Agreement - 41

24.3K 1.1K 106
                                    

Happy Reading.

"Makasih ya, Ma." Aqila mendongak mematrikan pandangannya pada wanita yang ada di sampingnya. Mata bulatnya memandang paras ayu dari wanita yang disebutnya mama itu.

"Kamu udah bilang makasih untuk bayak kali, Sayang," kata Salsha dengan nada tak enak. Dia mengusap puncak rambut gadis kecil itu.

Sejujurnya Salsha heran akan perubahan drastis sikap Aqila. Dia tak menyangka jika dalam kurun waktu empat tahun bisa merubah segalanya. Dia tak menyangka meski tak menampik juga jika rasa bahagia itu begitu mendominasi. Salsha bahagia, tentu saja!

"Aku bahagia Mama bisa ada di sini lagi. Mama gak akan ninggalin Aqila lagi kan?" ujar Aqila sembari menautkan jemari mungilnya di tangan Salsha. "Aqila janji gak akan nakal lagi, gak akan bandel lagi," lanjutnya kemudian.

Binaran kesungguhan yang ditunjukkan Aqila membuat Salsha runtuh. Sekarang, air mata itu jatuh menetes di pipinya membiarkan benda itu basah dibuatnya.

"Aqila tahu kalau suka bandel dan bangkang, tapi aku janji gak akan ulangi lagi asal Mama gak pergi ninggalin kita," kata Aqila panjang lebar.

Salsha mengangguk mengiyakan membuat mata Aqila berbinar. "Mama janji?" Kelingking kecil itu diacungkan ke arah Salsha dan Salsha pun tanpa ragu mengaitkan jemarinya.

"Janji!" kata Salsha yakin membuat senyuman teruntai manis di bibir Aqila.

"Kakak!" Suara itu membuat keduanya kompak menoleh pada gadis kecil yang memeluk boneka lotso itu. Dia—Nicole yang tengah berdiri di depan pintu kamar Aqila itu mulai berjalan dengan langkah sempoyongan.

"Eh, ada Mama?" tanyanya kaget meski matanya masih mengerjap lucu.

Aqila melirik ke arah Salsha dan wanita itu menaikkan bahunya sembari menahan tawa. "Nicole kenapa?" tanya Aqila kemudian.

"Nic gak bisa tidur," adu si kecil.

Salsha menggeser duduknya kemudian merangkul Nicole ada berbaring di samping Aqila. "Kamu tidur di sini sama Kak Aqila, biar Mama temenin," ujar Salsha yang menuai protes dari Aqila.

"Tapi... Mama kan janji mau tidur di sini."

"Lain kali, ya, itu kasian adik kamu gak bisa tidur."

"Kasurnya muat kok buat kita bertiga."

Salsha tersenyum perhatian, "Mama temenin sampai kalian bener-bener tidur, okay?"

Mau tak mau Aqila pun menyetujui usulan Salsha. Setelah menghabiskan dua cerita yang disuruh oleh Nicole sebagai sarat pengantar tidur, keduanya pun tertidur dengan pulas. Salsha mengulas senyumannya lagi, dia pun menutup buku cerita Nicole dan menyimpannya di nakas Aqila. Dia menarik selimut bergambar animasi Disney itu hingga batas leher keduanya. Lalu Salsha pun menyalakan lampu tidur dan mematikan saklar lampu ruangan kamar Aqila. Dengan langkah pelan, ditutupnya pintu dengan hiasan Princess yang memenuhi aksennya.

"Mereka udah tidur?"

Salsha berjingkat kaget memegangi dadanya. Dia menatap ke arah Iqbaal yang ada di depannya dengan celana khaki dan kaos oblong yang membalutnya.

"Kamu bikin aku kaget, tahu?" kata Salsha acuh, berusaha acuh sebenarnya karena dia sedang mengatur pacuan jantungnya yang melaju dengan gesit.

"Mau tidur?"

"Menurut kamu?"

Iqbaal terkikik geli melihat jawaban Salsha yang kelewat ketus. Salsha menatap Iqbaal garang tak terima ditertawakan oleh lelaki itu.

"Kenapa?!"

Iqbaal menggeleng, "Gak apa-apa," jawabnya geli.

Salsha mendelik ke arah Iqbaal. "Gak jelas!" katanya kemudian berlalu dari lelaki menyebalkan itu. Tindakannya pun tak luput dari pantauan lelaki itu, apalagi ketika bibirnya mengerucut karena tak bisa membuka pintu kamar.

Tante SalshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang