Hana duduk disamping tempat tidur menemani Raja yang masih terbaring. Menemani namun matanya tidak lepas pada dua orang yang duduk berdekatan disofa. Raka baru saja pamit untuk kekantin, ia membutuhkan kopi karena matanya sudah mengantuk. Hana menyuruhnya pulang saja namun menolak karena sebentar lagi akan pergi kekampus karena ada jam pelajaran.
"Kak Radit sudah sarapan?" Tanya seorang wanita yang bergelayut manja pada Radit.
"Belum," Radit lupa, jika rumah sakit ini adalah milik pamannya Hara, tentu saja paman wanita itu mengabari Hara karena mungkin melihat Radit dirumah sakit. Jika begini, seharusnya ia memakai masker saja. "Lepaskan aku Hara!" Radit dapat melepaskan tangan Hara namun dengan keras kepalanya Hara kembali menggelayuti Radit.
Seolah tidak memahami perkataan Radit, Hara melanjutkan aksinya. "Kita cari sarapan dulu, ya? Namun ke ruangan paman dahulu, katanya ingin bertemu."
"Tidak Hara, aku sedang menemani Raja." Radit melihat Raja yang kini juga sedang menatapnya kemudian beralih pada Hana yang menundukkan kepala, memainkan selimut Raja.
"Hana," panggil Raja.
Hana mendongak, "Kak Raja membutuhkan sesuatu? Jika iya, aku akan kekantin sekalian menyusul Raka."
"Tidak, kekantinlah terlebih dahulu. Cari sarapan untukmu." Raja bijaksana. "Radit, tolong temani Hana. Aku takut ia tidak tahu letak kantin. Hara, kamu disini. Ada hal yang ingin aku bicarakan!"
Hana akan protes namun memang perutnya belum terisi sejak semalam, apalagi ia sekarang sedikit mual, mungkin dengan jalan sedikit bisa menghilangkan mualnya. Setelah pamit ia langsung keluar ruangan.
"Aku pergi," ujar Radit yang langsung menyusul Hana keluar terlebih dahulu. Sebenarnya ia penasaran dengan apa yang akan Raja bicarakan dengan Hara namun ia lebih khawatir dengan Hana. Ia baru saja berbaikan dan tidak ingin wanita itu kabur lagi. Sudah cukup penderitaannya seminggu kemarin.
"Apa yang ingin kau bicarakan?!" Hara masih duduk disofa, tidak mau mendekat ataupun pergi. "Kenapa ruangan ini begitu panas?" Kedua tangannya dikibas-kibaskan didepan wajah, tangannya gemetar entah mengapa.
Raja memejamkan mata, "Tidak ada yang salah dengan ruangan ini lagipula AC-nya menyala dengan pas. Kemarilah!"
Hara bangkit berdiri dan melangkah beberapa langkah, tidak sampai mendekati ranjang Raja.
"Duduklah disini," Raja menepuk sisi ranjang yang tadi diduduki oleh Hana.
"Tidak, aku ingin menyusul Radit." Hara berbalik kanan dimana pintu berada.
"Bukankah kamu mengatakan menjengukku? Dan kenapa justru lebih tertarik dengan Radit." Suaranya tegas, ia membuka mata, mencari Hara yang terdiam dan tidak bergerak.
"Karena aku kira Raditlah yang sedang sakit, makanya aku terburu-buru kesini." Hara berbalik badan menatap Raja.
"Apa kamu begitu mencintainya?"
"Tentu saja aku mencintainya. Aku akan melakukan segala cara untuk Radit berada didekatku?"
"Ah, kau sudah tahu jika Radit menikah." Tebak Raja, Hara mengangguk. "Jika kau sudah tahu, bukannya lebih baik menyerah?"
"Menyerah!! Sampai kapanpun aku tidak akan menyerah. Radit diciptakan untuk diriku, bukan Hana. Aku akan menyingkirkan wanita itu. Dia adalah penghalang hubunganku dengan Radit!"
"Diam!"
"Hana adalah wanita pembawa sial!"
"Diam!"
"Hana adalah wanita tidak punya harga diri, seharusnya dia mati saja! Aw...." Hara menjerit kesakitan ketika punggung badannya menabrak tembok. "Kau?!" Ia tidak percaya dengan apa yang Hara lihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanara
Romance"Hanara, will you marry me?" Sebuah kalimat yang akan menjungkir balikkan kehidupan seorang Hanara. Raditya, sahabat yang dicintainya selama bertahun-tahun akhirnya mengatakan kalimat yang pernah dia mimpikan *longlist wattys 2018*