part 22

1K 62 0
                                    

Kia masih setia dengan isakannya melihat pria yang sangat ia cintai terbaring lemah diranjang rumah sakit.
2jam yang lalu kia mendapat telpon dari reza untuk segera ke rumah sakit cahya cempaka, betapa terkejutnya ia melihat pria didalam ruang UGD itu ternyata suaminya, revan.
"Maafkan reza ya, dia cuma salah paham. Padahal aku sama revan tadi ketemu karena mau ngomongin hal yang gak terlalu penting. Maafkan aku juga karena membuatmu salah paham tadi, aku melihatmu berlari membawa koper"
kia hanya diam mendengar pengakuan shilla, mata kia menatap reza yang hanya berdiri mematung tanpa ingin menjelaskan. Perlahan tapi pasti kia berdiri mendekati reza, sorot matanya menandakan kalau ia sedang marah besar sekarang

"Jadi yang mukulin suami gue itu elo haah?!" Suara kia tercekat karena menahan tangis.

"JAWAB!!!" kini tangisnya pecah, dengan sekuat tenaga kia mendorong reza kedinding, shilla menahan tubuh kia"maaf" hanya kalimat itu yang keluar dari mulutnya

"Dia pantas dapetin itu" tatapan reza kosong kedepan tanpa ekspresi. Melihat kia menangis adalah hal yang paling ia benci. Tapi ialah penyebab tangisan kia kali ini, ia fikir pernikahan kia dan revan dapat membuat hidup kia bahagia ternyata  salah besar. Pernikahan malah membuat kia semakin memderita.

Kia terduduk lemas, dokter tak kunjung keluar. Airmata sedari tadi tak hentinya mengalir dan kalimat-kalimat allah terus terucap dibibirnya.
Tiba-tiba ada tangan yang menggenggam jemari kia
"Kita doain sama-sama ya, kita sholat ashar dulu" ucap shilla, kia menatap nanar wajah halus itu. Dia memang pantas diperjuangkan, dengan segala ketaatan dan kebaikan hatinya laki-laki mana yang tidak menyukainya.
"Ayoo keburu asharnya habis" tangan halus itu dengan lincahnya menggengam jemari kia dan menarik pelan. Kia berdiri mengikutinya dari belakang
"Kamu mau sholat bareng gak?" Gadis itu berdiri tepat didepan reza, sedangkan reza hanya menggeleng tanpa melihat kearah shilla.
kia hanya menunduk dalam kerapuhannya, ia benar-benar tidak mengerti apa yang terjadi. Dan apa hubungan shilla dan reza. Kenapa semua terjadi? Kia hanya diam, berharap orang didalam UGD itu dapat bangun dan mejelaskan semuanya

*****
Setelah sholat ashar kia duduk dalam doanya "ya rabb, gadis disampingku ini benar-benar membuatku minder. Dia nyaris sempurna, Tidak ada wanita yang rela melihat suaminya bertemu dengan wanita lain tanpa izin. Tapi apa aku pantas melarang suamiku memperjuangkan wanita ini, karena aku tau cinta dan bahagia suamiku hanya pada wanita ini. Tolong.. izinkan suamiku bangun, menjelaskan semua yang terjadi"

Shilla merangkul tubuh kia yang terguncang, "maaf, maafkan aku. Kalau aku tidak ngajak ketemuan revan pagi tadi mungkin hal ini tidak akan terjadi" kia mengangkat wajahnya menatap wajah shilla
"Pagi tadi?" Alis kia terangkat sebelah, jadi ini sebabnya kamar revan kosong pagi-pagi tadi
"Tadi pagi revan kerumahku, dia minta penjelasan masalah aku yang pergi saat pernikahan kami" kia kembali tertunduk, sulit untuk kia menerima kenyataan kalau suaminya masih menginginkan wanita didepannya ini.
"Calon suamiku tiba-tiba datang dan salah paham. Mungkin dia cemburu"
Lagi-lagi wajah kia terlihat heran, calon suami? Tadi dia bilang reza penyebabnya dan sekarang calon suami?
"calon suami?"
"Iya, disurat kemarinkan aku tulis kalau aku akan menikah dengan orang yang aku cintai"

"Reza?"

"Iya, dia janji bakal nikahin aku. Makanya aku disuruh nitip surat supaya dikasih ke papa mamanya revan." Mata kia masih menyiratkan kebingungan, surat yang ia baca itu bukannya dibawa kak ica? Apa maksud dari semua ini! Apa kak ica termasuk dalam permainan bodoh ini!

"Kamu jangan banyak fikiran dulu, itu udah lewat. Sekarang kamu hubungi orang tua revan dulu setelah itu kita kembali ketempat tadi ya" kia menurut saja, ia mengeluarkan hpnya dan menghubungi orang tua revan termasuk ibu nya

Kia pov

Sampai diruang IGD aku tak melihat sosok reza disana, apa dia sudah pulang? Tapi bagaimana shilla. Apa dia meninggalkannya disini? Dia itu memang playboy! Secepat itu dia mecintai shilla? Tapi siapa yang berani menolak gadis seperti shilla yang nyaris tidak ada kekurangan.

"Maaf sus, liat pria yang disini tadi gak ?" Shilla bertanya pada salah satu suster yang lewat, ternyata kebingungan sama denganku

"tadi dokter ngajak keruangannya mbak. Mau bicara mengenai pasien" wajahku terangkat, seharusnya aku yang diruangan itu
"Ruangannya dimana sus?"
"Mbak lurus aja, nanti belok kekanan. Ada tulisan "Office room" itu ruangannya mbak"

"Iya, makasih ya. Shilla kamu tunggu disini ya. Aku mau kesana sekarang" ucapku tergesa. Namun saat aku sampai keruangan itu reza sudah keluar
"Mana dokter?!"
"Kata dokter gak papa, 5-6 hari lebamnya akan membaik. Dan ini resepnya" mataku masih memancarkan kemarahan, dia seakan terlihat tak bersalah sedikitpun.

"Elo itu laki-laki paling kejam yang gue kenal!"
"Gue juga laki-laki paling bodoh didunia ini"
"Elo taukan revan itu kebahagian gue? Kenapa elo nyakitin dia hah?!"

"Elo juga harus tau kalo elo kebahagiaan gue, terus kenapa dia nyakitin elo" aku dibuat bingung dengan kalimat reza
"Elo yang bawak kabur shilla, dan elo yang janji bakal nikahin dia? Kenapa gue yang lo suruh buat nikah sama revan? Kenapa permainan elo selicik ini za, kenapa?!!" Suaraku penuh dengan penekanan dan luka

"Elo tau kalau gue bakal ngelakuin apapun asal elo bahagia ki, hal bodoh sekalipun. Dan laki-laki brengsek itu udah nyakiti elo, apa salahnya gue bales? Atau perlu gue bales ke shilla?" Aku menggeleng,
"Gue gak habis pikir lo selicik ini za"
"Dan semuanya demi kebahagian elo, gue udah ngerelain elo buat revan sebagai gantinya gue yang akan bahagiain shilla, tapi apa yang dia lakukan?. Denger ya kia, gue sangat mencintai lo, terserah elo bilang gue playboy atau apa. Yang pasti gue berani ngelakuin hal bodoh ini demi lo!" Reza mengakui semuanya didepanku
"Cara lo ini salah za" suaraku melemah "elo ngorbanin revan dan shilla, bahkan diri lo"
"Gue gak ngorbanin shilla, dia cinta sama gue"
"Tapi elo bakal nyakitin dia kalau dia tau semuanya"

"Asal revan bisa buat lo bahagia, shilla aman sama gue. Setelah sama elo gue udah gak butuh cinta lagi" bola mataku beradu dengan bola mata reza
"Gue gak kuat za! Gue gak bisa nahan ini sendirian. Bahkan gue gak bisa ngelarang revan buat memperjuangkan shilla" tubuhku berguncang lagi menahan tangis tanpa suara
"Shilla gak akan bahagia sama revan"

"Tapi revan gak akan bahagia sama gue!!!"

"Gue bakal selalu ngelindungi lo ki, gue yakin sekarang hanya masalah waktu, cinta datang karena terbiasa. Dan revan akan terbiasa dengan kehadiran elo dihidupnya"
Aku masih diam "jangan nangis lagi, gue minta maaf" reza menyentuh pipi dan menghapus airmataku, aku sedikit mundur
"Jangan sentuh gue!"


Vote+comment, please!!

Sorry for typo, saya hanya manusia biasa.. saya butuh semangat 😢😢😢😢

cinta khayalanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang