Mendengar tantangan dari Davin, Conan hanya terdiam tanpa kata sambil menatap mahasiswa yang selama beberapa hari ini seolah mencari-cari masalah dengannya. Setelah puas mengamati, Conan langsung berlalu tanpa kata dan membiarkan Davin serta kedua temannya menatap ke arahnya.
"Hai... tunggu!" kata Davin saat Conan baru saja beberapa langkah meninggalkan mereka.
Conan segera menghentikan langkahnya dan berbalik ke arah tiga mahasiswa yang menurutnya sombonga. Davin melangkahkan kakinya dan berhenti tepat di hadapan Conan. Dalam hati Coban sudah tahu jika dirinya akan berada dalam masalah yang mungkin tidaklah kecil.
"Ayo bertanding!" kata Davin sambil memasang kuda-kuda.
"Bela diri bukan untuk unjuk kehebatan, tapi untuk membela diri ketika dalam keadaan mendesak," kata Conan yang kemudian membalikkan badannya dan berlalu begitu saja dari hadapan Davin.
Berulang kali Davin memanggil Conan namun si pemilik nama sama sekali tidak mempedulikan panggilan itu. Dia terus saja melangkahkan kakinya hingga keluar dari sasana dengan sebuah senyuman yang mengembang di bibirnya.
"Sialan, baru jadi kuli saja dia sudah sok!" umpat Davin dengan suara yang cukup keras dan berjalan ke arah samsak kemudian memukulnya dengan cukup keras.
Di sisi lain Sasana, terlihat seorang gadis berambut panjang yang di ikat ekor kuda menyaksikan semua kejadian yang baru saja terjadi. Sebuah senyuman mengembang di bibirnya sebelum akhirnya dia pun berjalan meninggalkan Sasana di mana biasanya dia berlatih atau hanya sekedar menghempaskan semua kekesalannya.
"Pria yang menarik," gumamnya sambil terus melangkahkan kakinya dan mengurungkan niatnya untuk berlatih di sore yang cerah.
"Cha... Chacha...," teriak Niko saat menyadari jika ada sosok lain di dalam Sasana itu dan akan meninggalkan Sasana bercat putih bersih itu.
Chacha yang di panggil hanya melambaikan tangannya dan terus melangkahkan kaki meninggalkan Sasana. Dia memang tidak berniat lagi untuk berlatih di sore ini, satu pelajaran mahal telah di dapatnya yang langsung menamparnya tepat di dada. Dia yang terkadang menggunakan kemampuannya untuk melumpuhkan orang-orang suruhan ayahnya seolah mendapat pelajaran dari perkataan seorang kuli yang sering kali di pandang sebelah mata oleh orang-orang di sekitarnya.
"Chacha... koo buru-buru mau ke mana?" tanya seorang pria saat Chacha melewati bagian kampus yang sedang di renovasi.
Chacha yang nerasa dirinya di panggil oleh seseorang langsunh menengokkan kepalanya ke arah suara itu berasal. Dia melihat seorang pria berpakaian kucel dan kumel sedang berdiri sambil menatap ke arahnya, dia mengenali pria itu sebagai teman pria yang telah memberinya pelajaran mahal sore ini.
"Saya mau pulang, Bang," kata Chacha sambil menyunggingkan seutas senyum ke arah pria itu, "Mari Bang."
Sikap Chacha yang berubah seratus delapam puluh derajat terang saja membuat pria itu bengong karena kaget. Mahasiswi yang beberapa waktu lalu dikenalnya sebagai mahasiswi yang cukup acuh dan sedikit sombong itu tersenyum menjawab pertanyaannya dan tersenyum seolah mengenal dirinya.
"Bengong saja, entar kesambet lho," kata Conan sambil menepuk pundak pria itu keras.
"Eh Co, kamu sudah balik toh dari latihannya?"
"Iya Cup, ada apa sih bengong gitu? Ada bidadari lewat apa?"
"Bukan bidadari lagi, tapi Tuan Putri."
Kata-kata Ucup barusan membuat kening Conan berkerut. Dia merasa aneh karena Ucup memuji seorang perempuan dengan segitunya. Memang bidadari itu terkenal cantik tapi masih dalam khayalan, sedang tuan putri adalah seseorang yang nyata dan bisa di lihat serta di sentuh.
"Tuan Putri dari Hongkong?" ledek Conan sambil mengambil barangnya yang masih tergeletak di tempat dia kerja tadi.
"Bukan, itu tadi Chacha jawab pertanyaanku dan senyum pula," jawab Ucup yang kemudian melangkahkan kakinya dan di ikuti oleh Conan.
"Chacha mahasiswa jutek itu?" tanya Conan tidak percaya
"Iya siapa lagi!" jawab Ucup.
Mendengar apa yang dikatakan oleh Ucup terang saja membuat Conan menggelengkan kepala tidak percaya. Dia tahu betul jika perempuan yang beberapa hari ini di jaili oleh dirinya dan Ucup bukanlah perempuan yang ramah dan akan bersikap seperti itu. Menurutnya, Chacha adalah perempuan yang dangat angkuh dan sombong sehingga tidak mungkin bersikap sebaik itu pada kuli seperti Ucup, jangankan pada Ucup, pada pria sesama mahasiswa yang mengejar-ngejarnya saja Chacha sangat cuek.
"Salah minum obat apa gadis itu?" gumam Conan dengan sangat perlahan sambil melangkahkan kakinya.
Bibir Conan terus berbincang-bincang dengan Ucup sambil berjalan menuju ke kontrakan mereka. Tapi dalam otaknya terus terpikir apa yang menyebabkan seorang gadis angkuh seperti Chacha dapat berubah hanya dalam sekejap saja. Bagaimana tidak, baru siang tadi Conan melihat perempuan itu melangkah dengan angkuhnya dan memberi seseorang pelajaran, tapi sore ini dia sudah berubah menjadi perempuan yang jinak dan seolah tidak berbahaya sama sekali.
Baru saja Conan meninggalkan gerbang kampus saat dia melihat beberapa orang berdiri di depan sebuah toko yang ada di depan kampus salah satu dari orang itu melambaikan tangannya dan memberi isyarat agar Conan mendekat. Conan yang melihat itu langsung menganggukkan kepalanya dan tersenyum simpul.
"Aku ke sana dulu," kata Cona pada Ucup.
"Ok... aku pulang duluan," kata Ucup sambil melangkahkan kakinya meninggalkan Conan seorang diri.
Ucup terus melangkahkan kakinya dalam kesendirian. Sesekali bibirnya mendendangkan lagu Jawa dengan suaranya yang cukup merdu sebagai pengusir sepi. Ucup memang berasal dari tanah Hamengku Buwono yang dikenal sangat kental dengan adat istiadat Jawanya sehingga tidak aneh jika dia dapat menyanyikan beberapa lagu Jawa dengan suara yang begitu enak di dengar.
"Hai...," terdengar sebuah suara yang cukup asing di telinga Ucup saat dia melewati sebuah gang yang cukup sepi.
Mendengar panggilan orang itu seketika Ucup menghentikan dendangannya dan mencari-cari siapa yang memanggilnya tadi. Namun sejauh mata memandang dia tidak menemukan siapapun selain dirinya di tempat itu.
"Mungkin aku salah dengar," gumam Ucup sambil kembali membalikkan badannya dan melanjutkan langkah kakinya.
"Hai...," terdengar suara seseorang saat Ucup baru saja melangkahkan kakinya.
Kali ini suara itu terdengar begitu dekat hingga membuat Ucup secepat kilat membalikkan badannya dan menemukan seorang pria tengah berdiri beberapa meter di hadapannya. Pria itu memiliki perawakan yang tinggi meski badannya tidak terlalu tegap.
"Kamu memanggil saya, ada apa?" tanya Ucup yang sedikit kebingungan dengan kehadiran orang yang tidak di undang itu.
"Ya...."
"Ada apa?"
"Gue mau kasih loe pelajaran karena loe udah berani gangguin Chacha."
"Saya hanya bertanya saja."
"Jangan banyak alasan, loe!"
Buk... sebuah pukulan mengenai ulu hati Ucup hingga membuatnya hatuh terhuyung. Melihat lawannya terjatuh, orang itu kembaki menyerang Ucup dengan membabi buta dan menyebabkan darah segar mengalir dari sudut bibir Ucup.
"Ini peringatan buat loe!" kata orang itu saat melihat Ucup sudah tidak berdaya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
True Love
RomanceCinta sejati sering kali terdengar begitu indah di telinga, tapi perjalanannya tak permah seindah bunga yang bermekaran di taman ataupun kerlip bintang di langit. Cinta sejati selalu memberikan satu pembelaharan, satu kisah yang tak akan pernah dilu...