"Kak Radit," panggil Hana lirih.
"Aku disini." Radit yang baru saja terlelap disisi ranjang Hana seketika bangun. Ia bangkit untuk duduk ditepi ranjang.
"Aku menyuruh mereka kelantai bawah untuk mencari sarapan." Radit seolah tahu apa yang dikhawatirkan Hana.
Tangan kiri meraba perutnya, "Apa dia baik-baik saja?" Tanya Hana.
Radit menatap tangan kiri Hana, detik berikutnya beralih pada wajah Hana yang masih terlihat pucat, ringisan menahan sakit terlihat sangat jelas. Bingung mencari jawaban yang tepat agar Hana menerima semuanya.
"Tuhan lebih sayang padanya dan..." Radit terdiam menunggu reaksi Hana. "Aku sudah memakamkan anak kita." Lirih Radit bagai bisikan.
Seluruh pertahanan Radit runtuh sudah, menundukkan kepala sambil memegang tangan Hana, ia menangis sesenggukan.
Disisi lain, Hana tak mengeluarkan tangis sedikitpun. Ia terdiam menatap Radit, tangan kirinya terulur mengelus pipi Radit dan jemarinya mengusap air mata.
Radit mengangkat kepalanya, melihat kebingungam diwajah Hana.
"Apakah kamu sedang membohongiku lagi? Apakah ini april moop?" Tanya Hana. Ia ingin bergerak untuk merengkuh Radit, akan tetapi tubuhnya terasa remuk redam padahal ia hanya menggerakkan tangan.
"Maafkan aku, Hana." Radit berkata sesenggukan.
Hana melihat Radit yang tak dapat menghentikan tangis akhirnya mengerti, jika Radit tidaklah berbohong. Mereka kehilangan calon buah hati. Ia memejamkan mata, hatinya terasa tertusuk ribuan benda tajam, giginya bergemeletuk menahan tangis.
"Tolong katakan padaku, semuanya hanya sebuah ilusi." Radit menggeleng, meminta maaf dengan lirih berulang kali. Dan saat itu pula, seluruh tubuhnya bagaikan jiwa yang terlepas dari raga. Tak ada perkataan ataupun tangisan Radit yang dapat didengar, semuanya sunyi. Detik berikutnya suara tangis yang semula tertahan, tumpah sudah. Ia menangis. Tangisan yang menyayat hati siapapum yang mendengarkannya.
♡♡♡♡♡
Radit menatap Hana yang masih tertidur, jika bukan dokter yang mengatakan obatnya masih bekerja, mungkin Radit mengira Hana telah pergi karena tidurnya yang sangat pulas.
Radit menggenggam tangan Hana, walaupun tangannya sendiri terluka akibat ia memukul tembok rumah sakit. Menyalurkan amarah karena tak bisa menyelamatkan calon anaknya. Membuat dokter bertindak dan membiusnya agar tak bertindak lebih.
Setelah mengatakan pada Hana kabar buruk itu, tak sekalipun Radit meninggalkan ruangan ini. Ia masih setia menunggui Hana.
"Maaf, aku gagal menjaga calon buah hati kita." Ia bahkan belum menyapa calon buah hatinya, namun Tuhan sudah mengambilnya kembali. Ini adalah salah satu pukulan terberat yang Radit alami.
Radit menatap Hana lekat, tangannya menggenggam wanita yang dicintainya. Beberapa jam setelah dokter membius Hana namun belum ada tanda-tanda Hana akan sadarkan diri.
Lenguhan Hana membuat jantung Radit berdentang lebih keras. Ia berdiri, harap-harap cemas akan reaksi wanita yang dicintainya.
"Hana," panggilnya.
Hana mencoba membuka matanya yang terasa berat, setelah fokus ia mencoba mencari suara yang memanggilnya.
"Kak..." satu kata itu meluncur diiringi tangis. Hatinya terlalu sakit. Ingatan akan kabar mengenai calon buah hatinya, membuat Hana tak sanggup menahan air matanya. Walaupun ia meraung dan mengamuk, tak ada gunannya, calon buah hatinya tak akan pernah kembali lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanara
Romance"Hanara, will you marry me?" Sebuah kalimat yang akan menjungkir balikkan kehidupan seorang Hanara. Raditya, sahabat yang dicintainya selama bertahun-tahun akhirnya mengatakan kalimat yang pernah dia mimpikan *longlist wattys 2018*