Decitan pintu membangunkan kia dari tidurnya, ia mengangkat kepalanya karena posisinya kia duduk dengan tumpuan tangannya diatas ranjang.
"Mama.." kia berdiri mengambil alih tangan mertuanya yang baru datang
"Maaf baru datang nak, mama sama papa baru pulang dari bandung"
"Iya, Papa mana ma?"
"Papa diluar, tadi ada telfon. Kia, kenapa wajah revan jadi seperti ini?"
Kia hanya diam membisu, ia bingung harus menjelaskan dari mana.
"Duduk dulu ma" hanya itu kalimat yang meluncur dari bibirnya, apa yang harus ia katakan? Bicara jujur dan membuat semua orang shock atau diam seperti tidak tau apa-apa, dan sepertinya pilihan yang kedua itu lebih bagus. Karena belum saatnya mereka tau, terlebih lagi ibu kia yang pasti sangat marah pada kak ica yang ikut terlibat juga"Mama tau banget revan, dia gak mungkin berantem sampe kayak ginikan? Revan itu gak punya musuh, dia itu anak yang taat agama" kata2 mertuanya membuat kia makin membisu, muncul lagi satu pertanyaan. Bagaimana jika mereka tau kalau semenjak menikah revan sangat jarang mengerjakan sholat wajib?
"Kia... jawab mama dong! Jangan diem aja""Ma, mama tenang dulu ya. Nanti kalo revan udah sadar baru kita nanya ya. Kia juga gak tau sebabnya ma, tadi revan dibawa temen kantornya kerumah sakit dan kia juga dapat kabar dari teman kantornya"
"Mama mau ketemu sama temen kantornya, dimana rumahnya. Mama mau tanya siapa yang buat wajah revan lebam begini"
"Sabar ma, kia gak kenal sama temen kantor revan yang tadi" lagi-lagi kia berbohong, ia benar-benar bingung menghadapi ini. Ia hanya berharap setelah revan sadar, revan bisa menceritakan kejadian sebenarnya keorang tuanya
"Assalamualaikum" suara decitan pintu kembali terbuka
"Pa... " kini kia beralih ke papa mertuanya, setidaknya dengan kedatangan beliau kia bisa terbebas dari pertanyaan ibu mertuanya..
Hening.....
Hening.....
"Ma... revan..." pandangan semua menuju revan, jari revan bergerak perlahan
"Dokkteeerr...." kia berlari kedepan kamar
"Sabar nak, sabar.. kan tombolnya udah ditekan"
"Dokternya lama banget pa, dokteeerrr.."
"Permisi.."Dokter lama banget sih, suami saya sadar dok, buruan periksa"
"Kia...sabar" kini ibu mertua kia merangkul bahu menantunya, sedikit menenangkan"Kami akan berusaha semampu kami, tapi tolong keluar dulu ya bapak dan ibu, agar kami bisa bekerja dengan baik"
Kia pov*
"Assalamualaikum..."
"Waalaikumsalam, ibuu" aku berdiri dan menyerbu orang yang baru datang, ibuku dan kak ica. Tatapan mereka begitu sendu menatapku.
"Kia udah sholat isya nak?" Aku hanya mengangguk, rasanya enggan mengeluarkan suara. Hanya dekapan ibu inilah yang aku inginkan sebagai kekuatanku.
Pintu ruangan terbuka menampilkan dokter dengan sebelah tangan disaku bajunya, membuat aku berdiri cepat kehadapan dokter
"Maaf... pasien memanggil nama shilla, apa disini ada yang namanya shilla" pandanganku memudar, buliran air mata lolos begitu saja. Shilla yang dia harapkan
"Ini istrinya, dia akan masuk dok. Terima kasih" suara ibu mertuaku membuat dokter itu mengangguk dan pergi
"Bukan aku mah" lirihku sambil menggeleng
"Kamu yang dibutuhkan nak" ibu mertuaku mendekat dan menggenggam tanganku, dengan sekuat tenaga kuberanikan untuk masuk.
Kugenggam tangan suamiku, matanya masih terpejam, tapi ia mampu membalas genggamanku. Bibirku sedikit tertarik"Shiillll... aku cinta sama kamu"
JJDDUUARR!!!! Kalimat itu cukup tajam untuk mencabik-cabik dan meluluh lantahkan perasaanku, aku mundur beberapa langkah namun genggaman itu semakin erat. Aku membekap mulutku dengan tangan sebelahku, menahan rasa yang begitu perih.
Mata revan perlahan terbuka, begitu lemah hingga beberapa kali ia kembali memejamkan matanya, mungkin menahan rasa sakit ditubuhnya. Aku berusaha tersenyum, mengenggam tangannya dengan kedua tanganku. Berharap ia tak melepaskan genggaman itu ketika ia sadar kalau tangan itu bukan milik shilla.
"Mau minum?" Revan hanya menggeleng, tak ada penolakan dari revan namun tak ada penerimaan pula
"Minum ya, dikit aja" aku mengambil gelas disamping ranjang dan membantu revan mengangkat punggungnya, ia meneguk air digelas.
Matanya beralih menatap hijab dileherku yang terlihat basah.
"Aku panggilin mamah ya, kamu istirahat dulu"
Diam, hanya itu respon revan..Aku bukan wanita yang fasih membaca surah-surah Allah, tapi aku ingin belajar
Aku bukan wanita yang selalu taat terhadap perintah Allah, tapi aku ingin belajar
Aku bukan wanita yang selalu membagi rezekiku kepada sesamaku, tapi aku ingin belajar
Aku bukan wanita yang selalu menutup auratku dari segala mata yang menatap, tapi aku ingin belajarAku wanita yang seraka,
Aku wanita yang penuh dosa,
Aku wanita yang paling hina,
Aku wanita yang paling kotor,Apa boleh aku belajar dulu,
Belajar memperbaiki diri
Belajar menyempurnakan agama
Dan belajar memantaskan diri untuk orang yang kelak menggandeng tanganku kesurga firdausMu ya Rabb ...Vote + comment, please!
Sorry for typo, gak sempet revisi soalnya...
KAMU SEDANG MEMBACA
cinta khayalan
Spiritualmenghayal? mungkin terdengar manusiawi.. tapi bagaimana jika khayalan itu menjadi nyata? "apakah wanita hina sepertiku bisa mendapatkan imam yang mampu memperbaiki jalan hidupku?" ~ adzkiyah humairah "aku menginginkan dia, dia begitu sempurna dimat...