Happy Reading.
Caitlin bergegas menuju ke ruangan Iqbaal setelah Celine---sekertaris utama memberitau jika lelaki itu menyuruhnya segera datang ketika tiba. Ia bahkan membiarkan helaian rambut yang jatuh di sisi kanan dan kiri kepalanya. Perempuan itu membuka pintu keemasan itu, setelah sebelumnya mengetoknya.
"Permisi, Anda memanggil saya pak?" lelaki itu mendongak mendapati Caitlin yang tampak canggung dengannya.
"Gak perlu seformal itu, Caith" jawab Iqbaal dengan santai. Ia menyimpan ponsel hitam yang sebelumnya dia gunakan, kemudian bangkit dari duduknya.
"Ayo ikut" tiba tiba saja, tangannya menarik lengan Caitlin membuat perempuan itu melongo seketika.
"Baal.." jujur, dia merasa tak enak apalagi lelaki itu belum juga melepas gandengannya ketika keluar dari ruangan. Untung saja, hanya ada tiga orang dilantai ini membuat rasa was wasnya berkurang.
Caitlin mengerutkan dahinya ketika mobil lelaki itu berhenti tepat disebuah gedung tinggi yang mewah. Kemudian tanpa aba-aba ia langsung mengajaknya untuk keluar dari mobil dan masuk ke dalam bangunan mewah ini. Keduanya menaiki lift hingga berhenti tepat dilantai limabelas. Genggaman tangan Iqbaal pun masih belum terlepas hingga membuat sebagian dirinya memerah. Astaga, perasaan akan kehangatan dan buih cinta itu semakin tumbuh dihati Caitlin.
"Ini apartemen kamu?" ujarnya setelah sekian lama membisu. Ruangan bernuansa emas yang membuatnya tampak mewah ini begitu elegan dan manis diwaktu bersamaan. Apalagi dengan perpaduan warna hitam dan putih di beberapa sudut ruangan, warna kesukaannya.
"Tidak, ini punya kamu Caith. Apartemen kamu" jawab Iqbaal.
Caitlin melongo menatap Iqbaal dengan tidak percaya sedangkan lelaki itu hanya mengangkat bahu dan berjalan duduk disofa ruangan. Caitlin menghampiri, meminta penjelasan sedetail mungkin kepada lelaki ini.
"Apa maksudnya dengan apartemenku? Iqbaal, ini bukan milikku. Aku pikir kita bertamu dirumah seseorang" ujarnya yang membuat Iqbaal tertawa. lelaki itu bangkit kemudian mengapit kedua pipinya dengan tangannya yang besar.
Caitlin terhenyak, perlakuan lelaki ini sungguh membuat jantungnya bekerja tak waras. Iqbaal tersenyum membuat dia semakin merasa meluruh karena manisnya senyuman yang dipunya lelakinya. Lelakinya?
"Aku gak mau kamu tinggal ditempat kumuh kayak gitu Caith, lagipula jarak antara kantor dan tempat itu jauh. Jadi, aku putusin buat beli tempat ini buat kamu" ujar Iqbaal.
"Baal, ini berlebihan buat aku. Apartemen ini.." pandangannya mengarah ke segala penjuru ruangan besar ini. "Terlalu mewah buat aku" lanjutnya.
Iqbaal tersenyum, kemudian mengangkat dagu perempuan itu. "Kamu jauh lebih berharga dari apartemen ini, Caith" jawab Iqbaal.
Caitlin refleks memeluk Iqbaal, "Baal.. Makasih" tak ada kata yang bisa ucapakan untuk perhatian yang diberi lelaki ini. Iqbaal bahkan tanpa sungkan membalas pelukan perempuan itu.
"Anything for you, Caith"
0o0
Salsha tersenyum manis dengan kotak bekal yang saat ini dibawanya, perempuan itu berjalan turun dari mobil putihnya. Tanpa diduga, kedatangannya pada saat jam makan siang ini menarik perhatian banyak karyawan. Ia tersenyum canggung pada mereka yang melemparkan senyuman ke arahnya.
Dia berjalan masuk ke dalam lift khusus, kemudian menekan tombol lantai dua puluh tiga. Beberapa kali ia merapikan rambutnya yang tampak menyebalkan. Lalu suara dentingan lift seiring dengan terbukanya ruang mungil itu membuat Salsha bergegas keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tante Salsha
Romance[ REVISI] Ini tentang jatuh cinta dan kesakitannya. Salsha pikir hidup dengan lelaki yang dicinta hanya akan mendatangkan senyum dan tawa, bahagia dan cinta. Rupanya, dawat yang ditulis tak demikian. Lagi-lagi ia harus menerima kenyataan bahwa lar...