Hari-hari Chacha kini semakin berwarna dengan kehadiran Conan di sisinya. Pria yang telah merajai hatinya itu selalu ada setiap saat untuknya. Bahkan dia bisa menjadi sandaran Chacha ketika hati dan pkiriannya tengah menghadapi masalah-masalah berat baik itu masalah dengan skripsi, Diana, dan bahkan kedua orang tuanya. Chacha memang belajar untuk selalu terbuka pada Conan karena ia telah merasa sangat nyaman dengan pria itu.
"Kenapa, Sayang?" tanya Conan saat melihat gadis yang di cintainya menekuk wajahnya di halaman kampus sambil menatap rumput yang ada di hadapannya.
"Diana...," jawab Chacha tanpa memalingkan wajahnya untuk menatap pria yang begitu ia cintai.
"Ada apalagi dengan Diana?" tanya Conan yang sedikit penasaran dan merasa jika kali ini masalahnya jauh lebih parah dari sebelumnya.
Flash back on
Chacha melangkahkan kakkinya memasuki kamar kos yang di huninya bersama Diana. Meski hubungan mereka memburuk tapi hal itu tidak membuatnya berniat untuk pindah kos. Bagaimanapun, tempat ini adalah satu-satunya tempat ia berlindung dari panas dan hujan selama hampir empat tahun ini. Tempat yang kini menjadi 'rumahnya' setelah ia terbuang dari kedua orang tuanya.
Baru saja Chacha memasuki kamar yang cukup luas itu ketika melihat barang-barangnya telah berserakan di lantai. Masih belum hilang keterlejutannya, tiba-tiba ia melihat Diana akan membanting sebuah pigura di mana di sana terpampang photo keluarga yang meski telah terbuang tapi selalu di rindukan oleh Chacha.
"Hentikan, Di!" kata Chacha sambil melompat dan merebut pigura itu sebelum hancur berkeping-keping di atas lantai. "Kamu kenapa sih, apa salahku sama kamu hingga kamu bersikap seperti ini?"
"Kamu bertanya apa salahmu, hah? Kamu menyebutmu sahabatku tapi kamu tidak sadar dengan kesalahamu padaku apa?"
"Selama ini aku selalu bersikap baik dan terbuka padamu. Aku tidak pernah sekalipun membalas sikap dingin dan cuekmu padaku selama beberapa bulan terakhir ini. Lalu salahku apa hingga kamu bersikap seperti itu?"
"Terbuka kamu bilang? Jika terbuka kamu tidak akan menyembunyikan soal ini!"
Diana menunjukkan layar ponselnya di mana di sana terpampang photo Chacha yang sedang duduk berdua di taman bersama Conan. Memori ingatan Chacha pun melayang pada kejadian seminggu yang lalu saat dirinya berjalan-jalan bersama Conan menghabiskan minggu pagi di saat ia libur kerja. Satu hal yang membuatnya tersenyum dan melupakan semua permasalahannya bersama Diana dan kedua orang tuanya.
"Bagaimana aku akan bercerita padamu jika selama ini kamu seolah menghindar dariku? Kita tingga di bawah atap yang sama, di ruangan yang sama tapi kamu seolah tidak ada di sini dan hanya menganggapku patung. Kamu enggan untuk berbicara dan ketika aku ajak bicara pun kamu menghindar. Lalu bagaimana aku mau cerita semuanya?" tanya Chacha pada Diana yang masih terlihat sangat marah.
"Jadi sekarang kamu menyalahkanku, hah?"
"Aku tidak menyalahkanmu, Di. Tapi...."
"Tapi apa, hah? Kamu itu terlalu terbiasa semuanya harus sesuai dengan keinginanmu dan berada di atas angin. Kamu tidak suka jika ada orang yang berada di atasmu!"
"Kapan aku merasa seperti itu, Di?"
"Kapan kamu bilang? Buktinya kamu melarangku jadian sama Andre cuma karena kamu jomblo kan?"
Chacha terdiam tanpa kata saat mendengar kata-kata Diana. Dia sungguh tidak menyangka jika kejadian setahun yang lalu saat dirinya melarang Diana jadian dengan Andre menjadi satu masalah yang kini menjadi sesuatu yang sangat di luar dugaannya. Chacha mengira semuanya baik-baik saja terlebih hubungan antara Diana dan Andre serta teman-temannya juga terlihat baik tanpa masalah. Tidak pernah sekalipun Andre mengungkit masalah perasaannya ketika berbicara dengan Diana. Tapi ternyata dirinya salah karena kini semua itu jadi bom waktu yang meledak di saat tak tepat.
"Kenapa kamu diam, kamu ingat semuanya, hah?" tanya Diana masih dengan amarah yang memuncak.
"Aku sudah bilang berulang kali padamu Di, Andre itu buka pria baik untukmu, sama seperti Davin."
"Halah, cuma alasan kamuflase saja bisa kamu ungkapkan padaku, Cha. Dan aku sangat muak dengan alasanmu itu."
"Ya Tuhan, Di. Untuk apa aku memberikan alasan palsu padamu? Aku gak ada kepentingan melakukan hal itu."
"Bulshit kamu, Cha! Aku benci sama kamu dan gak ingin lagi melihatmu, jadi kamu pergi saja kamu dari kamar ini dan cari kos yang lain!"
Chacha kembali terdiam mendengar perkataan Diana. Dia tahu betul bagaimana sifat sahabatnya itu ketika marah. Seberapa kerasnya-pun ia menjelaskan letak permasalahan yang sesungguhnya tidak akan di terima oleh Diana. Dia akan tetap merasa jika dirinya benar dan Chacha-lah yang salah.
Flash back off
"Jadi gitu ceritanya," kata Chacha sambil menatap wajah pria yang keningnya di hiasi peluh karena ia baru saja selesai bekerja.
"Kamu kenapa melarang dia jadian sama Andre?"
"Andre itu playboy dan hanya menjadikan Diana sebagai bahan taruhan, aku gak mau dia menangis saat di tinggal pria bejat itu."
"Kamu udah bilang hal itu?"
"Udah dulu, kukira dia menerima penjelasanku dengan hati lapang, tapi ternyata aku salah."
"Lalu sekarang bagaimana?"
"Mau gak mau aku harus cari kos lain, tapi masalahnya cari kos di saat belum libur semester itu sangat sulit karena pasti semuanya masih penuh."
Conan terdiam saat mendengar kata-kata Chacha. Memang betul, snagat sulit mencari kos atau kontrakan kosong di saat masih pertengahan semester karena semuanya pasti masih penuh. Tapi jika di biarkan kekasih hatinya sekamar dengan orang yang bahkan tidak menyadari maksud baiknya, maka yang ada Chacha akan tertekan dan membuat semua rencana masa depan gadisnya berantakan.
"Aku harus bagaimana?" tanya Chacha dengan suara sedikit bergetat seolah akan menangis, "Aku tidak mungkin terus-terusan berada di kos itu sedang hubunganku dengan Diana tidak sehat. Bahkan sudah tidak ada lagi tempat untuk barang-barangku di sana selain dus-dus yang terpaksa aku beli untuk semua buku dan pakaianku."
"Kamu punya teman lain yang sekiranya bisa hidup sekos barenga sampai kamu mendapatkan kos baru atau sampai akhir semester?"
"Gak ada, teman-teman yang lain pada udah satu kos sama temannya atau memang memilih sendirian."
Mata indah itu kini benar-benar menumpahkan cairan bening yang membasahi pipinya. Hal itu terang saja membuat hati Conan terasa sakit dan tak rela karen gadisnya menangis.
"Kamu tenang dan sabar dulu selama seminggu ya sambil kita cari kos bareng," kata Conan sambil menghapus air mata Chacha, dan gadis itu hanya mengangguk. "Ya sudah aku kerja lagi ya, kamu baik-baik."
Conan melangkahkan kakinya meninggalkan Chacha seorang diri. Sesekali dia melihat ke sekelilingnya sebelum akhirnya melangkahkan kaki menuju gerbang kampus di mana ia melihat seorang pria berpakaian serba hitam yang biasa menemuinya. Dia menggunakan sedikit waktunya yang sempit untuk menemui pria itu.
"Carikan tempat kos atau kontrakan yang nyaman di sekitar kampus, harus dapat dalam minggu ini," kata Conan saat berada di samping orang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
True Love
RomanceCinta sejati sering kali terdengar begitu indah di telinga, tapi perjalanannya tak permah seindah bunga yang bermekaran di taman ataupun kerlip bintang di langit. Cinta sejati selalu memberikan satu pembelaharan, satu kisah yang tak akan pernah dilu...