Kia pov
"Assalamualaikum buk"
"Walaikumsalam... ibu didapur ya" suara ibu bergema diruang tamu. Aku duduk disofa menatap langit langit rumah.. setiap hari itu begitu melelahkan terlebih lagi kecerobohanku yang selalu tak luput dari kemarahan boss. Tapi bosku itu walaupun judes dia itu baik banget. Bahkan aku bertahan sampai sekarang karena dia. Aku bisa beliin apapun yang ibu mau karena kerja dikantor ini. So, terbayarlah lelahnya. Tapi yang buat aku jadi manusia durhaka, sholatku bolong-bolong, dan sifat cuekku yang terkesan sombong membuat aku tidak banyak teman. Bukannya aku sombong, aku hanya menutup identitasku yang dulu. Dulu aku wanita yang menutup auratku, itu yang membuat aku sekarang menghindar dari riuh-riuh orang sekitar. Aku suka bercanda tapi tidak untuk memulai, aku tidak bisa memulai pembicaraan pada lawan bicara itu yang membuat aku dianggap sombong
"Kia... kalau pulang kerja langsung mandi toh. Malah ngelamun kayak ayam sayur" ucap ibu memecahkan lamunanku
"Iya bu, kia mandi ya habis sholat maghrib kia mau makan sama ibu"
Kini kia sampai ditempat yang paling damai dan tenang. Kamar? Ya tempat dimana kia meluapkan emosinya melalui tulisan.
Tiba-tiba smartphoneku berbunyi, nomor tidak dikenali?****
Dikediaman revan dia menatap wajahnya didepan cermin. Kenapa shilla begitu lantang menolak tanpa memberi kesempatan, apa mungkin aku laki-laki pengecut? Wajah kia tiba-tiba melintas dipikirannya. Wanita itu. Wanita pemurung, sulit sekali melihat dia mengeluarkan ekspresi apa lagi tersenyum. Tapi aku melihatnya menangis tenpo hari yang lalu, tapi tunggu! Pangeran masjid? Siapa dia? Siapapun dia aku yakin dia yang membuat gadis itu sesungukan. Kuambil smartphone yang ada diatas nakas. Ntah kenapa aku sangat ingin berteman dengan gadis jutek pemurung itu, aku menekan nama adzkiyah, nomor yang aku dapat dari sari saat diyogya kemarin. Aku penasaran pada gadis itu, sebenarnya ia baik, hanya saja sifatnya yang cuek membuat orang enggan berteman dekat dengannya. Tapi ntah kenapa aku merasa sifatnya begitu hangat padaku, tidak seperti sifatnya pada yang lain.
"Assalamualaikum, siapa ya?" Terdengar suara disebrang sana saat sambungan terhubung
"Waalaikumsalam, gue revan"
"Haa? Re.. eh maksud saya bang revan? Ada apa bang?" Ucapnya agak gugup. Bibirku tertarik sedikit, gadis ini sangat menggemaskan, kalau saja aku bisa melihatnya mungkin pipinya sudah berwarna merah
"Haaallo...." suaranya kembali menyadarkan aku
"Iya, gak papagak usah kaku pake saya saya. Abang cuma lmau minta saran kamu boleh?"
" boleh, ada apa bang?"
"Kemarin abang mengkhitbah seorang gadis tapi dia menolak abang. Menurutmu abang musti gimana?" Tidak terdegar suara balasan disebrang sana. Tiba-tiba hening, aku juga bingung kenapa pada kia aku meminta saran.
"Kia, kamu masih denger abang gak?"
"Iya bang masih, emm... gimana ya menurut kia abang temui ayahnya aja. Biar diaa tau kalau abang serius"
"Ide yang bagus.. makasih ya sarannya kia, assalamualaikum"
"I... iya bang, waalaikumsalam"Ternyata dia tidak sejutek yang aku fikirkan, ide yan bagus. Baiklah.. besok aku akan nemuin ayah shilla untuk kembali mengkhitbahnya
Kia pov
Bagai disambar petir disiang bolong. Darimana ia mendapat no.hp ku dan kenapa dia harus nanya ke aku. Airmataku menetes, kenapa sesulit ini memendam rasa. Bagaimana ayah shilla menerima revan.
"Aaarrghh... kia!! Kau sangat bodoh!" Suara kia tertahan, bagaimana mungkin aku memberi saran bodoh yang menjadi pisau untuk aku sendiri. "Aku mencintai dia ya allah, sangat. Tapi aku hanya gadis moderen yang dianggap remeh" aku memejamkan mataku berharap semua rasa sakit ini besok bisa hilang.Jika mencintaimu itu hal yang paling menyakitkan, aku rela terluka asal kau akan berujung padaku
Jika memandangmu itu hal yang paling sulit kudapatkan, aku rela berkerja keras asal kau akan menjadi milikku
Tapi jika bersamamu itu hal yang paling dilarang allah, aku mundur! Karena aku yakin ada gadis lain yang pantas mendapatkan lelaki sesempurnamu ~pangeran masjidVote+comment, please!!😌😌
KAMU SEDANG MEMBACA
cinta khayalan
Spiritualmenghayal? mungkin terdengar manusiawi.. tapi bagaimana jika khayalan itu menjadi nyata? "apakah wanita hina sepertiku bisa mendapatkan imam yang mampu memperbaiki jalan hidupku?" ~ adzkiyah humairah "aku menginginkan dia, dia begitu sempurna dimat...