part 10

1.1K 81 1
                                    

Kia pov

Sudah 5 hari aku tidak menginjak kantor ini karena sakit, sebenarnya tidak pantas dibilang sakit karena aku hanya bermalas-malasan dirumah. Selama itu juga aku berusaha bangun dari khayalanku ingin memiliki imam sesempurna revan, semangat yang selama ini mengebu-gebu saat ingin kekantor sudah hilang tertiup angin.
Mungkin bisa dibilang tidak ada satupun orang yang tau mengenai ini termasuk ibu. Aku menutup rapat-rapat, berdoa dan berkhayal kalau dialah imam yang allah kasih untuk menyempurnakan agamaku. Tapi sekali lagi kutegaskan itu hanya khayalan tidak untuk jadi kenyataan, dan kini orang itu akan menjadi imam perempuan lain yang pasti jauh lebih sempurna dariku.
"Kiiaa..." suara itu? Aku menoleh dan benar! Itu pria yang sangat aku cintai
"Sehat ya? Sakit apa kemarin?" Tanyanya setelah sampai disampingku, wajahku hanya datar aku berusaha bersikap biasa
"Sedikit demam saja bang, mungkin banyak fikiran"
"Lagi ada masalah ya?"
"Haa?... enggak kok, akunya aja yang lebay memikirkan sesuatu yang haram dipikirkan"
"Pasti masalah pangeran masjid yang kamu tangisi disholat tenpo hari yang lalu kan? Masih sering nangis pas habis sholat?"
"Masih" jawabku singkat, laki-laki yang kutangisi itu ada didepanku, dia akan menikah sebentar lagi lebih tepatnya akan menjadi suami orang. Lagi-lagi aku menunduk, mataku memanas sepertinya air sialan itu ingin keluar lagi.
"Sudahlah kia, jodoh gak kemana ya. Oh iya abang mau ngasih tau kalo abang insya allah akad 2 bulan yang akan datang"
"Hahaha.... akhirnya penantian abang gak sia-sia ya. Selamat bang, semoga bisa jadi imam yang baik untuk istri abang kelak" ucapku dengan tawa berbungkus tangis dan berlapis hancur. Rasanya luka itu kembali terkoyak lagi, subhanallah.
"Aminn ya allah, kia jangan lupa datang"
" tapi jaitan ibu banyak bang, mungkin aku gak bisa datang, aku harus bantu ibu"
"2 bulan masih lama ya, 1-2 jam saja. Pokoknya kamu harus datang. Memang ada apa? Apa kamu gak mau liat abang nikahan? Nanti abang gak akan datang juga pas kamu nikahan loh" aku hanya mengangguk lemah. Mana mungkin aku datang bang, sama saja aku mencambuk diriku sendiri
"Aku usahain datang" ucapku sambil tersenyum hingga revan membalas senyumku dan pamit keruangannya.

Reza pov

Aku sangat merindukan gadisku, hari ini dia mulai masuk bekerja. Tapi tunggu kepalanya dibaringkan diatas meja dengan tumpuan tangannya, bahunya bergerak tak beraturan. Tuhan, dia sedang menangis lagi. Perlahan aku mendekat
"Ehh kutu... elo kok goyang gak ngajak gue, ikutan dong" ucapku sambil mengoyangkan pinggul dengan jempol yang terangkat
"Za. . Gak lucu" kia mengangkat wajahnya dan menghapus airmatanya. Melihat airmata itu membuat batinku teriris, dia begitu lemah, dia bukan kia sijutek yang aku kenal. Aku menarik kursi kesamping kia, duduk disampingnya. Aku benar-benar tidak sanggup melihatnya, airmata terus mengalir dengan tatapan kosong kedepan.. tanganku terangkat menyeka airmata yang seenakunya turun diwajah gadis cantikku ini dan sedikit mengelus pipinya, dia hanya diam. Diamnya kia itu bagai pisau yang menusuk hatiku.
Ntah keberanian dari mana aku memeluknya, mengelus rambut panjang lurusnya. Tidak ada penolakan, dia hanya diam dan tidak membalas pelukanku
"Elo bisa menyimpan semuanya dari semua orang tapi tidak dengan gue, gue tau semua. Dan luka yang elo paksa simpan sekarang adalah luka yang akan membunuh lo sendiri kalo terus elo simpan" Ucapku,air mataku sedikit keluar ada apa denganku? Heiii.... aku ini playboy, bagaimana mungkin aku menangis karena seorang cewek. Tangan kia terangkat dan membalas pelukanku erat. aku merasa tangisnya mulai pecah namun ditahan dengan membenamkan wajahnya dibahuku. "Dia bakal jadi suami orang za" suara itu sangat lemah ditelingaku, kueratkan pelukanku dan sedikit mencium bahunya. Beberapa menit kami berpelukan hingga aku merasakan beban dibahuku, apa dia tertidur. Kurenggangkan pelukannya dan seketika tubuhnya jatuh, untung aku berhasil menangkapnya. Apa yang terjadi? "Kia bangun kia! Ini gak lucu,kia!" Aku terus menepuk-nepuk pipinya tapi tidak ada respon. Dengan tergesa aku mengangkat tubuhnya kemobil
"Ada apa za? Kenapa dia?" Tanya bian, sahabat revan yang kutemui kemarin. Revan ada disebelahnya tapi hanya diam dan bingung
"Pingsan, bilang ke pak handri gue izin" aku tidak peduli dengan keberadaan revan yang kutahu dialah laki-laki penyebab kia seperti ini Terus saja aku menuju mobil dan membawanya kerumah sakit terdekat. Aku memukul stir frustasi saat polisi seenaknya menyetopkan mobilku karna menerobos lampu merah
"Saya mau kerumah sakit, kalau bapak ingin menilang saya nanti. Ikut saya dulu kerumah sakit. Perempuan ini pingsan, setelah itu saya menyerahkan diri kebapak" ucapku tegas penuh dengan emosi, polisi itu melirik kearah kia dan mengikuti mobilku dari belakang.

Rumah sakit

"Pasien hanya stres pak, tidak terjadi apa-apa hanya saja jaga kestabilan emosinya agar dia tidak selalu tertekan"ucap dokter yang memeriksa kia. Reza menelpon ibu kia dan memberi tahu kalau kia ada dirumah sakit karena pingsan. Setelah itu ia menemui polisi dan menyelesaikan urusannya

Vote+comment, please!

Gak kebayang jadi kia😢😢

cinta khayalanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang