Empat Puluh Delapan

1.5K 105 33
                                    

Hubungan Chacha dengan kedua orang tuanya sudah lebih baik dari sebelumnya. Semua kesalahan pahaman antara mereka telah terselesaikan dengan baik. Semua permasalahan harusnya dibicarakan dengan kepala dingin, bukan menghindar. Karena ketika menghibdar dari masalah, maka masalah itu bukan selesai, melainkan akan semakin besar.

Kini permasalahan yang Chacha hadapi adalah mengenai jati diri Conan yang sesungguhnya. Dia sadar betul jika selama ini banyak hal yang janggal dari kehidupan kekasihnya itu. Dia yang hanya mengaku sebagai lulusan Sekolag Dasar tapi memiliki wawasan yang sangat luas. Betul, wawasan itu bisa di dapat dengan belajar dan membaca baik dari buku atau internet, tapi tetap saja hasilnya akan berbeda. Dan Ranma? Khanda jelas menyadari jika lelaki itu mempelajari semuanya dengan sangat baik, bukan hanya sekedar membaca dari internet atau buku.

"Cha, kamu baik-baik saja?" tanya Caroline saat mendapati temannya hanya terdiam sambil memainkan bolpin.

Apakah Caroline tahu mengenai para pemegang saham perusahaan ini? Karena entah mengapa aku merasa jika Conan ada hubungan yang sangat erat dengan perusahaan ini, kata Khansa dalam hati.

"Cha ...," teriak Caroline sambil menepuk pundak Chacha dengan cukup keras.

"Ya, aku baik-baik saja, Car," jawab Chacha sambil mempertimbangkan apakah dia perlu bertanya mengenai petinggi perusahaan ini atau tidak. "Hhhmm ... Car, boleh aku tanya sesuatu?"

"Apa?"

"Hhhmmm ... kamu tahu siapa pemegang saham terbesar perusahaan ini?"

Caroline terdiam sejenak sambil menatap Chacha lekat. "Kamu masih memikirkan kejadian beberapa waktu lalu yang melihat pria mirip kekasihmu itu?" tanya Carolin dan hanya dibalas sebuah anggukan oleh Chacha. "Jujur, aku belum pernah bertemu dengan pemegang saham terbesar. Hanya, dari kabar yang kudengar, dia orang Indonesia."

"Orang, Indonesia?" tanya Chacha tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.

"Aku tahu kamu pasti kaget dengan hal itu, hanya kabarnya kakeknya merintis perusahaan ini dari kecil hingga besar seperti ini diteruskan oleh cucu kesayangannya."

"Apakah dia ...."

"Bisa jadi memang kekasihmu adalah pimpinan perusahaan ini."

"Tapi ...."

"Coba kamu tanyakan pada hatimu, Cha! Hati pasti akan dapat merasakan jika kekasihmu sedang berbohong atau tidak. Hati juga bisa merasakan jika pemiliknya sedang berada di dekatnya."

Chacha terdiam, dia tahu betul jika sejak berada di Indonesia hatinya mengatakan banyak hal yang disembunyikan oleh Conan. Hanya dia sendiri bingung mencari bukti, terlebih kekasihnya itu sering kali menghindar ketika Chacha membahas mengenai kehidupannya. Atau Conan akan mengelak dengan menggunakan seribu satu cara agar Chacha kembali terkecoh dan mempercayai apa yang diucapkannya.

"Kenapa? Apa yang hatimu bilang?" tanya Caroline saat melihat Khansa hanya diam termenung.

Sebuah tarikam napas dilakukan Khansa dan menghembuskannya dengan sangat perlahan. Dia berusaha untuk mengatur setiap emosi yang dirasakan hingga sebulir mutiara bening nan hangat jatuh membasahi pipinya.

"Aku ga paham, Car."

"Kenapa?"

"Setiap kali hatiku berkata jika semuanya yang dia katakan adalah bohong, maka di waktu yang bersamaan dia akan melakukan sesuatu yang mampu mementalkan semua pemikiranku itu, hingga pada akhirnya aku akan bimbang dengan jati diri dia. Dan jujur, aku lelah dengan semua sikapnya, tetapi aku mencintainya."

Tangisan Khansa semakin lama semakin deras, beruntung tidak ada yang tahu selain Caroline karena bertepatan dengan waktu istirahat. Dia memang belum mengambil istirahatnya karena masih memikirkan mengenai apa yang dilihatnya di pusat perbelanjaan beberapa waktu lalu. Hati dan matanya terlalu yakin jika lelaki yang dilihatnya itu adalah Conan.

"Bertahanlah jika kamu masih mampu untuk melakukannya, lepaskan jika kamu telah terlalu lelah dan tidak yakin dirimu sanggup melalui semuanya!"

Khansa terdiam meresapi setiap kata yang baru dikatakan oleh Caroline. Dia harus mempertimbangkan semuanya dengan baik. Diakui atau tidak, Chacha memang lelah dengan semua perjalanan cinta yang dipenuhi kebohongan. Dia tidak tahu apakah dirinya masih mampu bertahan me jalani kisah cinta tidak jelas itu atau tidak.

Seandainya Chacha memilih melepaskan Conan, maka dirinya tak tahu apakah dirinya mampu menjalani hari lebih baik dari saat ini. Atau, mampukah dirinya bersikap baik-baik saja setelah kehilangan separuh jiwanya? Dan apakah dia akan mendapatkan pria yang bisa menerimanya apa adanya diri di seperti Conan menerimanya?

Begitu banyak pertanyaan di dalam diri Khansa hingga membuatnya terdiam. Saat ini dia benar-benar berada di dalam pilihan yang sangat sulit. Melanjutkan perjalanan cintanya maka dia harus menyiapkan hati untuk selalu memendamkan kecurigaan dan rasa sakit atas kecurigaannya mengenai jati diri kekasihnya itu. Atau berhenti dan terluka lebih dalam karena kehilangan separuh jiwanya. Bukan pilihan yang mudah karena semuanya memberikan kesakitan yang luar biasa untuk Khansa.

Dalam kebimbingan dia berjalan menuju dinding kaca yang berada di belakangnya. Pemandangan kota dari ketinggian dan birunya langit mampu memberi sedikit ketenangan pada jiwa yang gundah itu. Sejenak Khansa memejamkan mata dan memikirkan semuanya dengan lebih tenang, tapi dia belum juga dapat memutuskan semuanya dengan baik.

"Cha, jangan terlalu cepat mengambil keputusan, pikirkan dengan baik!" kata Cadoline sambil menepuk pundak sahabatnya.

"Entahlah, Car, hidupku terlalu rumit. Dulu aku terlibat konflik dengan kedua orang tuaku, kini masalah yang selama ini aku pendam dan diamkan muncul kepermukaan dan itu mengenai orang yang begitu aku sayang, kekasihku, seseorang yang kuyakini mampu menemani di hari tuaku kelak."

"Aku mengerti perasaanmu meski tak pernah merasakannya. Tapi, bukankah sebuah hubungan itu harus di dasar dengan kejujuran, Cha?"

"Bagaimana aku bisa menuntut sebuah kejujuran jika ketika aku menanyakan semua kegundahanku dia selalu berkata jika aku menuduhnya berbohong padahal dia sudah jujur?"

"Aku tak tahu apa yang dia katakan padamu, Cha. Hanya yang aku tahu, sebuah hubungan itu harus didasari oleh kejujuran, jika didasari kebohongan meski hanya satu hal saja, maka cepat atau lambat hubungan itu akan hancur karena akan memberikan ketidak percayaan dari salah satunya!"

"Aku harus bagaimana, Car? Aku terlalu memcintainya, dan aku tak ingin kehilangan dia meski hanya sekejap saja. Aku terlalu lemah tanpanya."

"Bicarakan semua ini dengan kekasihmu. Kunci dari masalah ini ada di dirinya, mampukah dia jujur kepadamu atau tidak? Jika dia jujur, artinya dia menganggapmu benar-benar orang yang spesial dalam hidupnya dan dia menjalin hubungan ini dengan serius. Tapi jika dia berbohong, ya selama ini kamu hanya dia jadikan sebagai sebuah boneka--mainan--semata, tidak lebih!"

"Sanggupkah aku mengajaknya bicara mengenai semu itu?"

"Kamu harus sanggup karena ini menyangkut masa depanmu! Apalagi setahuku, orang Indonesia sangat menganggap suci sebuah pernikahan. Jadi, menurutku dia harus jujur fan lanjut ke yang lebih indah atau akhiri semuanya jika tak mau jujur!"

Yey up

Ok guys, aku mau nanya ni. Menurut kalian, pilihan mana yang akan Khansa ambil? Maju atau mundur?

Dan apakah Conan akan jujur?

Ayo aku tunggu pikiran kalian ya!

True LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang