Ini Adalah Keputusan yang Terbaik

19.6K 1.5K 23
                                    

Setelah percakapannya dengan Radit berakhir, Hana memutuskan untuk mengurung diri dikamar sambil menunggu Raja pulang.

Percakapan Radit dengannya tadi seperti sebuah mimpi. Dia bahkan belum bisa mempercayai sebagai kenyataan.

Hana mengingat tentang Hara, wanita yang masih ada dihati Radit. Dia tidak bisa mengabaikan Hara begitu saja. Hara gadis pertama yang pernah dilamar Radit, Hana yakin Radit sangat mencintai Hara sampai Radit mau menikahi Hara.

Dia menekan dadanya yang terasa sakit. Disini dia menjadi orang ketiga yang mengkandaskan hubungan Radit dan Hara.

Mungkin Hana memang wanita yang paling egois, merasa senang akan ucapan Radit. Dia yakin Radit akan membahagiakannya.

Seandainya saja mereka menikah. Bagaimana hubungan Radit dengan Hara? Apa mereka akan putus? Jika ya, alasan apa yang dikatakan Radit pada Hara. Semua pertanyaan itu muncul di otaknya. Hana memejamkan mata, mencoba mengusir pertanyaan itu. Ini bukan saat yang tepat untuk memikirkan itu, sekarang adalah bagaimana caranya menghindari amukan Raja.

Hana bangkit duduk, melangkahkan kakinya menuju kamar Radit. Mereka berdua harus mempunyai alasan yang sama supaya Raja tidak curiga. Jika Raja sampai tahu, apa yang telah diperbuat mereka berdua Hana yakin Radit dan dirinya tak akan selamat.

Hana akan mengetuk pintu ketika dia mendengar Radit berbicara dengan seseorang.

"Aku tunggu kamu dipantai biasa."

Entah naluri darimana Hana langsung berlari menuju kamarnya, menutup pintunya secara perlahan. Dia yakin Radit baru saja menelpone Hara.

Setelah terdengar suara mobil yang menjauh, dengan secepat kilat Hana mengambil tas dan topi pantai, dia akan membututi Radit. Dia ingin mengetahui alasan apa yang diberikan Radit pada Hara.

****

Hana memandangi Radit dan Hara secara diam-diam. Hatinya sungguh sakit saat dia melihat kemesraan dua sejoli itu. Kini hatinya meragu, apakah ini memang pilihan yang tepat? Memisahkan mereka hanya untuk kepentingan seorang diri.

Melihat Radit tersenyum, pancaran matanya yang menunjukkan betapa sayangnya dia pada Hara, membuat hati Hana lebih tercabik-cabik. Tidak pernah sekalipun Radit menatapnya seperti itu. Mungkin keputusannya itu memang hal yang salah.

Hana memutuskan untuk tiduran di sebuah kursi yang tersedia. Topinya yang besar digunakan untuk menutupi wajahnya. Dia tidak ingin ada seorang pun yang tahu jika dia sedang menahan tangis.

Bodoh. Mungkin kata itu yang paling pantas disematkan oleh Hanara. Dia tahu Radit mencintai orang lain, namun hati kecilnya masih berprinsip jika suatu saat nanti Radit akan mencintainya.

"Aku ingin mengatakan sesuatu."

Tubuhnya membeku, jantungnya berdetak kencang ketika mendengar suara itu. Ya, Hana sangat yakin jika suara barusan adalah Radit. Hana sedikit menggeser topinya, ingin memastikan jika pendengarannya benar.

Hana dapat melihat punggung Radit yang sedang duduk disamping tempatnya berjemur. Hana ingin melarikan diri, tidak ingin mendengar percakapan mereka, namun tubuhnya seperti menghianatinya.

"Apa sayang ingin membicarakan tentang pernikahan kita?" tanya Hara.

Hana memegang topinya dengan erat, sungguh dia sangat takut mengikuti pembicaraan ini. Takut akan hatinya akan lebih hancur. Takut jika kesempatan Radit mencintai Hana adalah nol. Takut jika tembok yang dibangunnya selama ini runtuh seketika.

"Hara, apa kamu percaya padaku?"

"Tentu saja." jawab Hara mantap, dia menyandarkan kepalanya pada pundak Radit, tangan mereka saling menggenggam.

HanaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang