

Ayah dan ibu Elena tersenyum masam.

"Aku tahu kalian menginginkan waktu untuk berduaan. Katakanlah apa yang ingin kau katakan padanya." Ucap William lalu memapah ibunya keluar dari kamar Elena untuk makan siang.

Ayah Elena melihat Haze sekilas. Lalu berkata tanpa menatap Haze.

"Jika kau benar benar mencintai putriku. Kuharap kau benar benar memperjuangkannya. Haze Anderson. Aku bukanlah orang biasa Haze. Aku tahu kalian berpacaran. Aku tahu semua latar belakangmu. Aku tak tahu apa motifmu dekat dengan putriku. Apa karena kekayaanku, kecantikannya atau kau memang benar benar mencintainya. Hah... Kuharap ia mendapatkan kebahagiaan yang mutlak." Ucap Ayah Elena lalu berjalan keluar meninggalkan keduanya di dalam.

Elena masih koma dengan infus dan oksigen di mulut dan hidungnya.

Seluruh tubuhnya ditaruh alat penopang agar ia dapat bertahan. Bahkan kepalanya masih diperban dan ada sedikit noda darah yang belum kering di perbannya.

Kini Elena terlihat seperti mayat yang dipasang dengan alat agar bisa hidup. Muka Elena pucat bibirnya sobek dan masih terlihat lebam di sekitaran matanya.

Haze kembali meneteskan air matanya.

"Ma....~ Af..."ucap Haze dengan suara yang serak untuk menahan tangisannya.

Dengan perlahan ia mendekati Elena lalu duduk di samping wanitanya.

Segini dulu ya..

Hehehe.. 😈😈😈😈😈😈😈😈

Ditunggu vote and commentarnya..

⤵⤵⤵⤵⤵⤵⤵⤵⤵⤵⤵⤵⤵⤵⤵⤵⤵⤵⤵⤵
🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟




Coolest BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang