Wanna Play With Me? - 45

24.1K 1.1K 119
                                    

Happy Reading.

Tentang ikrar bahwa semua akan dimulai dari awal itu benar adanya. Iqbaal benar-benar menepati janjinya untuk merubah segala kenangan buruk yang pernah berikan. Salsha merasa bersyukur. Rupanya janji itu bukanlah ucapan manis sesaat.

Wanita itu bahkan tak menyangka jika kisahnya akan jadi begini. Dia tak pernah mengerti mengingat bagaimana perlakuan Iqbaal dulu. Dia jelas ingat bagaimana sikap acuhnya, sikap tidak perdulinya, yang mana menyakiti Salsha. Salsha ingat, otaknya merekam semuanya dengan jelas.

"Kalau kamu ngelamun terus, itu jari kamu bisa keiris."

Iqbaal datang, entah sejak kapan menyadari lamunan Salsha, yang jelas sekarang laki laki itu ada di belakang Salsha. Ah, memeluk dari belakang singkatnya.

"Jangan ditumpuin gitu, berat," keluh Salsha ketika Iqbaal menumpukan dagunya pada bahu Salsha.

"Salsha..."

"Hmm?"

"Mau janji sama aku?"

Salsha mengerutkan dahinya bingung dengan ucapan Iqbaal, meski begitu ia tak secara gamblang menoleh pada Iqbaal. Ia menjawab, "Apa?" sembari mencuci daun seledri. Ia bisa bergerak leluasa karna Iqbaal melepas pelukannya.

"Jangan pernah rindu, karna rindu itu berat."

Salsha menoleh dan tak menunggu lama ia memukul Iqbaal dengan daun seledri yang baru saja dicucinya.

"Kurang kerjaan banget kamu tuh! Udah sana mandi! Bangunin anak-anak sanaaa...," teriakan Salsha yang melengking diikuti dengan air dari daun seledri itu sukses membuat Iqbaal pergi mengambil langkah.

"Astaga, Sayang..." Iqbaal memasang wajah masamnya yang mana membuat Salsha mendelik. Iqbaal hendak berkata namun menutup kembali mulutnya, akhirnya ia pun terpaksa kembali ke lantai atas.

Bi Inah yang sedari tadi setia menonton kedua majikannya itupun tak kuasa menahan rasa gelinya. Wanita baya itu juga merasa bahagia akan kehangatan yang tercipta di keluarga ini.

"Non Salsha beruntung ya," ucap wanita baya itu tiba-tiba.

Salsha menghentikan langkahnya yang hendak mengambil panci.

"Maksudnya, Bi?"

Bi Inah tersenyum, "Non beruntung karna bisa miliki hati Aden seluruhnya. Bibi kenal Aden ini udah sampai ke ujung akarnya."

"Berarti kenal Caitlin dari dulu?"

Wanita baya itu tak sungkan mengangguk, "Neng Cathy itu perempuan pertama yang Aden bawa ke rumah selain Neng Katya."

"Cathy?"

"Panggilan kesayangan Aden dulu. Mereka pacaran sejak SMP. Neng Caitlin itu anaknya baik, nurut juga walau sikap Aden gitu. Sabar lah orangnya."

Ooh... Panggilan kesayangan ya? Salsha merasa tercubit. Ia saja tak mendapatkan panggilan kesayangan dari lelaki itu.

"Dulu pernah mereka bertengkar Non. Neng Caitlin minta putus, eh pas Aden kembali ke rumah langsung demam. Katanya dia nungguin di depan rumah Neng Caitlin sambil ujan-ujanan."

"Iqbaal cinta banget ya sama Caitlin?"

Bi Inah tersenyum lembut, diusapnya bahu majikannya itu. "Tujuan saya cerita ini bukan untuk itu. Saya nggak yakin tentang pertanyaan Non. Karna yang saya lihat, Aden sudah jatuh sama Non Salsha."

Salsha mengukir senyuman lebarnya, kemudian berkata, "Bi?"

"Iya Non?"

"Saya mau tanya boleh?"

Tante SalshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang