part 17

1K 58 0
                                    

Hari ini revan akan membawaku pulang keapartementnya, aku ingin mengajak kerumah ibu dulu mengemasi barang-barangku dan bagaimanapun juga dia belum tau alamatku tapi ia menolak,ia menyuruku menggunakan pakaianya saja hari ini dengan alasan ia ingin istirahat seharian full.

Dimobil tidak ada pembicaraan sedikitpun, hening... hanya ada suara mesin dan riuh-riuh jalan raya. Hingga mobil revan terparkir disebuah apartement yang bisa dibilang mewah. Ini pertama kalinya aku menginjakkan kaki disini, wangi, bersih dan nyaman itulah kesan yang kudapat pertama kali saat masuk kedalam apartement ini.

"Kamarku dimana?" Tanyaku ragu-ragu memulai pembicaraan, karena sedari tadi tak ada satupun kata yang keluar dari mulut kami

"Terserah mau milih yang mana, ada tiga. Dekat dapur, dekat ruang tamu sama diatas satu"

"Yaudah kia disini aja ya biar gak jauh dari dapur, tapi kia mau kekamar mandi dulu"

"Dikamar itu ada toilet" langkahku terhenti dan mengganti arahku menuju kamar.

Setelah selesai aku keluar dan melihat revan mengemasi semua pakaiannya dilemari.
"Mau kemana?" Sikapnya terlalu membingungkan saat ini, bahkan aku nyaris tidak mengenali pria didepanku ini, ia begitu dingin dan menakutkan menurutku. Tidak ada senyum lagi yang ia tampilkan untukku

" katanya mau pake kamar ini?"
"Jadi ini kamar kamu? Ya udah kalo ini kamar kamu aku pake yang disebelah aja"

"Gak usah! Biar gue aja yang pindah, ni udah selesai" ucapnya berdiri sambil membawa keranjang pakaiannya.
Aku seakan diam seribu bahasa, dia benar-benar tidak menginginkan aku berada disini. Aku tidak bisa hidup seformal ini!

Author pov

Revan memasuki kamar barunya, sepertinya ia sangat malas berbicara panjang lebar dengan gadis itu, bersikap dingin mungkin itu pilihannya. Ia meletakkan keranjang pakaian kesembarang tempat dan menghempaskan tubuhnya kuat diranjang. Revan teringat ucapan bian semalam setelah mengantar ibu kia pulang, ia hanya ingin menenangkan fikiran saat itu tanpa menyakiti gadis yang sudah sah menjadi istrinya walaupun tidak ada sedikitpun rasa cinta.

Flasback on

"gue diluar, buka pintunya" ucap revan pada seseorang disebrang telpon sana

"Gilaa... lo kabur pas malam pertama bro" timpal orang itu setelah mempersilahkan revan masuk, yang dipersilahkan masuk hanya diam dan langsung mendaratkan punggungnya disofa
"Gue gak mengharapkan pernikahan ini"
"Gimanapun juga dia udah nyelamatin bokap sama nyokap lo dari rasa malu van"
Revan hanya diam dan menggeleng frustasi "kemana shilla?" Ucapnya lirih
"Dibawak kabur reza mungkin" mata revan beralih menatap sahabatnya
"Elo tau sesuatu bi?"
"Enggak tau pasti gue, yang gue tau shilla sangat mencintai reza, jadi sangat mudah membawanya pergi"

"Gue gak pernah ada masalah sama dia bi, bahkan selama ini gak ada tanda-tanda kalau dia juga suka sama shilla"
"Mungkin ada motif lain" bian hanya mengangkat bahunya "mending lo pulang deh, kasian bini lo nunggu"

"Enggak, gue harus cari tau kenapa shilla tega sama gue dan kalau memang benar reza pelakunya dia gak bakal tenang"

"Weeww.... gilee coyy, seorang revan laki-laki yang hobi nongkrong dimasjid yang sangat-sangat sholeh bisa ngancam orang juga"

"Gue juga manusia, dan kalo emang reza pelakunya itu sama aja dia udah ngerebut kebahagian gue" ucap revan dengan tatapan dingin kedepan

"Elo tu jadi manusia kagak bersyukur banget, bini lo juga kagak kalah cantik coy masih juga mengharap cewek yang jelas-jelas gak jodoh sama lo"
"Terserah lo, gue numpang tidur" revan seperti melupakan segala ilmu agama yang ia pegang selama ini, kehilangan arah atau bahkan putus asa dengan keadaan.
"Mending lo wudhu terus sholat sunah dulu deh"

"Aiihh... gak ah malas, gue mau tidur. Sono lo kagak usah ganggu gue"
Bian melihat revan heran, ternyata cinta bisa membuat orang lupa segala nya termasuk tuhan..

Rrvan tersadar saat jam menunjukkan pukul 4.45, adzan shubu yang berkumandang seakan membangunkan revan untuk sholat
"Azan, elu gak sholat van" bian mendekat kearah revan sambil mengacak rambutnya khas orang bangun tidur.
"Gak, males. Gue mau pulang kehotel"
Bian diam sejenak memperhatikan gerak gerik sahabatnya, dalam beberapa menit sahabatnya ini berubah seperti anak brandalan, sebelum revan berdiri keluar dan menghempas pintu begitu saja, bian berlari mengejar revan dan melemparnya menggunakan bantalan sofa
"Gue harap segila-gilanya elo karena shilla jangan pernah nyakitin hati cewek yang udah sah jadi istri lo. Karena dia gak salah apa-apa" revan berhenti dan melempar kembali bantal itu tanpa berniat merespon ucapan sahabatnya
"Dia tulang rusuk lo yang sebenarnya"
"Dan gue gak peduli!" Ucap revan acuh

Flashback off

Vote+comment, please!

cinta khayalanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang