Acara telah selesai, Malam ini kia dan revan menginap dihotel papa revan menyuruh mereka tetap tinggal dirumahnya tapi revan menolak, revan memilih tinggal diapartement miliknya dengan alasan kalau berdua bisa lebih cepat beradaptasi. Kini mereka berkumpul di lobi hotel, lebih tepatnya lobi gedung tempat resepsi pernikahan tadi. Sejujurnya kia tidak mengerti apa maksudnya tapi lagi-lagi kia hanya diam dan menurut, begitu banyak pertanyaan yang ingin ia tanyakan termasuk kehadiran papanya kak ica yang seakan direncanakan sebagai wali nikahnya.
Kia pov
"Kak ica, bisa ngomong sama kia sebentar?" bisikku sambil memegang lengan kak ica, ia hanya mengangguk. Aku berdiri dan melihat kearah revan seakan meminta izin keluar sebentar tapi responnya hanya mengalihkan bola matanya ke samping dan mengangguk, sepertinya dia benar-benar terpukul dengan kejadian ini
"Kak ica, kok om seno bisa datang juga kesini? Om kenal sama papanya revan?" Aku benar-benar penasaran dengan semua ini, dan aku yakin kak ica adalah kuncinya
"Kak ica yang ngajak buat nemenin kakak dek"
"Beneran?"
" beneran gimana kia? Seharusnya kakak yang nanya beneran kamu cinta sama revan?" Kak ica berbalik menanyaiku, aku berubah salah tingkah dan menyimpan perubahan sikapku"Kalau kamu diam bearti iya"
"Iihh.... kok kak ica malah balik nanya sih"
"Dijawab dulu"
" kakak gak jawab pertanyaanku"
" kakak udah jawab, buat nemenin kakak kan tadi? Apa jawaban kakak tidak sesuai dengan yang kamu inginkan? Emang kamu mau kakak jawab apa? Kok kamu jadi salah tingkah gitu sih?"
"Kak ica mah malah nyudutin aku"
" kakak nanya doang kia, kalau mau jawab iya kalau enggak juga gak papa" ini bukan kak ica yang kukenal, apa ini rencananya? Tapi dia kan gak kenal sama shilla dan revan. Aku termenung sebentar sebelum revan datang"Eehhhhmmm..."
"Ibu sama om seno ngajak kakak pulang"
kak ica mengangguk dan berbisik "bismillah, sabar, berdoa dan tawakal" sebelum ia berjalan meninggalku. aku tertegun, ini bukti kalau kak ica itu kunci dari seribu pertanyaanku
"Aku mau nganter ibu, om seno sama kak ica. Kamu masuk duluan aja kekamar" ucap revan dingin padaku dan ikut pergi meninggalkanku diluar hotel******
Kia terbangun saat menyadari revan tidak ada. Jam sudah menunjukan waktu 02.35 dini hari, revan yang pamit mengantar ibu belum pulang juga sampai sekarang, bukankah setiap wanita yang sudah menikah berharap diperlakukan layaknya seorang istri.
Kia berbaring menyamping mengelus bantal disampingnya, sesakit ini rasanya ditinggal saat malam pertama, ia menghapus airmatanya dan berdiri untuk mengerjakan sholat tahajjud, melepaskan semua keluh kesah dan menerawang dimana suaminya berada sekarang. Bermuhasaba dihadapan sang tuhan membaca ayat suci sambil sesekali tetesan air mata membasahi kitab suci al qur'an hingga adzan shubu terdengar ditelinganya adalah kegiatan rutin yang kia lakukan dalam bulan terakhir ini. itu semua karena orang yang secara tidak langsung sudah masuk dan meluluhlantahkan hatinya.Saat hendak berbalik badan kia menemukan sosok pria yang telah sah jadi suaminya kemarin. Ntah kapan Pria itu masuk dan terbaring disofa dengan tangan menindih keningnya sendiri, perlahan kia mendekat dan duduk disampingnya, sedikit menyentuh pipinya tanpa ingin menganggu. Tapi tidak berhasil karena sentuhan tangan kia membuat matanya membulat sempurna dan langsung terlunjak kaget
" kamu tadi malam tidur dimana bang?" Tanya kia lirih sambil menahan buliran itu agar tidak turun lagi
"Macet banget, sampe jam 3 jadi gue mutusin buat tidur dirumah bian aja" kia mengangguk dan menghapus airmata yang lolos begitu saja. Jawaban yang tidak masuk akal, dimana jalan yang macet saat jam menunjukan dini hari? Hotel dan rumah bian sangat kontras berbeda jalur. Kia berusaha tersenyum
"Ya udah abang tidur dikasur aja ya, kia mau mandi dulu" revan mengangguk dan beranjak kekasur sebelumnya ia menoleh lagi
"Gak usah panggil abang, panggil revan aja. Umur lo 23kan umur gue 25 cuma beda dikit" lagi-lagi kia mendengar sesuatu yang tak ingin ia dengar
"Kia mandi dulu ya" ucapnya dan berlalu tanpa mengiyahkan revan.Kia pov
Laki-laki itu berubah dingin, apa dia menyesal menikahiku, apa secepatnya ia akan menceraikanku? Kenapa rasanya lebih sakit? Apa yang sebenarnya terjadi hingga aku terjebak kedalam permainan ini.
Jika dengan ikatan yang sah membuatmu berubah apa aku boleh mengulang waktu agar bisa menolaknya. sayangnya waktu begitu jahat berjalan seenaknya tanpa memperdulikanku, tapi aku yakin waktu jugala yang akan menjelaskan semua ini.
Vote+comment, please!
KAMU SEDANG MEMBACA
cinta khayalan
Spiritualmenghayal? mungkin terdengar manusiawi.. tapi bagaimana jika khayalan itu menjadi nyata? "apakah wanita hina sepertiku bisa mendapatkan imam yang mampu memperbaiki jalan hidupku?" ~ adzkiyah humairah "aku menginginkan dia, dia begitu sempurna dimat...