Author pov*
Sudah hampir 90 lebih panggilan di handphone reza tapi tak sedikitpun ia hiraukan. Bahkan ia membuat handphonenya tidak bersuara
sejak semalam sampai sekarang tidak ada satupun dari mereka yang beranjak dari sofa ruang tamu. Kia berbaring dipangkuan reza, kia memang nyaman bersama reza. Tapi tak bisa dipungkiri, jika rasa itu hanya sekedar rasa persahabatan.
Reza menerawang kemasa lalu dimana dirinya dan kia bermain dengan santainya, mengucapkan kata-kata yang sebenarnya tidak pantas diucapkan tapi itu bisa membuat mereka tertawa terbahak.Tapi sekarang, keadaan sudah berubah. Waktu sudah pergi meninggalkan kenangan itu. Wanita didepannya kini sudah milik orang lain.
"Eeuughhh...." kia sedikit bergerak merenggangkan ototnya, matanya mengerjam saat pertama kali orang yang ia lihat adalah reza.
"Zaa...." kia mendongakan kepalanya kelangit-langit sepertinya ia lupa akan kejadian malam tadi, kecelakaan, pingsan, hingga dibawa ke vila ini
"Za, gue mau sholat shubu, dimana kamar mandi lo"
Reza mengacak rambutnya dan merenggangkan ototnya terlebih dulu sebelum menjawab ucapan kia.
"Dibelakang, ada bik minna juga tu" kia hanya mengangguk dan bergegas kebelakang. Benar kata reza, ada seorang wanita paruh baya sedang memasak, dia adalah orang yang setia ngurus villa ini saat reza ataupun orang tuanya tidak disini"Bik..."
" iyaa.. neng pacarnya den reza ya?"
"Bukan bi,temennya. Reza nolongin aku kemarin waktu kecelakaan"
"Oalahh. ... gimana keadaannya neng? Bibik gak tau, soalnya den reza gak pernah bawak cewek" kia menaikan alisnya, reza kan seorang playboy tapi kenapa dia gak pernah ngenalin salah satu pacarnya.
Kia tersenyum "gak papa bi, cuma kaki masih sedikit sakit. Bi aku kekamar mandi dulu ya mau ambil air wudhu"
"Iya neng"****
Diapartement revan gelisa, sekitar pukul 2.00 dini hari ia baru pulang, tapi hasilnya nihil. Kemana reza membawa kia pergi. Hingga pukul 5.00 pun tak sedetikpun mata revan terpejam, sepertinya reza sengaja tidak mengangkat panggilan darinya.
Tiba-tiba handphone revan berdering, secepat kilat revan berdiri dan mengambilnyaMamaa is calling
"Hallo mah, assalamualaikum"
"Waalaikum salam, gimana keadaan kamu van? Udah baikan?"
"Alhamdulillah udah enakan mah"
"Alhamdulillah, maaf ya mamah sama papa gak ikut nganter kamu pas pulang dari rumah sakit, soalnya papa bener-bener ada urusan penting dibandung. sore ini kami pulang ya, nanti kami langsung keapartement kalian""Iya mah, hati-hati ya"
"oh iya,kenapa mamah telpon kia gak diangkat ya? Kia sehat kan van?""........"
"Revan,.. kia sehatkan?"
"Mah.... kia hilang ma, revan sudah cari semaleman tapi gak ketemu"
"Astagfirullah... kia pergi kemana van? Ya allah, apa dia baik-baik aja"
"Revan yang salah ma, revan yang nyuruh dia bawak motor buat beli mie ayam yang didekat kantor,revan gak tau kalau kia gak bisa bawak motor. kata bian kia kecelakaan dan dibawah kerumah sakit. Pas revan kerumah sakit ternyata kia dibawak pergi sama reza mah, laki-laki yang shilla cintai itu ma""Astagfirullah, tega banget kamu nyuru kia pergi sendirian van. Dimana tanggung jawab kamu? ...... mamah sama papa pagi ini akan langsung berangkat pulaang! Mamah gak yakin papa bisa nahan emosi pas ketemu kamu"
"Mah..... maafin revan ma, revan akan nemuin kia"
"Harus!..... tuutt.Revan mengusap wajahnya kasar "kemana kamu kiaa..." wajar saja revan yang disalahkan, ia suaminya!
******
Revan pov*
Ting tongg....
"Revan?"
Shilla, iya aku memutuskan kerumah shilla untuk menanyakan reza dan menceritakan semuanya.. shilla kaget, karena semalam ia juga menghubungi reza tapi tak ada jawaban... aku benar-benar kalut, entah ada apa dengan perasaanku. Shilla ada disampingku saat ini tapi fikiranku tetap tertuju pada kia yang entah dimana sekarang
"Gimana kalau kita cari kia dan reza sama-sama"
"Boleh deh, aku ambil tas dulu ya, sekalian bilang sama ibu" aku hanya mengangguk dan melihat jam ditanganku, pukul 10.00 aku teringat mamah dan papa yang akan berangkat pagi ini.
"Yokk ..." shila keluar dengan tas jinjing dan handphone ditangannya. tunggu, handphone? Aku meraba saku celana dan bajuku. Oke fix! Handphoneku ketinggalan dikamar.
"Shil, handphoneku ketinggalan diapartement. Mamah sama papa katanya mau pulang pagi ini"
"Ya udah ambil aja dulu keapartement kamu" aku mengangguk dan cepat menuju apartement
Shilla duduk disofa ruang tamu, hampir setengah jam aku berkeliling mencari handphoneku, tapi dimana? Terakhir aku meletakannya dinakas, tapi tidak ada, dengan geram kukibaskan selimut diatas kasur rencana ingin cepat malah bertele-tele gara-gara handphone.
Suara handphone jatuh berbarengan dengan jatuhnya selimut.. astagfirullah, ada apa denganku. Jelas-jelas tadi shubu mama meneponku... ahh sudahlah"Shilla, maaf lama. Yok kita berangk..."
"(ProkProkprokprok👏👏👏) hebat sekali anakmu mah, istri hilang tapi dia malah berduaan sama wanita lain diapartement" ucap papa dengan nada sinis, entah sejak kapan papa dan mama masuk dan berdiri tepat didepan kamarku. Shilla hanya menunduk takut
"Pah... ini gak seperti yang papah liat. Aku sama shila mau cari kia"
"Hahaha.... anak laki-laki jagoan papa dulu tumbuh menjadi laki-laki yang tampan dan bersahaja. Tapi sayang itu hanya topeng!" Mamah dan papa mendekat
"Pah!!... revan bisa jelasin pa""Jelasin gimana kamu nyakitin kia? Bahkan papa lebih percaya ucapan bian sahabat kamu dari anak kandung papa sendiri"
Aku terdiam, jadi bian yang cerita semuanya, papa dan mama sangat kecewa. Mereka tak sedetikpun membiarkan aku mengucapkan satu katapun
"Seandainya papa tau kamu masuk rumah sakit kemarin karena kesalahan kamu sendiri papa akan biarin kamu mati!""Cukup pah" kini mama maju beberapa langkah dan memelukku
"Mama gak nyangka kamu jadi pria bajingan seperti ini van! Mama gak nyangka kamu menyalahkan tuhan dan meninggalkan sholat karna gak bisa dapetin gadis ini.." ucap mama sambil menunjuk shilla,"Maaf, saya permisi dulu" shilla sedikit mengapus airmatanya dan berlalu
"Shilll....
"Stooopp!!"
"Sedikit saja kamu mengejar perempuan itu papa pastikan hari ini juga kamu bercerai dengan kia"
"Pahh...! Revan gak pernah nyuruh papah buat nikahin revan sama kia, revan mau sama shiil..."PLLAAKK!
"Kalau saja memar diwajahmu sudah hilang papa pastikan wajah kamu akan kembali bonyok!"
"Revan!! Kia yang sudah menyelamatkan papa dari rasa malu kalau saja pernikahan kamu gagal waktu itu! Kenapa kamu menjadi seperti ini revan, kenapaa?!!" Mama terduduk lemas dengan air mata yang mengalir,
"Kamu liat? Wanita yang sudah melahirkan kamu menangis melihat kelakuan kamu.. sekarang dimana nalar kamu? Setiap kamu menyakiti perempuan lain mamah kamu juga akan merasakannya"
"Pah.. apa papa ngerti perasaan aku?"
"Sudahlahh.... tidak penting! Ayo kita pulang kerumah sekarang ma, biarkan saja bajingan ini hidup dengan keegoisannya"Mamah dan papa pergi begitu saja menghempas pintu dengan kasar.
"AAGGGRRHH!!! Aku memang bajingan!" Kepalan Tanganku mendarat pada kaca meja didepanku, perlahan darah segar mengalir. Lama aku termenung dengan tatapan kosong kedepanDDDRRRREEETT....
Suara handphone membuat aku sadar, aku mengalihkan pandangan kelayar handphoneMamaa is calling
"Revan tolong kepersimpangan dekat apartement kamu, kami kecelakaan papa gak sadar vaaannn.. " isakan mama membuat aku panik
"mama tunggu,revan kesana sekarang"
"Ambulance sudah datang, kamu langsung aja kerumah sakit maidika"
Tanpa menjawab aku langsung berlari menuju mobil, aku menyetir seperti orang kesetanan, dan benar saat sampai dipersimpangan ada mobil papa dengan plat dan lampu depan mobil pecah. Kepanikanku bertambah jadi saat sampai dirumah sakit melihat mama dengan darah dikening dan isakan yang memilukan
"Ini semua gara-garu akuu!!" Aku memukul keras kepalaku hingga mamah memeluk dengan tangis yang ditahanHidup bukan tentang apa yang kita inginkan dan apa yang membuat kita bahagia
Tapi tentang apa yang kita butuhkan dan apa yang kita syukuriKarena kebutuhan itulah yang kita inginkan sebenarnya dan yang kita syukuri itulah kebahagiaan sebenarnya
Vote+comment, please!
Sorry for typo
Kasian juga revan, dipukulin terus. Pengen buat revan bahagia tapi emang dia yang salah
KAMU SEDANG MEMBACA
cinta khayalan
Spiritualmenghayal? mungkin terdengar manusiawi.. tapi bagaimana jika khayalan itu menjadi nyata? "apakah wanita hina sepertiku bisa mendapatkan imam yang mampu memperbaiki jalan hidupku?" ~ adzkiyah humairah "aku menginginkan dia, dia begitu sempurna dimat...