"Astaga, aku tidak menyukai pemandangan ini!"
Radit melepaskan pelukan Hana dan terkekeh. "Nggak ada yang melarang, sudah halal juga, Raja."
"Lihat situasi dan kondisi dulu, lihat ini ada orang sekarat mau diapain."
"Buang saja kelaut," kata Radit asal yang mendapat decakan dari Raja.
Hana yang masih belum menyadari keadaan seutuhnya, melihat sekeliling. Ia terduduk dilantai bersama Radit yang masih memeluknya. Ketika tembakan itu terjadi Radit menyuruhnya untuk berjongkok. Entah bagaimana, Radit dan dirinya tidak terkena tembakan sama sekali padahal ia mendengar dengar jelas ada tiga kali tembakan.
Pandangannya beralih pada Raja dan Raka sedang berdiri beberapa langkah dari Anton yang tergeletak bersimbah darah dilantai. Ia juga dapat melihat Raja dan Raka memegangi sebuah pistol dilengan mereka. Apakah pemikirannya benar? Suara tembakan itu berasal dari pistol Raja dan Raka? Bagaimana bisa?
"Apa yang sebenarnya terjadi?" Hana mencengkeram erat lengan Radit, melihat darah dari Anton membuatnya semakin lemas.
"Aku tahu ada yang tidak beres ketika sedang menelpone tadi. Jadi, aku menyuruh Raka mengambil pistol yang aku simpan untuk jaga-jaga jika pria brengsek ini kembali lagi." Raja menjelaskan.
Hana akan mengajukan pertanyaan lagi ketika terdengar sirine polisi. "Aku akan bicara terlebih dahulu dengan polisi-polisi itu. Radit, berilah Hana minuman untuk menenangkannya." Yang mendapatkan anggukan dari Radit. "Raka, ikutlah denganku."
"Kak Raja," rengek Hana.
"Aku akan menjelaskannya padamu nanti. Sekarang, tenangkan dirimu terlebih dahulu." Kata Raja. Radit menggendong Hana yang masih terdiam menatap Raja.
*****
Hana duduk di sofa kamar Hana. Radit, Raka dan Raja sedang berada di ruang baca, entah apa yang mereka perdebatkan namun hanya menyuruh Hana menunggu didalam kamar. Ia melirik dinding yang sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Hana mengamati semua foto pernikahan yang berada ditangannya.
"Kita pulang ke apartemen." Radit menghampiri Hana dengan wajah merah, marah.
"Bukankah masih disewakan?" Hana masih mengamati foto Radit dan dirinya yang tertawa lepas di pantai.
"Aku akan menelpone mereka untuk pindah sekarang juga."
"Tidak kak Radit ini masih terlalu pagi dan aku tidak tega membiarkan mereka pindah secepat ini, setidaknya butuh beberapa hari untuk mencari tempat tinggal baru." Hana mendongak menatap Radit. "Untuk sementara kita bisa tinggal disini saja."
"Dengan si Rakun itu? Tidak, lebih baik kita tinggal di hotel."
"Dan menghamburkan uang? Tidak, aku tidak setuju." Tolak Hana.
"Mengalahlah Radit, ini juga demi kepentingan Hana." Raja muncul bersama dengan Raka. Wajahnya terlihat lelah, mungkin karena perdebantannya dengan Radit tadi.
"Kejadian seperti ini bukan kali pertama terjadi. Dia juga pernah menyerang Hana sampai tangannya berdarah. Aku yakin kejadian seperti ini akan terjadi lagi."
"Lengan Hana berdarah? Bukankah waktu itu kalian bilang Hana terkena pisau karena sedang memasak? Kau, apakah kau tahu itu?" Radit menunjuk Raka yang berada disamping Raja, ia hanya tersenyum polos.
"Tidak ada sangkut pautnya dengan Raka. Dia tidak tahu apapun mengenai masalah ini." Hana menyela.
"Sejak kapan, sejak kapan Hana mengalami masalah seperti ini?" Radit bertanya pada Raja.
Raja ataupun Hana terdiam, tidak mau menjawab pertanyaan Radit.
"Katakan padaku!!" Teriak Radit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanara
Romance"Hanara, will you marry me?" Sebuah kalimat yang akan menjungkir balikkan kehidupan seorang Hanara. Raditya, sahabat yang dicintainya selama bertahun-tahun akhirnya mengatakan kalimat yang pernah dia mimpikan *longlist wattys 2018*