Epilog

29K 1.2K 49
                                    

"Uncle atau paman."

"Uncle."

"Aunty atau bibi."

"Aunty."

"Mommy atau Bunda."

"Mommy." Teriaknya girang.

"Kalau ada kata Mommy aja, senang banget." Gerutunya dan hanya dijawab dengan tawa. "Daddy atau bapak."

"Bapak."

"Bapak atau Daddy."

"Bapak."

"Daddy atau Daddy."

"Bapak."

"Ayah atau Ayah."

"Bapak."

"Panggil Bapak, Daddy ya sayang. Kan panggil Bunda, Mommy." Mencuil hidung anak pertamanya dengan gemas.

Seolah mengerti, balita yang berada digendongan Radit menggeleng dan kemudian berkata. "Bapak, mau Mommy."

"Panggil Daddy dulu baru nanti dipanggilkan Mommy."

"No, mau Mommy." Tangannya menggapai kearah pintu dan detik berikutnya suara kencang tangisan menggelegar dibelakang rumah.

Seorang wanita berhijab warna biru, tergesa menghampiri Radit yang berusaha menenangkan balita digendongannya. Ia mengulurkan tangan untuk mengambil alih dan seketika terdiam yang membuat Radit berdecak.

"Iya, iya anak Mommy, setiap ada Mommy pasti diam. Romeo si mommy's boy. Bunda, Romeo susah dibilangin, disuruh panggil Daddy nggak mau terus." adu Radit sambil mencolek pipi montok Romeo.

Hana kembali tertawa. Beberapa minggu ini Radit selalu membujuk Romeo untuk memanggilnya Daddy namun belum berhasil. "Menyerah saja Ayah. Bapak keren juga kok." Usul Hana yang ditolak mentah-mentah.

"Nggak keren dong Bunda. Panggil Bunda, Mommy terus panggil Ayah seharusnya Daddy. Mommy and Daddy bukan Mommy dan Bapak."

"Tapi kan anaknya pengen panggil Bapak. Ya kan Romeo?" Tanya Hana.

"Bapak, susu." Kini tangan mungilnya menggapai Radit yang kembali ambil alih Romeo dan menuju ruang tengah.

Radit memangku Romeo yang sedang menghabiskan segelas susu cokelat.

"Setelah ini tidur ya?"

"Dedek Nes?" Memberikan gelas kosong pada Hana.

"Dedek Agnes sudah tidur. Romeo juga tidur ya?" Pinta Hana dan mendapat gelengan.

"Mau main." Romeo berusaha turun dari pangkuan Radit dan berlari-lari.

"Biar main dulu saja, kalau sudah capek pasti tidur."

"Kalau rewel Ayah yang tanggung jawab ya?"

"Dari dulu Ayah juga selalu tanggung jawab kok." Radit mendekati Hana yang sedang menatap Romeo yang bermain dengan kucing yang ditemukan dijalan ketika sedang berjalan-jalan sore disekitar kompleks.

"Bundanya Romeo dan Agnes."

Hana mengalihkan pandangannya pada Radit. "Kalau begini pasti ada maunya."

Radit tersenyum manis. "Tambah satu lagi ya?"

Hana menaikkan sebelah alis. "Kucingnya mau tambah satu lagi?

"Kok kucing sih. Kita tambah satu lagi. Dedek buat Agnes."

"Agnes masih kecil Ayah."

"Agnes sudah dua tahun Bunda, ini sudah waktu yang tepat. Romeo nanti berusia lima tahun, Agnes tiga tahun dan lahirlah dedek Agnes."

HanaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang