Huft... Conan dan Chacha dapat menarik napas lega setelah bertemu dengan dokter dan dokter mengatakan bahwa Ucup baik-baik saja hanya dari hasil rontgen di dapat jika paru-paru Ucup bisa bermasalah jika dia masih saja merokok. Sesuatu yang sedikit menenangkan tapi juga menjadi kekhawatiran yang teramat menakutkan. Bagaimanapun juga, efek rokok memanglah sangat berbahaya dan tidak dapat dikatakan baik-baik saja jika dokter sudah mengatakan hal tersebut.
Setelah bertemu dengan dokter keduanya kembali ke kamar rawat inap Ucup tanpa kata yang keluar dari bibir keduanya. Chacha masig kesal dengan sikap Conan yang membiarkannya terjatuh dan Conan memilih diam karena memang tidak ingin memulai pembicaraan dengan Chacha yang kemungkinan akan berakhir dengan pertengkaran.
"Mau ke mana?" akhirnya sebuah pertanyaan keluar dari binir Conan saat Chacha tiba-tiba beranjak dari tempat duduknya.
"Pulang, besok aku ke sini lagi setelah pulang kuliah," kata Chacha.
Conan langsung melihatvke arah jam yang bertengger di dinding. Jam menunjukkan pukul setengah sembilan malam.
"Sudah terlalu malam, menginaplah dan pulang besok subuh. Bahaya kalau pulang sendirian!" kata Conan.
"Tapi...," kata Chacha yang sedikit keberatan dan sekaligus agak bingung.
"Kamu tidur di kursi dan aku akan tidur di sini," kata Conan yang memang tidak beranjak dari kursi di samping Ucup.
Chacha hanya bisa diam dengan apa yang dikatakan oleh Conan. Dia sesungguhnya ingin pulang karena harus menyiapkan beberapa hal untuk kuliah besok serta materi yang harus di sampaikan kepada mahasiswa sebagai konsekuensi dari asisten dosen yang di sandangnya. Tapi apa boleh buat, memang terlalu berbahaya jika seorang perempuan keluar malam.
Akhirnya Chacha hanya dapat mengikuti saran Conan dan kembali duduk di kursi sambil berusaha mengumpulkan materi dari internet. Chacha memang orang yang tidak selalu terfokus pada apa yang ada di buku, dia sering kali mencari beberapa materi lain dari internet.
***
Seminggu sudah Ucup keluar dari rumah sakit dan dia sudah mulai bekerja kembali. Kini Ucup sudah mulai jarang menjaili Chacha, bukan karena Chacha yang membayar biaya rumah sakitnya, tapi karena dia tidak ingim lagi berurusan dengan orang yang telah membuatnya masuk rumah sakit. Ucup juga tidak ingin menyusahkan orang lain lagi seandainya dia masuk rumah sakit lagi.
"Wah loe udah keluar rumah sakit rupanya," kata seorang pria saat Ucup tengah beraiap untuk pulang bersama Conan.
Conan yang melihat hal itu langsung mengalihkan pandangannya ke arah Ucup penuh tanya. Tanpa ragu Ucup langsung menganggukkan kepala memberi tanda jima orang yang berada di hadapan mereka adalah orang yang telah membuat Ucup babak belur dan berada di rumah sakit.
"Mau kalian apa?" tanya Conan sambip menatap tajam ke arah pria tadi dan kedua teman lainnya.
"Jauhi Chacha, atau kalian akan merasakan akibatnya!" ancam salah satu dari mereka yang ternyata Davin.
Conan yang memahami ancaman Davin langsunh melihat ke arah pria yang mengaku sebagai orang yang jago bela diri. Kaki pria yang satu itu telah siap memasang kuda-kuda dengan tangan mengepal--bersiap memberikan pukulan telak pada Conan.
"Kalau aku menolak bagaimana?" tanya Conan sedikit menantang.
"Loe harus rasain ini!" kata Davin sambil melayangkan satu tangannya.
Conan memasang kuda-kuda dan bersiap untuk menghindar serta membalas pukulan Davin secara bersamaan. Namun mata Elangnya menatap sesosok perempuan yang berdiri tidak jauh dari mereka hingga mau tidak mau Conan harus membuarkan wajahnya yang berkulit kecoklatan mendapatkan bogem mentah dari Davin.
"Segitu saja loe udah kalah, tapi sok-sok-an mau mendekati Chacha" kata Davin dengn sombong.
"Hati-hati Vin, sepertinya dia jago bela diri karena tadi sudah masang kuda-kuda dan siap menghindar," kata Niko.
Niko adalah orang yang telah memukul Ucup hingga dia babak belur. Sikap Niko di dasari karena Ucup sering kali menggoda dan menjaili Chacha. Dia tahu jika hal itu hanya sebuah candaan, tapi dirinya tidak suka jika perempuan yang di sukai temannya di goda oleh laki-laki lain.
"Owh... jadi loe jago bela diri? Ayo lawan gue kalo berani!" tantang Davin masih dengan suara penuh keangkuhan.
Conan melihat ke arah di mana tadi dia melihat Chacha berada. Dan perempuan angkuh itu telah berlalu dari tempatnya berdiri tadi, sepertinya dia memang tidak ingin melihat semuanya sampai selesai.
"Loe harus rasakan ini!" kata Davin sambil melayangkan sebuah bogem mentah.
Tepat sebelum tangan Davin mengenai wajah Conan, pria itu mengepak dan menggunakan tangannya untuk membalas tinju Davin. Terang saja hal itu membuat amarah Davin semakin memuncak dan mulai melancarkan serangan yang bertubi-tubi ke arah Conan. Tapi seberapa kerasnya usaha Davin, dia tetap tidak dapat melukai pria yang bekerja sebahai kuli bangunan itu.
Bruk... tubuh Davin jatuh tersungkur setelah mendapatkan satu pukulan dari Conan yang nendarat tepat di ulu hatinya. Pria yang menyukai Chacha itu meringis kesakitan sambil berusaha berdiri dan bersiap untuk menyerang Conan kembali.
"Cunguk... loe bantuin gue kenapa? Jangan jadi penonton saja loe!" kata Davin yang mulai merasa kewalahan dengan tangkisan dan serangan yang dilancarkan oleh Conan.
Tanpa menunggu perintah kedua kali dari Davin, Niko dan Adri langsung menyerang Conan. Tapi lagiz-lagi Conan dapat menghindar dan membalas serangan mereka hingga akhirnya ketiganya jatuh tersungkur dan tidak dapat bangkit lagi.
"Dengar! Bela diri itu bukan buat sok-sok-an di hadapan orang lain apalagi melawan yang lemah. Bela diri itu untuk membela diri ketika ada orang yang menyerang kita. Jangan karena kalian jago bela diri lalu kalian bisa menyerang siapa saja semau kalian apalagi alasannya hanya karena perempuan.
Chacha sendiri punya kebebesan buat dekat dengan siapapun, kalian tidak ada hak untuk mengaturnya. Lagian Ucup hanya bercanda dengan Chacha kenapa kalian yang kebakaran jenggot? Chacha saja bersikap biasa dan tidak keberatan dengan hal itu!" kata Conan sambil berjongkok di samping Davin.
Tanpa diketahui oleh siapapun, Conan sendiri merupakan pemegang ban hitam, hanya dia tidak suka memamerkan apa yang dia kuasai dan dia miliki. Dia tetap menjadi pribadinya yang cuek dan dingin kepada siapapun selama dirinya dan orang-orang di sekitarnya tidak di usik.
"Sekali lagi kalian melukai orang-orang di sekitarku, maka tamatlah riwayat kalian!" ancam Conan sambil melangkahkan kakinya berlalu dari tiga orang mahasiswa yang masih terkapar lemah.
"Sial!" kata Davin sambil memukulkan tangannya ke atas tanah setelah Conan dan Ucup pergi dari hadapan mereka. Dia sama sekali tidak menyangka jika kali ini dirinya yang sering kali menjuarai kejurnas akan kalah telak dari seorang kuli bangunan.
KAMU SEDANG MEMBACA
True Love
RomanceCinta sejati sering kali terdengar begitu indah di telinga, tapi perjalanannya tak permah seindah bunga yang bermekaran di taman ataupun kerlip bintang di langit. Cinta sejati selalu memberikan satu pembelaharan, satu kisah yang tak akan pernah dilu...