Sah

18.8K 1.4K 19
                                    

"Apa dia mengirimu sebuah pesan?" ini adalah kelima kalinya Radit bertanya.

Raja mengambil gelas yang berada di meja, mencoba mengabaikan pertanyaan Radit yang sepertinya dia juga sudah tahu jawabannya.

"Dia hanya mengirimiku satu pesan," dan sudah kelima kalinya Raja mengatakan kalimat itu.

"Aku tahu, maksudku apa dia sudah membalas pesanmu?" kini Radit duduk di sebelah Raja, mengambil satu gelas jatah es jeruknya dan menghabiskannya sekali minum.

"Ponselnya mati, kenapa kamu terlihat sangat panik?" Raja dengan santainya menyalakan televisi, mencari program favoritnya.

Radit merebut remot tv kemudian mematikannya. "Apa kamu tidak panik Hana pergi tanpa kabar? Ini adalah pertama kalinya dia seperti ini," dia kembali mengecek ponselnya, siapa tahu Hana menghubungi namun tak ada pesan satupun yang masuk.

"Dia mengatakan akan liburan, kenapa aku harus panik. Dia sudah besar, bisa menjaga dirinya sendiri."

Radit semakin kesal akan jawaban Raja, "apa kamu tidak takut kejadian itu terulang kembali?"

Raja menjitak kepala Radit, "apa kamu ingin kejadian itu terulang kembali?"

"Tentu saja tidak," lirihnya.

"Kita tunggu beberapa hari lagi, jika tak ada kabar aku akan mencarinya," diam sejenak. "Apa kamu masih mengingat kejadian itu?"

Radit terdiam, mengambil dua gelas kosong yang tersimpan di meja, memilih berlalu daripada menjawab pertanyan Raja.

"Apa karena itu juga kamu masih belum mengakui perasaanmu?"

Mendengar pertanyaan Raja membuat Radit terdiam. Dia memandang dua gelas kosong yang berada ditangannya, menghirup udara sedalamnya dan berkata, "aku mencintai Hara bukan Hana," melangkahkan kaki ke arah dapur.

Raja berdecak pelan akan jawaban radit, "dasar bodoh."

Sudah seminggu sejak kepergian Hana, tak ada satu pesanpun dari Hana, hampir setiap hari dia mengirim pesan namun tak kunjung ada balasan.

Sedangkan Raja, pria itu terlihat dingin namun saat membaca pesan dari adiknya, dia sudah mempunyai firasat sesuatu sedang terjadi. Raja mengambil ponselnya yang berada di saku, mencari nomor seseorang. Dalam deringan kedua teleponnya sudah diangkat.

"Apa dia baik-baik saja?" tanyanya langsung.

*****

"Kenapa kamu?" tanya salah satu rekan Radit, dia menarik kursi untuk duduk berseberangan.

Seminggu ini dia sama sekali belum mendapatkan kabar dari Hana. Pekerjaan yang semakin menumpuk, Hara yang selalu mendatanginya dan Hana yang belum sama sekali ada kabar membuat Radit ingin sekali hilang ditelan bumi. Dia sudah mencari ke seluruh tempat yang mungkin Hana datangi, namun tidak ada sama sekali.

"Hana berlibur," menyandarkan tubuhnya dikursi dan memejamkan mata.

"Terus kenapa kamu nggak bersemangat, lagi berantem dengan Hara?" tanyanya lagi.

"Sudah putus."

Perkataan Radit membuat temannya terlonjak kaget, "pasangan terromantis abad ini putus?!" sindirnya.

Radit menghela napas lelah, tidak mau meladeni temannya itu. Tangan kanannya memegang kepalanya yang terasa hampir pecah, apalagi pusing yang mendera semakin menjadi.

"Lebih baik kamu pulang, daripada kerja tidak konsentrasi," saran teman Radit.

"Kamu benar, lebih baik aku mencari Hana daripada duduk disini," sahut Radit.

HanaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang