part 6

1.3K 84 3
                                    

Hening..
Mata kia terbuka sempurna, rasanya kantuk itu sudah lenyap begitu saja padahal jam baru menunjukan pukul 02.00 dini hari.. fikiran kia kembali ke sosok pria yang dengan lues nya menjelaskan kegunaan produk terbaru diperusahaannya." Kenapa rasa ini sulit untuk hilang, padahal aku sadar kalau kehadirannya hanya bayangan yang takkan menjadi nyata. Dia laki-laki yang aku harapkan menjadi imamku,melindungiku dan menemaniku" kia bergerak untuk menunaikan sholat tahajjud. Dia menoleh kearah sari dan anak ibu ros tempat kami menginap. Pelan tapi pasti kia turun dari ranjang karena takut mengganggu tidur mereka.

"Aaa...." teriakan kia tertahan saat ada tangan yang menakup mulutnya
"Diam, jangan ganggu orang tidur"ucap laki-laki itu yang tak lain adalah revan
"Bang ... bang revan ngapain kesini?" Tanya kia terbata setelah melihat sosok laki-laki yang mengagetkannya
"Seharusnya abang yang nanya, tengah malam gak baik perempuan keluar rumah"
"Kia mau whudu bang, mau tahajjud. Sumurnya kan diluar, makanya kia keluar"
"Yaudah, sholat bareng aja. Abang juga mau tahajjud"

Deg..
"Sholat bareng?" Kia masih terpaku apa itu artinya dia mau jadi imamku ditahajjud kali ini?

"Assalamualaikum waramatullah" ucap revan mengakhiri sholat, revan masih terus membaca ayat suci allah sedangkan kia, diam-diam airmatanya menetes "subhanallah, walhamdulillah, walailahailallah, wallahuakbar ya allah ya tuhanku ini yang kuinginkan. Ini yang kudambakan. Biarkan waktu berhenti sebentar. Rasaku terlalu dalam untuk dia ya allah, dia yang didepanku, yang menjadi imamku tadi. Biarkan dia yang membimbing sholatku sekarang dan selamanya. Tapi mengapa kau mengirim wanita yang sempurna hingga aku tak mampu menandinginya....." batin kia hingga revan tersadar saat mendengar ada isakan kecil yang berasal dari belakangnya.
"Insya allah ya, insya allah doa kia didengar allah" ucap revan yang sudah menghadap kearah kia, namun kia masih enggan melepas tangan yang ia gunakan untuk menutup seluruh wajahnya.

Revan pov

"Kenapa wanita ini? Apa yang membuatnya menangis seperti ini? Apa ada masalah yang membuatnya begitu tertekan" mataku enggan lepas darinya yang masih sesungukan, ada rasa ingin menenangkan dan menyentuhnya namunku urungkan.
"Ya Rabb kabulkanla apa yang menjadi keinginannya, walaupun aku tidak tau apa itu tapi aku yakin dia wanita baik, aku melihat ketulusan dimatanya" batin revan terus berkata-kata tanpa ada kata yang terucap.
Hening..
suara isakan itu perlahan hilang. Mata sembab itu kini menatapku, ketulusan itu sangat terlihat jelas dari matanya. Kutampilkan senyumku untuk menguatkannya.
"Abang tidak tau apa yang membuatmu bersedih, tapi percayala allah tidak akan menguji umatnya kalau umatnya tidak sanggup. Allah tau kamu sanggup makanya allah ngasih ujian ini kekamu. Walaupun abang gak tau sih kamu ada masalah apa,hehe" ia tersenyum mendengar kata-kataku, wajahnya yang merah dipaksanya tersenyum. Subhanallah.. pipi nya sangat merona, ia kembali menunduk dan tersenyum
"Makasih ya bang, walaupun abang baru kenal sama aku abang mau sholat bareng aku terus malu banget lagi pake nangis depan abang"
"Gak papa, jangan sungkan. Umur kita cuma terpaut berapa tahun jadi anggap saja abang ini temanmu" aku kembali tersenyum

*****

Jogja adalah kota paling kia sukai, ketenangan, kesunyian membuat daya fantasinya terbang, seperti sekarang saat ada waktu luang. Kia menyempatkan pergi keair terjun didesa manis tebu..

Gemercik air membuat imajinasi kia semakin menjadi-jadi, kata demi kata terangkai sempurna. Dengan lihai jari-jari kia mengetik tiap huruf dipapan qwerty..

"Kiaaa. ..." suara itu menghentikan pergerakan jari kia,
"Kenapa sar?"
"Gue cariin, kenapa sih suka banget sendirian. Kesurupan baru tau rasa"

"Hustt.... gue lagi ada kerjaan"
"Kerjaannya sendiri"
"Bukan, gue tu suka banget nulis. Dan disini banyak banget inspirasi"

"Mana? Gue gak ketemu tuh"
"Ya iyalah, otak lo isinya cuma jajan doang bocah"
"Enak aja! Oh ya, gue mau nanya deh. Kenapa sih elo itu gak suka hangout bareng temen-temen? Cuek banget sama pergaulan" kia melirik sari tersenyum lalu melanjutkan pandangannya pada layar

"KACANG" lagi-lagi kia tersenyum,

"Gak sopan banget sih, kan gue tua dari lo, seenaknya manggil lo-gue"
"Badan gue lebih gede dari lo,masa iya gue manggil kakak.. nyebelin banget sih! Emang gue gak tau lo ngalihin pembicaraan"
"Ngalihin gimana? Gue gak tau mau jawab apa. Mungkin itu emang sifat gue kali"
"Apa enaknya sendirian? Padahal ya dikantor tu banyak banget yang pengen deket sama lo, berteman, hangout bareng dan ngobrol sama lo"
"Mereka temen gue semua, intinya sih gue gak suka hangout, gue lebih milih numpahin fikiran gue ketulisan dari pada keorang-orang. Tenang aja gitu rasanya, gak takut bocor"

"Gak asik banget sih hidup lo, sekali-sekali lah jadi anak gaols, biar gak monoton banget"
"Ihh..  apaan, hidup gue asik kok. Hidup dalam khayalan fantasi itu lebih menyenangkan"
"Iya, tapi sayang itu cuma khayalan, udah ahh.... ngobrol sama lo datar banget kayak aspal baru dibuat. Gue masuk duluan ya. Jangan keseringan kesini nanti ditarik hantu airr..."

"Astagfirullah sariiiiii..." kia menggeleng melihat sari ngacir berlari

******

Kia masih berkutat dengan berkas-berkas laporan selama 3Hari kebelakang.
Ini hari terakhir mereka diyogya
"Yes... kita berhasil guys" ucap daniel memecahkan keheningan
"Ya karena kita kompak, kalo berantem terus pasti gak kayak gini hasilnya" balas denis.
Aku hanya tersenyum sambil menatap revan. Sepertinya revan sedang sibuk dengan smartphone ditangannya, apa yang membuat dia tidak semangat hari ini?

Kia pov

"Guys foto yok! Liat deh kelompok bang reza foto2 dibandung masa kita enggak" kini giliran suara sari yang terdengar sambil menampilkan kamera depan miliknya. Pantas saja revan tidak semangat, karena foto kelompok yang dibandung? Aku mengambil smartphoneku untuk membuka akun instagram. Shilla dan reza berfoto dengan posisi berdekatan..
"Kiaa.... senyumm. Jangan jadi figuran mulu dari tadi" Aku yang duduk berdekatan dengan sari hanya ikut tersenyum. Tak selang beberapa menit foto itu diupload. smartphone ku bergetar, kuambil smartphoneku yang dari tadi hanya tergeletak diatas meja tanpa minat aku mengangkat video call dari reza.
"Kenapa?" Jawabku cuek
"Salam dulu dong kutu, gak sopan banget sih sama calon suami" racau reza, suaranya begitu besar hingga pandangan sari dan yang lain tertuju kepadaku termasuk revan
"Assalamualaikum..!!" Ucapku kesal dan menekan warna merah
"Kok dimatiin?" Suara revan terdengar sangat lembut ditelingaku
"Gak penting sih" jawabku sekenanya
"Jangan gitu, kalo kamu yang digituin gimana?"
"Tap......" belum sempat aku meneruskan ucapanku smartphoneku kembali berbunyi. "Dasarr.... kutu aer lo za" batinku mengumpat reza yang sangat mengganggu
"Assalamualaikum rezaa..." ucapku dengan senyum yang dipaksa
"Waalaikum salam. Nah kan gitu cantik. Jam berapa berangkat?" Huaaa.... gak ngerti apa muka bete gue. Kenapa masih nelpon sih
"Orang bertanya itu wajib dijawab" kini bukan suara reza melainkan suara revan
"Nah pinter.. siapa tu yang ngomong" sambung reza
"Loh tu berisik banget si za! Gak bosen apa gangguin gue dikantor. Biarin gue bahagia dulu napa? 3 hari doang kok"
"3 hari sama pangeran masjid? Cie sekarang uda saling kenaa.....
Tuuutt..
Mulut reza memang minta sumpel kaos kaki, suara kodok dia itu sungguh menyebalkan!hDia fikir gue sendirian? Disini rame coy..
Terdengar suara tawa daniel dan denis pecah. Gue hanya menunduk malu, jangan sampe mereka tau. Revan hanya tersenyum kearahku
"Apa pangeran masjid itu yang buat kamu nangis tenpo hari lalu?" Skak mat! Pertanyaan apa itu

Vote+comment, please!

cinta khayalanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang