part 9

1.1K 87 2
                                    

Revan pov

3 hari sudah kia izin tidak masuk kantor, aku dengar dari temannya kia sedang sakit lebih jelasnya gak tau sakit apa. Aku telpon juga gak pernah diangkat, mau jenguk rumahnya pun aku gak tau. Entah kenapa aku nyaman dengan gadis pemurung itu, pipi nya yang merah saat bicara denganku selalu membuat aku gemas. Aku ingin bercerita dengan dia tentang shila yang seakan menjauh setelah lamaranku diterima ayahnya, shila gadis itu sangat sulit aku gapai. Tapi sudahlah kini aku menyerahkan pada allah seutuhnya.
"BBAAA..." suara bian itu benar-benar seperti bom
"Astagfirullah bi" aku hanya menggeleng melihat dia terpingkal menertawaiku
"Elo udah nentuin kapan nikah?" Wajah bian berubah serius. Aku hanya mengangguk
"Ayah shilla bilang lebih cepat lebih baik bi"
"Dan lo yakin shila nerima?"
Lagi lagi aku mengangguk lalu menatap kedepan. Shila tidak bilang setuju, ia hanya diam menuruti keinginan ayahnya
"Lo yakin gak nyakitin perasaan shila?"
"Gue gak tau bi" bian hanya tesenyum lalu menggeleng
"Gue tau cinta lo ke shila tu kek gimana. Tapi elo itu egois van, elo bertindak semau lo tanpa mikirin perasaan shilla, sudahla bro. Lupain shila biarin dia bahagia dengan pilihan dia. Jangan paksa dia buat lo genggam karna sama aja elo nyiksa dia" aku hanya diam dan tidak terima dengan ucapan bian. Bagaimana mungkin ia menyuruhku melupakan shilla sedangkan aku secepatnya akan menikahi dia. Tapi apa aku egois
"Gak bi, gue udh susah buat dapatin restu bokapnya dan gue gak akan ngelepasin gitu aja" balasku kekeh tak mau kalah
"Sekarang elo tau shilla punya perasaan yang sama kayak elo tapi buat reza kan? Dan elo tau sakitnya? Apa elo tega buat dia yg ngerasain sakit itu? Sedangkan elo juga tau kalau reza itu gak punya rasa sama sekali sama shila, sama kayak shila gak punya rasa sama elo. Nah gimana tu?"
"Reza itu playboy bi, gue gak akan biarin dia nyakitin shila!"
" apa sama lo shila gak tersakiti?" Lagi lagi pertanyaan bian membuat aku mati rasa.
"Enggak! Gue tetap kekeh akan nikahin shila. Dan elo jangan pernah ikut campur lagi!" Ucapku sambil meninggalkan meja. Sedangkan bian hanya menggeleng dan membuang nafas kasar.
"Punya sahabat keras kepala egois pula"

Author pov

Setelah kepergian revan reza duduk didepan bian. Reza gak sengaja mendengar obrolan mereka, lebih tepatnya si pertengkaran mereka.
"Gue gak salah salah denger? Revan mau nikah sama shila?" Tanpa basa basi reza menanyakan hal inti ke bian. Bian terdiam bingung harus bicara apa, kedatangan reza yang tiba-tiba membuat bian kaget terlebih lagi pertanyaan yang sulit untuk dijelaskan.
"Jawab bian gue nanya!" Bentak reza mehancurkan lamun bian
" apaan si za, iya revan mau nikah sama shila secepatnya katanya" jawab bian santai. Reza membenarkan posisi duduknya
"Shila suka sama gua?" Tanya reza lagi dengan nada yang agak mengecil. Bian hanya mengangguk.
"Kenapa?"
" gak papa, thanks ya" ucap reza dan pergi dari tempat itu

****

Reza duduk dibalkon kamarnya sambil memetik senar gitar tak beraturan, fikirannya kembali ketempat jurang 3hari yang lalu. Betapa tersiksanya dia melihat orang yang dia cinta benar-benar hancur akibat cinta khayalan yang selama ini dia pendam. "Gadis lembek itu suka sama gue?"gumam reza. "Sebenernya wajar aja revan cinta sama shila, shila begitu taat dan tertutup. Sedangkan kia? Kia juga tertutup diluar kerjaan, dia selalu menggunakan jilbab walaupun tidak selebar shila kia juga rajin sholat walaupun sering sholat diakhir wktu dan bolong2 yang aku tau kia sangat menginginkan imam yang mampu membimbingnya. Tapi gimanapun caranya gue harus bisa buat kia bahagia" mata reza masih menerawang lurus. " ahhh yaa... kakak sepupunya kia kan ngajar disekolahnya bokap revan. Itu caranya!" Ucap reza sambil berdiri dan masuk kedalam kamar

Apa yang bakal dilakuin reza?
Hmm ... vote+comment, please walaupun aku tau gak ada yang minat baca cerita ini😢😢

cinta khayalanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang