Setelah sarapan yang dipaksakan dan hanya masuk tiga suap Hana memutuskan untuk kembali keruangan Raja. Ia tidak bisa meninggalkan kakaknya seorang diri terlalu lama, takut akan terjadi sesuatu.
Setelah tahu pria yang berada didalam foto, Hana membiarkan Raka mengambil foto itu. Raka pun tidak mengatakan apapun, ia hanya berpesan untuk hati-hati. Pesan ambigu Raka hanya angin lalu bagi Radit namun tidak bagi Hana. Hana tahu jika Raja dan Raka benar-benar menyembunyikan sesuatu darinya.
Sejak Hana masuk, Hara masih disana dan duduk samping ranjang Raja. Ia sedang memainkan ponsel dan Raja tertidur. Hana kira Hara akan melompat dan memeluk Radit namun dugaannya salah. Hara masih duduk disana namun pandangannya tidak lepas sedikitpun dari Radit. Meminta izin pulang setelah mendapatkan panggilan entah dari siapa. Tak lupa Hara mencium pipi Radit dan tersenyum pada Hana mengatakan jika Radit adalah milik Hara.
Radit, pria itu mengekori Hana kemanapun bahkan menjaga depan toilet ketika Hana masuk walaupun masih dalam satu ruangan yang sama. Ia seolah-olah takut jika Hana menghilang. Sejak insiden tadi dikantin, Radit belum bisa menjelaskan tentang Hara. Keterdiaman Hana membuatnya susah akan mencari waktu yang tepat apalagi kelakuan Hara saat pulang tadi.
"Hana, aku bisa menjelaskan semuanya!" Radit duduk disamping Hana yang sibuk membuka majalah.
"Tidak ada yang perlu dijelaskan, semuanya sudah jelas dan nyata." Hana menyimpan majalah keatas meja dan akan mengambil majalah yang lain ketika tangan Radit mencekalnya. Ia menggenggam kedua tangan Hana.
"Tentu saja, aku tidak ingin kamu salah paham. Aku benar-benar tidak tahu jika Hara akan mencium pipiku."
"Tenang saja, ini lebih sopan daripada dirumah, sore hari." Menampilkan senyum sebaik mungkin.
Radit ingat, dulu ia pernah membawa Hara kerumah Raja saat pria itu diluar kota. Radit memilih waktu yang tepat yaitu ketika Hana pulang kuliah. Ia dengan sengaja mencium bibir Hara untuk membuktikan bahwa ia mencintai Hara dan membuat Hana menyerah. Namun itu dulu, dulu saat dirinya masih mementingkan egonya dan yakin akan perasaannya pada Hara. Sekarang hanya Hana yang ada dipikiran dan hatinya.
Radit membuka mulut namun menutupnya kembali, menghela napas pendek. "Maafkan aku. Waktu itu aku ..." Radit menggantungkan kalimatnya.
"Kenapa minta maaf? Kak Radit tidaklah bersalah. Setelah melihat Hara menatap kak Radit, aku tahu, saat itu aku memang sudah kalah. Seharusnya aku mengikuti apa yang dikatakan kak Raja." Hana menoleh kearah kiri dimana Raja masih tertidur pulas, mungkin obat yang dia minum sedang bekerja.
"Apa yang dikatakan Raja?" Radit mendapatkan tatapan Hana kembali, takut jika Raja mengatakan sesuatu yang buruk. Radit selalu kagum dengan Raja, membesarkan Hana seorang diri sejak kematian orang tuanya padahal orang tua mereka meninggal saat Raja masih kuliah. Entah secerdas apa sampai Raja bisa lulus kuliah dengan nilai terbaik dan dapat membiayai sekolah Hana sampai kuliah.
Hana menatap Radit, wajah yang selama ini selalu dia rindukan sekaligus menyakitkan.
"I love you."
Radit berkedip berapa kali dengan cepat, suara detak jam bahkan mengalahkan suara detakan jantungnya. Tenggorokannya seperti tersangkut biji salak, gemetar ia menatap Hana. Ini bukanlah waktu yang tepat, Radit bahkan belum menyelesaikan masalahnya dengan Hara. Lidahnya kelu hanya senyum yang Hana dapat. Senyum itu menghilang seraya Hana melanjutkan kalimatnya.
"Seharusnya kalimat itu tidak pernah terucap dari bibir atau tingkahku. Seharusnya aku menyerah saat tahu akan perasaan ini. Untuk itu...."
Radit berdiri, membuat Hana menggantungkan kalimatnya. Ia menoleh pada Raja yang tertidur gelisah. "Sepertinya Raja sedang mimpi buruk."
Hana mengalihkan pandangannnya sekilas pada Raja dan kembali menatap tangan kiri Radit. "Aku belum selesai bicara."
"Tidak, ini bukan waktu yang tepat untuk membahas masalah kita." Radit menoleh pada Hana. "Istirahatlah. Kamu terlihat pucat. Aku akan membelikan kamu makanan." Radit melangkah.
"Aku, Hara dan kak Radit tidak akan pernah berakhir sebelum salah satu dari kita menyerah. Untuk itu..." dan sekian kalinya Radit menyela.
"Tidak, kamu akan tetap disini, disampingku. Aku dan kamu masih ada cerita yang masih kita rajut. Aku dan dia tidak akan pernah ada cerita yang bisa dirajut."
Radit melangkah keluar tanpa menoleh sedikitpun. Marah, tentu saja. Saat dirinya sudah membuat keputusan, dengan seenaknya Hana ingin mengambil keputusan untuk meninggalkannya.
Tanpa Radit ketahui Hana tersenyum. Ia tidak mengejar Radit ataupun meminta penjelasan.
"Apa kamu yakin?" Suara serak seorang pria membuat Hana menoleh, menghampirinya yang masih tergolek lemah.
"Apa kak Raja suka menguping pembicaraan orang lain?"
Raja tertawa, ia mencoba untuk duduk. Seluruh badannya terasa kaku. "Ternyata berpura-pura tidur tidak menyenangkan. Semua badanku terasa pegal."
Hana tak menanggapi Raja justru menatapnya tersenyum.
"Apa?"
"Dia mencintaiku."
♡♡♡♡♡
Sedikit?
Memang disengaja
Kendal, 27 Februari 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanara
Romance"Hanara, will you marry me?" Sebuah kalimat yang akan menjungkir balikkan kehidupan seorang Hanara. Raditya, sahabat yang dicintainya selama bertahun-tahun akhirnya mengatakan kalimat yang pernah dia mimpikan *longlist wattys 2018*