Is He Jealous? - 27

22K 1K 73
                                    

Happy Reading.

Salsha hanya menurut ketika Karel mengajaknya keluar untuk menghirup udara segar di luar. Pemandangan pantai yang indah diselingi dengan beberapa pengunjung yang berjalan menyusuri bibir pantai itu sedikit membuatnya merasa terlepas dari beban yang dipikulnya.

Salsha memejamkan matanya, membiarkan hembusan angin menerpa permukaan wajahnya. Ia memegang pagar pembatas untuk menyandarkan beban tubuhnya.

Karel pun hanya diam dan melirik perempuan di sampingnya. Ia tak berniat untuk mengatakan sepatah kata, karena ia yakin akan menganggu ketenangannya. Tujuannya membawa Salsha keluar dari gedung hanyalah satu, yakni membuat perempuan itu terlepas dari rasa sedihnya meski ia tahu tak akan bertahan lama.

"Kalau kamu memang gak rela, kenapa harus membiarkan Iqbaal menikahi perempuan itu?"

Salsha membuka matanya, menatap Karel yang menatap lurus ke arah pantai. Perempuan itu menghela napas. Pertanyaan itu, entah kenapa membuatnya menarik sebuah senyuman sembari menerawang jauh ke atas awan.

"Menurutmu karena apa?" tanya Salsha balik.

Karel dibuat bingung oleh jawaban Salsha. Dia menanyakan sebuah pertanyaan dan Salsha malah membalasnya.

"Entahlah. Aku gak pernah bisa nebak apa dan bagaimana jalan pikiranmu," jawab Karel jujur.

Salsha tersenyum, ya. Dia pun terkadang juga bingung dengan apa yang menjadi pilihannya. Namun, keadaan terkadang menjadi dirinya tuk memilih kemungkinan terburuk. Dan juga rasa cintanya pada Iqbaal yang terlampau berlebihan.

Dia terkekeh, "Karena cinta, mungkin," ujarnya kemudian.

Kemudian keadaan hening melanda. Cinta. Entah mengapa kata yang terucap dari bibir Salsha itu membuat Karel kelu. Dia berpikir, sebegitu besarnya kah perasaan Salsha pada lelaki itu hingga merelakan dirinya dimadu?

"Kenapa kamu gak milih untuk cerai dari dia?"

Salsha tergagap dengan pertanyaan Karel. Dia memandang lelaki itu dengan tatapan heran, "Maksudmu?"

"Ya cerai. Kenapa kamu gak milih untuk bercerai dan pergi dari kehidupan dia?"

"Kamu pikir semudah itu untuk pergi dari kehidupan seseorang yang kita cintai?"

Karel terdiam. Sulit memang, buktinya ia pun tak bisa untuk pergi dari kehidupan Salsha. Rasa cintanya terlampau besar membuat ia hilang akal untuk sekedar berpikiran realistis. Benar. Perkataan Salsha memang benar, tak mudah kita untuk pergi dari kehidupan seseorang yang kita cintai.

Karena pada nyatanya, Karel merasakan hal itu. Ia tak bisa pergi dari kehidupan Salsha.

"Lagipula, aku hamil dan rasanya tak mungkin untuk membiarkan dia lahir tanpa adanya ayah."

Karel langsung menoleh cepat, begitupun dengan Salsha. Mereka berpandangan untuk sepersekian menit sebelum akhirnya Salsha memutus kontak matanya.

"Jadi, karena itu?"

"Hah?"

"Alesan kenapa kamu sampai sekarang mau bertahan sama dia."

Salsha mengangguk ragu, meski bukan alasan pertama namun pernyataan itu masuk dalam daftar mengapa ia tak menghendaki untuk pergi dari sisi Iqbaal.

"Bercerailah dengan dia," tukas Karel tiba-tiba.

Salsha kaget, ya tentu saja. Siapa yang tak kaget ketika sahabat dekatmu menyuruh untuk berpisah dengan lelaki yang dicinta.

"Apa maksudmu, Rel?"

"Bercerailah dengannya. Aku mau bertanggung jawab atas janinmu."

Rasanya, bola mata Salsha akan keluar sebentar lagi. Dia menatap Karel dengan mulut menganganya. Bagaimana mungkin lelaki itu mengucapkan kata-kata yang begitu mengejutkan dengan nada santainya?

Tante SalshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang