Cara menaklukan Radit

11.8K 1K 59
                                    

Hana membenarkan letak kaca matanya yang melorot, sesekali ia melirik ponselnya yang masih diam tidak ada satupun pesan atau panggilan masuk. Jam sudah menunjukkan dua belas siang namun Radit belum mengabarinya sama sekali. Ia berusaha berkonsentrasi pada buku yang berada dihadapannya, namun gagal. Dia masih memikirkan suaminya.

Seharusnya ia menerima semua ini, bukankah ini kemauannya. Tidak melarang Radit bertemu dengan Hara. Namun dirinya sama seperti wanita lainnya, merasa cemburu bahkan takut saat pria yang dicintainya menemui wanita lain.

Ia ragu akan menghubungi Radit, takut akan apa yang akan didengarnya. Takut jika pria itu masih disana. Takut jika harapannya akan pudar kembali.

Ia menghela napas berat, tangan kirinya dijadikan tompangan kepala, sedangkan sebelah tangannya mencoret-coret buku.

"Kalau mau gambar ya di buku gambar."

"Diamlah, Raka." Ucap Hana tanpa menoleh dan melanjutkan coretannya.

"Tambah jelek baru tahu rasa." Raka mengeluarkan buku dalam tas, mengabaikan Hana yang sudah duduk tegak memandanginya.

"Apa aku sangat jelek?" Tanya Hana penasaran.

Raka meletakkan buku didepannya, kini giliran Raka yang menompangkan kepalanya pada tangan kanannya, ia mengerutkan kening mulai menilai teman yang sudah dikenalnya sejak lama itu. "Ya, kamu jelek tapi tidak sangat."

"Apa!! Kamu pasti bercanda" Jeritnya. Raka kelabakan dan ia langsung menutup mulut Hana dengan tangannya, ia meminta maaf ke pengunjung karena kegaduhan yang dilakukan Hana. "Pelankan suaramu, perpustakaan." Hana meringis, lupa.

"Bereskan bukumu, kita keluar." Sambil membereskan bukunya sendiri.

"Aku mau tidur," menunjukkan dua tumpuk buku yang selalu dijadikan bantal.

"Nanti," Hana memasukkan buku Raka kedalam tasnya dan menariknya keluar perpustakaan. Mereka menuju kantin kampus. "Traktir ya?" pinta Hana sambil duduk manis menampilkam senyum yang paling menawan, menurut Hana.

"Sudah diseret kekantin, minta ditraktir pula." Raka meletakkan tas di atas meja, akan memesan. "Titip tas." Hana mengangguk.

"Bakso." Pinta Hana. Raka memberi tanda isyarat oke dengan tangannya.

"Apa kamu serius?" Hana bertanya ketika Raka baru saja duduk.

"Apanya yang serius?" Balik tanya.

"Jawabanmu tadi."

"Ah, tentu saja serius."

"Apa karena ini Radit tidak menyukaiku." Hana mengamati blezer berwarna navy yang dikenakannya, melepaskan kaca mata bundarnya.

"Pria itu lagi," bosannya. "Apa!! Kamu akan merubah tampilanmu hanya karena Radit tidak menyukaimu, begitu?" Sindirnya.

"Kamu benar, jika aku berubah cantik seperti Hara. Mungkin kak Radit akan lebih menyukaiku." Ia tersenyum lebar, tidak menyadari nada sarkastik pada Raka lagipula ide Raka tidaklah buruk. "Sebaiknya darimana aku memulainya?" tanya Hana sambil mengeluarkan buku tulisnya dan menuliskan sesuatu.

"Cara menaklukan Radit." Baca Raka pelan. "Kamu benar-benar serius? Astaga, jika Radit benar-benar mencintaimu dia tidak akan mempermasahkan dirimu cantik atau tidak."

"Aku ingin Radit melihatku sebagai wanita bukan adik kecilnya. Aku lelah harus selalu berpura-pura baik-baik saja. Sudah cukup aku sakit saat Radit memamerkan pacar-pacarnya padaku."

"Kamu juga pernah punya pacar, Hana." Raka mengingatkan.

"Namun aku tidak pernah bisa bermesraan seperti kak Radit, sejauh yang aku lakukan dengan mereka hanya bergandengam tangan." Bela Hana.

HanaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang