Happy Reading.
Salsha mengerutkan keningnya ketika mobil Karel terpakir dengan rapi dihalaman rumahnya. Perempuan itu tampak kebingungan hingga sosok Karel keluar dengan senyuman manis yang bertengger didirinya.
"Hai?" sapanya dengan begitu ramah membuat Salsha kikuk. Pipi berlesung itu tercetak jelas membuat kesan sweet di diri Karel terpatri jelas.
"Ye?" ujarnya dengan tatapan linglung. Lelaki itu menyandarkan tubuhnya disamping mobil. "Ada apa?" ujar Salsha lagi.
"Mau menjemput Aqila kan? Ayo kuantar," ujarnya santai. Sekarang lelaki itu membuka pintu mobilnya sembari membungkuk bak pengawal yang menyuruh puterinya tuk masuk ke dalam kereta kuda.
"Rel!" Salsha menggeram sembari mengulum senyumnya. Perlakuan manis dari lelaki ini sukses membuat pipinya memerah, namun Karel nampak acuh dan tetap pada posisi bungkuknya.
Salsha memilih mengikuti alur yang dimainkan oleh Karel. Perempuan itu masuk ke dalam mobil dengan canggung. Dalam hati ia berpikir, kiranya kapan Iqbaal akan berbuat seperti ini padanya? Ketika pintu mobil disamping Salsha telah tertutup, lelaki itu berjalan mengitari mobil.
"Kamu gak ke kantor?" ujar Salsha mengutarakan pikirannya. Dia tahu jika Karel sudah memiliki perusahaan besar yang maju. Rasanya tidak mungkin seorang bos besar datang menjemputnya hanya untuk mengantar ke sekolah Aqila.
"Untuk apa aku tetap disana jika pikiran dan konsentrasiku sedang berkeliaran memikirkanmu."
Salsha langsung membungkam mulutnya. Dia terdiam, agaknya kaget dengan pengutaraan Karel. Memikirkanmu?...apa -mu yang dimaksudkan itu adalah dia? Akhirnya ia memilih untuk bungkam dan larut dalam keheningan yang dibuat oleh Karel.
Butuh waktu hingga tiga puluh lima menit untuk sampai didepan gedung tinggi menjulang sekolah Aqila. Perempuan itu turun terlebih dahulu, kemudian diikuti Karel. Keduanya berjalan masuk kedalam ruang tunggu khusus dilobby.
Salsha tersenyum canggung kepada perempuan yang kiranya lebih tua beberapa tahun disebelahnya. Wanita berhijab itu membalas senyumnya kemudian melirik Karel yang duduk disampingnya.
"Kalian cocok, sudah berapa tahun?" ujarnya.
Salsha mengerutkan dahi, kaget dengan penuturan wanita disebelahnya ini. Kemudian ia mengikuti arah pandangnya yang tertuju pada dia dan Karel. "Maksudnya apa ya, Bu?" tanyanya sopan.
Perempuan itu tertawa ringan, "Pernikahan kalian. Sudah berjalan berapa tahun?"
Entah sudah berapa kali Salsha dibuat melongo dengan pengutaraan aneh-aneh dihari ini. Dia tersenyum canggung, hendak menjawab akan tetapi suara melengking khas Aqila membatalkan niatannya.
"Tantee.." gadis kecil itu langsung berlari ketika menemukan sosoknya. Rambutnya yang tergerai bergoyang-goyang seiring dengan langkah kakinya. "Ayo pulang! Qilaa mau ice," pipinya yang gembung sengaja lebih digembungkan. Gadis kecil itu menarik ujung sweater yang dikenakannya membuat dia hampir kewalahan dengan tingkah manja Aqila yang mode on.
"Permisi dulu ya Bu," pamitnya pada sosok perempuan tadi. Salsha langsung mengikuti langkah Aqila yang menarik tangannya dengan kasar membuat Karel dibuat berang oleh tingkah laku gadis kecil itu. Lelaki berlesung pipi itu hanya mampu menahan gejolak amarahnya, dia tahu jika Salsha terlampau menyayangi Aqila sama besar dengan sayanganya pada Iqbaal.
Karel hanya mampu mengikuti langkah Salsha dan Aqila didepannya. Dalam hati ia mengasihani perempuan yang dicintainya ini.
***
Sesuai dengan permintaan Aqila. Disinilah mereka berada sekarang, disebuah cafe yang menjual beranekaragam dessert dan ice cream. Gadis kecil itu tampak menikmati suapan demi suapan ice cream porsi jumbo yang ada dihadapannya. Salsha tersenyum tipis, turut senang dengan tingkah Aqila yang seolah telah menerimanya. Ia menyendokkan red velvetnya, ketika Aqila membuka suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tante Salsha
Romantizm[ REVISI] Ini tentang jatuh cinta dan kesakitannya. Salsha pikir hidup dengan lelaki yang dicinta hanya akan mendatangkan senyum dan tawa, bahagia dan cinta. Rupanya, dawat yang ditulis tak demikian. Lagi-lagi ia harus menerima kenyataan bahwa lar...