Raja menatap rumah atau bisa disebut dengan mansion. Tanpa menekan bel seseorang membukakan pintu, seperti sudah tahu kedatangnnya.
Pria yang sudah berumur itu sedikit membungkukan badan, memberi hormat. "Anda sudah datang tuan muda. Tuan besar sudah menunggu anda." Mempersilahkan masuk.
Raja berterima kasih, seperti sudah terbiasa menginjakkan kaki disana Raja menuju lantai dua yang berada disebelah kanan dan menggunakan lift. Seseorang telah berjaga disana dan memencetkan tombol lift. Ia berterima kasih kembali. Sepertinya ia akan mengucapkan banyak terima kasih karena banyak pelayan yang membantunya.
"Kau sudah datang!" Seseorang pria duduk disinggasananya dengan tangan kanan memegangi segelas wine. Dibelakang pria itu berdiri empat orang lelaki dengan pakaian berwarna hitam. Lelaki tua itu seperti tahu keinginan Raja dan menyuruh keempat pria yang berdiri dibelakangnya pergi dan menutup pintu. Kini hanya mereka berdua. Jika cctv tidak dihitung.
"Apa yang kamu inginkan, Anakku!" Ia berdiri, membentangkan tangannya seolah ingin Raja memeluk pria renta tersebut.
Raja berdecak, "Sejak kapan kau menjadi Ayahku, pria tua?!" Sindirnya. Raja masih berdiri, tidak selangkahpun maju dari tempatnya.
Pria tua itu justru tertawa, tidak tersinggung akan perkataan Raja seolah terbiasa akan sindiran Raja. Ia meninggalkan kursi kebesarannya dan melangkah untuk duduk disofa berwarna putih. Dia melambaikan tangannya untuk menyuruh Raja duduk. "Aku tidak akan mendengarkanmu sebelum kamu duduk." Ia kembali menyesap wine yang berada ditangannya.
Raja berdecak namun mengikuti perintah pria itu. Ia duduk diseberang sofa. "Bukankah sudah aku bilang, jauhi kami!" Raja tidak berbasa-basi, tangannya berada diatas dilutut, mengepal. Menatap lancang pria tua dihadapannya, kilat mata amarah jelas tercetak dikedua mata yang hampir sama dengan pria didepannya.
Pria tua itu justru tertawa dengan keras, ia bahkan tidak menutupi kesalahannya. "Bagaimana mungkin aku tidak turun tangan saat kedua anakku tidak ada yang mengurus sedangkan disini aku bersenang-senang? Kamu akan terkena masalah jika tidak membantu anakku."
"Aku tidak perlu bantuanmu, pak tua! Biar aku perjelas sekali lagi, jangan pernah kau urusi kehidupan kami lagi!" Raja bangkit berdiri, melangkah kepintu untuk keluar. Ia tidak tahan untuk terus berlama-lama seruangan dengan pria tua itu.
"Bukankah ini sudah waktunya Hana tahu? Aku adalah..."
Raja berbalik, menghadap pria tua yang masih mwnyandarkan tibuh rentanya disofa, tidak menghalangi kepergoan Raja. "Jaga ucapanmu pak tua! Sejak kau mengusir kami. Sejak itu pula kau bukan siapa-siapa bagi kami." Raja keluar tanpa mendengar satu patahpun dari pria yang kini menyesap winenya.
Raja keluar dari mansion tersebut, mengemudi mobilnya keluar. Ia berharap ini adalah pertemuan terakhirnya dengan pria yang sangat ia benci. Suasana malam tidak membuatnya untuk mengebut bahkan saat tidak ada satupun yang lewat saat dilampu lalu lintas menyala merah Raja tetap memberhentikan laju mobilnya. Ia adalah orang yang patuh akan peraturan.
Raja memutuskan akan pulang kerumah, melihat adiknya yang disayangi namun nasib berkata lain baru saja ia melajukan mobilnya sebuah mobil lain menubruk mobilnya dari belakang. Membuatnya tidak bisa mengendalikan mobil dan menabrak pohon disamping jalan.
Yang ada dipikiran Raja hanyalah, "Hana."
******
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanara
Romance"Hanara, will you marry me?" Sebuah kalimat yang akan menjungkir balikkan kehidupan seorang Hanara. Raditya, sahabat yang dicintainya selama bertahun-tahun akhirnya mengatakan kalimat yang pernah dia mimpikan *longlist wattys 2018*