Hana menceritakan semuanya pada tante Eci, tidak ada satu kisahpun yang dilewatkan termasuk trauma yang dialaminya.
"Kamu sungguh bodoh, Hana!!" Tidak diduga tante Eci mengatakan kalimat itu. Pikiran Hana, ia akan dinasehati dan diberi semangat ternyata ia salah besar.
"Aku ingin Radit bahagia, aku akan mencoba merelakannya, Tante Eci."
"Jika Kau ingin Radit bahagia seharusnya kau tidak usah menerima Radit sebagai suamimu!! Dengan menerima Radit sebagai suami secara tidak langsung kau memutuskan kebahagiaannya.
"Kau pendam saja cintamu sendirian dan lihat kebahagiaan Radit bersama dengan Hara." Tante Eci melepaskan kaca mata dan meletakkan di meja. Ia terlarut dalam cerita Hana dan ikut terbawa emosi.
"Aku tidak bisa melepaskannya, aku tidak bisa melihat kak Radit bahagia dengan wanita lain."
"Ya tutup mata dan telinga atau pergilah menjauh."
Hana ikut emosi, "Ucapan lebih gampang daripada melakukannya. Tante Eci tidak pernah merasakan seperti yang aku rasakan. Jadi..."
"Aku tahu, aku sangat tahu bagaimana perasaan itu, Hana. Bersyukurlah engkau karena masih bisa melihat pria yang kau cintai, memeluknya bahkan melihat senyumnya. Sedangkan diriku, aku bahkan sudah tidak ingat bagaimana dia tersenyum.
"Aku kehilangan dirinya bahkan sebelum aku meraihnya kembali." Tangis tak henti keluar dari tante Eci. Tidak disangka ia justru menceritakan semua kisahnya pada kakak dan adik yang membuatnya bercerita tanpa paksaan, mengalir begitu saja.
Hana masih terdiam, tidak tahu jika tante Eci juga mengalami hal yang hampir serupa.
"Namanya Sakti, pria yang sampai saat ini masih aku cintai. Aku melakukan segalanya untuknya, bahkan menyerahkan mahkota berhargaku. Aku tidak pernah meminta tanggung jawab walaupun dia akan bertanggung jawab dan ya kami seperti friends with benefit, hanya dengan dia berada didekatku membuatku bahagia. Dan suatu hari dia mengatakan akan menikah dengan orang yang dipilihkan kedua orang tuanya.
"Aku mengucapkan selamat walaupun hatiku remuk redam. Apakah kau tahu apa pesannya sehari sebelum mengikrarkan janji sehidup semati dengan calon istrinya?"
Hana menggelengkan kepala.
"Dia menghubungiku dan berkata, 'seandainya saja kamu tidak mengucapkan selamat, aku ingin menjadikanmu sebagai calon ibu dari anak-anakku. Sampai saat ini aku masih mencintaimu, sejak pertama kali kita bertemu.'
"Apa aku menyusulnya? Tentu saja. Aku menyusul dan ingin menggagalkan pernikannya namun takdir berkata lain, Sakti ditemukan tewas dibunuh oleh mantan calon istrinya.
"Aku gagal mengatakan jika aku mencintainya, Sakti bahkan belum pernah mendengarkannya. Aku menyesal, Hana. Aku sangat menyesal karena tidak pernah mengerti kode yang diutarakan Sakti. Aku menyesal karena tidak pernah berjuang untuk mendapatkannya. Aku menyeaal karena selama ini aku diam saja.
"Jangan sepertiku, Hana. Berjuanglah jika kamu masih bisa dan menyerahlah jika memang dia tidak memilihmu."
"Maafkan aku, tante Eci." Hana merasa sedih akan takdir managernya itu. Ia masih beruntung karena Radit tahu akan perasaannya. Apakah ia harus memperjuangkan Radit yang memang dengan jelas mencintai wanita lain? Atau menyerah dan melihatnya bersama Hara? Namun melihat kode yang diberikan Radit padanya, Hana juga yakin Radit mulai membuka hati untuknya.
******
Selama seminggu penuh, Hana menerima pelatihan yang diberikan oleh tante Eci.
Awalnya Hana ragu, banyak yang berspekulasi jika menemui psikolog berarti gila. Namun tante Eci tertawa dengan keras, ia juga mengaku setelah kehilangan Sakti menemui psikolog bahkan psikiater karena dirinya hampir bunuh diri. Ternyata psikolog tidaklah menyeramkan seperti itu. Mereka justru membantu untuk melawan trauma kita. Biarlah orang lain mengatakan kita gila atau apapun karena mereka tidak merasakan apa yang kita rasakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanara
Romance"Hanara, will you marry me?" Sebuah kalimat yang akan menjungkir balikkan kehidupan seorang Hanara. Raditya, sahabat yang dicintainya selama bertahun-tahun akhirnya mengatakan kalimat yang pernah dia mimpikan *longlist wattys 2018*