Revan pov*
Hampir 2jam kia belum pulang, aku sedikit gelisah, handphone kia pun tertinggal dikamarnya. Apa aku susul saja kekantor. Tapi rasanya malas sekali, wajahku msih terasa sakit.
Ting tong.....
"Nah tu orangnya" tapi tunggu, Biasanya kia langsung masuk karena dia tau password apartement, aku berdiri cepat membukakan pintu
"Kemanaa aajj..... bian?"
"Kenapa?"
"Gak papa, masuk bi" tumben bian datang keaprtement, gayanya sedikit aneh, tidak seperti biasa kalau ketemu
"Istri lo kemana?""Haa? Gak tau. Tadi gue suruh beli mie ayam. Tapi belum pulang juga. Elo baru pulang ngantor bi?" Ucapku sedikit basa basi setelah mempersilahkan duduk.
"Sendirian? Pake motor?"
"Kok elo tau? Lo ketemu kia?" Bian tersenyum miring
"Ternyata sobat yang gue banggakan seorang banci"
"Maksud lo?!""Hahaha... biasa aja dong gue gak ketemu sih. Cuma denger dari mang andrak istri lo kecelakaan, sekitar 2jam an yang lalu lah"
"Bi!! Candaan lo gak lucu" aku masih tidak percaya dengan ucapan bian, karna dia selalu saja tersenyum miring"Siapa yang bercanda. Udahlahh... gak penting jugakan tu cewek buat lo? Kenapa gak langsung lo bunuh aja van."
"BIAN! LO!"
"kenapa? Marah? Tanya diri lo kenapa berubah jadi iblis!" Suara bian tak kalah tinggi, Aku geram Mendengar ucap bian, tanganku sudah terkepal kuat bersiap memberi bogeman untuk bian,
"Mau mukul? Banci kayak lo bisa mukul.. hahahaa""Dimana kia sekarang?"
"Lhoo? Mana gue tau? Mungkin udah diculik? Ditabrak orang? Atau diii......."BBBUUUUKKK.....
"JAWAB!! DIMANA KIA?"
"hahaha... gue aneh sama lo, dihidup lo cuma ada nama shila ya? Sampai elo gak tau kalau kia punya trauma? Orang sekantorpun tau kia gak bisa bawak motor karena dia selalu naik ojek ataupun diantar jemput reza"Aku terduduk lemas, dimana kia sekarang? Bagaimana kalau diaa......
Gak! Gak mungkin! Gue harus cari dia."Mau kemana? Nyari kia? Terlambat kali van"
"Bian!! Elu itu sahabat gue, kenapa elu mojokin gue bukan bantu gue haah?!"
"Karena sahabat gue tu baik van, bukan bajingan kayak elo. Elo udah nikah, istri lo baik, bahkan nyaris gak ada celah sedikitpun. Tapi hati lo cuma liat shilla, perempuan lain""Sesempurna apapun kia gue gak akan bisa liat kesempurnaannya karena rasa bukan dikia"
"Gak usah sok ngomongin rasa, elo itu belum paham dengan rasa cinta, rasa sayang, rasa kagum atau hanya obsesi ingin memiliki wanita seperti dia" aku lagi-lagi terdiam, kedatangan bian seperti teror buatku. Aku harus cari kia, bagaimanapun dia istriku.
"Gue mau cari kia, kalau lo mau pulang tutup pintunya" aku meraih kunci mobil dan jaket yang tersampir dipintu kamar
"Okeh, gue harap elo bisa mikirin semuanya.. yakinkan hati lo, kalau memang hati lo gak ada kia sedikitpun lepaskan dia karena banyak laki-laki diluar sana siap bahagiain kia dan lo harus tau, apa yang dirasakan kia akan dirasakan shilla juga kalau elo terus-terusan nyia-nyiain kia. Tapi gue harap elo tetap bersama kia van, karena gue yakin dihati lo ada nama kia walaupun hanya sedikit" aku diam mematung mendengar bian, sebenarnya dia benar. Tapi rasa egois selalu mengalahkan logika, aku berlari keluar tanpa memperdulikan lagi apa yang dibicarakan bian.."Revaaannn.... cari kerumah sakit ...." samar-samar suara bian masih terdengar jelas. Benar, mungkin dirumah sakit tempat aku dirawat kemarin.
Author pov*
Revan melajukan mobil dengan kecepatan yang tinggi, jujur ada rasa cemas, khawatir takut dan menyesal. Iya menyesal, bisa dibilang menyesal
"Sus... apa disini ada pasien yang bernama adzkiyah? Mungkin sekitar 2 jam yang lalu" ucap revan tergesah dengan nafas yang memburu
"Sebentarr ya mas..... 2jam yang lalu?... adzkiyah humairah...."
"Iya.. dimana ruangan dia sekarang sus?""Maaf mas, pasien sudah pulang. Sekitaran 1jam yang lalu ada laki-laki yang membayar administrasinya tadi disini"
"Laki-laki?"
"Iya, dia juga yang membawa pasien kesini"
"Atas nama siapa sus tadi pembayaran administrasinya""Atas nama reza mas"
Revan termenung. Reza? Revan teringat kata-kata reza saat perkelahian tempo hari yang membuat ia terbaring dirumah sakit"Kalau sedikit aja elo buat air mata kia jatuh gue gak akan segan-segan nyakiti shilla! Wanita itu sangat mencintai gue, gue yang megang kartunya. Camkan itu bajingan!"
"Apa suster tau Kemana laki-laki itu membawanya? Apa kecelakaannya parah"
"Maaf, saya tidak tau kemana mas. Pasien hanya sedikit terkilir dan sempat pingsan karena shock""Ya sudah... terima kasih ya sus atas informasinya"
"Sama-sama mas"Revan kembali kemobil dan memukul stir frustasi, ini salahnya. Gak seharusnya ia seenaknya menyuruh kia pergi. Revan mengambil handphonenya dan menghubungi ibu kia, barang kali reza mengantar kia kerumah ibunya
"Assalamualaikum buk, kia ada dirumah ibu ya?" Tanya revan to the point,
"Waalaikum salam. Gak ada nak, kemana kia nak?" Suara ibu berubah panik
"Gak papa bu, gak kemana-mana kok. Revan cari kia dulu ya bu, nanti revan hubungi lagi."
"Ya allah, kemana kia nak. Tolong cari kia sampai ketemu ya. Atau ibu ikut"
"Gak usah bu, ibu dirumah aja ya. Tadi ada yang bilang kia pergi sama reza. Biar revan yang cari, ibu tenang aja, kia udah jadi tanggung jawab revan bu. Nanti revan hubungi lagi ya bu"
"Iya nak, nanti ibu telfon reza ya"
"Gak usah bu, biar revan aja yang hubungi, udah ya bu, assalamualaikum"
" Waalaikumsalaam"*********
Reza pov*
Jam sudah menunjukan pukul 00.35 dini hari, kia sedari tadi hanya menangis. Apa yang harus kuperbuat. Aku akui caraku memang salah membawa kia kevila yang ada diluar kota. Tapi dengan cara ini kia bisa jauh dari revan, karena aku harus lihat. Seberapa pedulinya revan pada kia saat tau kabar kia menghilang bersamaku setelah kecelakaan.
"Zaa.... kenapa kamu selalu ngatur hidup aku?" Suara kia begitu lemah, membuat mataku senduh melihatnya
"Aku gak ada niatan ngatur ki, aku hanya ingin kamu bahagia"
"Tapi apa yang kamu lihat? Sesuatu yang dipaksakan itu tidak akan berakhir bahagia"
"Aku cinta sama kamu, sangat!"
"Kalau cinta berjuang bukan melepas. Berubah menjadi orang yang seperti perempuan itu mau termasuk berjuang"
"Berubah menjadi orang yang seperti kamu mau itu sama saja tidak menjadi diri sendiri. Aku bukan orang munafik"
"Kalau orang yang aku inginkan itu bisa membuat kamu kearah baik itu bukan munafik tapi hijrah..""Sayangnya aku lebih ikhlas melihat kamu bersama orang yang kamu cintai"
"Tapi orang itu gak cinta sama aku"
"Orang itu akan jatuh cinta sama kamu"
"Caranya?" Kia memiringkan wajahnya, aku lihat sudah ada buliran lagi mengalir dipipinya, matanya begitu sembab
"Ki, apa denganku kamu bisa hidup bahagia?" Kia menggeleng,
"aku bahagia jika allah mengizinkan aku hidup dengan revan dengan rasa cinta yang dititipkanNya"
Aku diam meneliti setiap ucapan kia, seperti inilah sifat asli kia yang sangat aku sukai, dia begitu tulus. Dan itu semua ia tutupi dengan sifatnya yang cuek dan terkesan tidak peduli dengan lingkungan sekitarSesempurna apapun orang didepan mata kita
Kita tidak akan melihatnya jika rasa tidak ada padanyaJangan sok bilang cinta jika kita belum bisa membedakan rasa. Karena rasa dan obsesi itu beda tipis
Jangan sampai semuanya berakhir penyesalan. Penyesalan hanya membuat hidup kita terkesan seperti pecundang.Vote + comment, please.!!
Sorry for typo,
KAMU SEDANG MEMBACA
cinta khayalan
Espiritualmenghayal? mungkin terdengar manusiawi.. tapi bagaimana jika khayalan itu menjadi nyata? "apakah wanita hina sepertiku bisa mendapatkan imam yang mampu memperbaiki jalan hidupku?" ~ adzkiyah humairah "aku menginginkan dia, dia begitu sempurna dimat...